Meraih Cita
Rabu, 13 April 2011
Mewujudkan Kegembiraan Lahir dan Batin
Resensi MATAN, April 2011
Hidup penuh kebahagiaan dan kegembiraan merupakan impian semua orang. Kegembiraan, ketenteraman, dan ketenangan hati adalah anugerah Allah yang sangat mahal harganya. Ia termasuk kenikmatan terbesar. Sebab, dalam kegembiraan hati itu terdapat keteguhan pikir, produktivitas yang bagus, dan keriangan jiwa. Kata banyak orang, kegembiraan merupakan seni yang dapat dipelajari. Artinya, siapa yang mengetahui cara memperoleh, merasakan dan menikmati kegembiraan, maka ia akan dapat memanfaatkan pelbagai kenikmatan dan kemudahan hidup, baik yang ada di depannya maupun yang masih jauh berada di belakang.
Kekuatan dan kemampuan
Modal utama untuk meraih kebahagiaan adalah kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak mudah goyah oleh guncangan-guncangan, tidak gentar oleh peristiwa-peristiwa, dan tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil dan sepele. Begitulah, semakin kuat dan jernih hati seseorang semakin bersinar pula jiwanya.
Hati yang cabar; lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah tak ubahnya seperti gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran. Oleh sebab itu, barang siapa membiasakan bersabar dan tahan terhadap segara benturan, niscaya guncangan apa pun dan tekanan dari mana pun akan terasa ringan.
Di antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit, pandangan yang picik, dan egoism. Karena itu, Allah melukiskan musuh-musuhnya sebagaimana berikut: Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri (Ali Imran: 154).
Orang-orang yang berwawasan sempit, senantiasa melihat seluruh alam ini seperti apa yang mereka alami. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada orang lain, tidak pernah hidup untuk orang lain, dan tidak pernah memerhatikan sekitarnya. Memang ada kalanya kita harus memikirkan diri sendiri dan menjaga jarak dari sesama, yaitu tatkala kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, dan kesedihan kita. Dan, itu artinya kita dapat mendapatkan dua hal secara bersamaan: membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain.
Menjaga pikiran
Satu hal mendasar dalam seni mendapatkan kegembiraan adalah mengendalikan dan menjaga pikiran agar tidak terpecah. Apalagi bila Anda tidak mengendalikan pikiran Anda setiap melakukan sesuatu, niscaya ia tak akan terkendali. Ia muda membawa Anda pada berkas-berkas kepedihan masa lalu. Dan pikiran liar yang tak terkendali itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama, tetapi juga membisikan masa depan yang mencekam. Ia juga dapat membuat tubuh gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Karena itu, kendalikan pikiran Anda kea rah yang baik dan pada perbuatan yang bermanfaat. Dan, bertawakallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tak pernah mati (al-Furqan: 58).
Hal mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih kegembiraan adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan porsi dan tempatnya. Bagaimana pun, kehidupan ini dilaksanakan permainan yang harus diwaspadai. Ia dapat menyulut kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia maka mengapa ia harus begitu diperhatikan dan ditangisi ketika gagal diraih? (hal 15-17).
Kebahagiaan terletak di antara sabar dan rida. Kesabaran akan mengantarkan kita menuju ketenangan batin. Hal ini karena, Allah akan menyabarkan dan memuliakan orang-orang sabar. Demikian pula dengan sikap rida. Dengan keridaan Allah akan memalingkan seseorang dari keburukan yang menjadi sumber kesedihan (hal 148-172).
Buku Seni Bergembira mengajak pembaca untuk mewujudkan kegembiraan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Namun demikian, buku ini disajikan secara menarik. Ayat-ayat suci “ditafsir” sesuai makna zaman sehingga enak untuk dibaca.
Melalui buku ini Anda akan mendapatkan pencerahan hidup dan cara mengurai berbagai persoalan hidup secara bijak. Kisah-kisah yang disajikan dalam buku ini menjadi semacam obor yang dapat menuntun Anda mewujudkan kegembiraan lahir dan batin.
Lebih dari itu, buku ini mengajarkan tahapan-tahapan yang dapat dipraktikan guna meraih kegembiraan. Tahapan-tahapan ini pernah juga dipraktikan oleh Nabi guna meredam kegelisahan menuju kegembiraan. Selamat membaca.
*)Benni Setiawan, Warga Muhammadiyah, alumnus Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sungguh indah Mempesona artikelnya... Semoga Bermanfa'at Khususnya Bagi saya Peribadi, umumnya buat semua... Amiin
BalasHapus