Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 28 April 2013

Membebaskan Diri dari Emosi Negatif

Oleh Benni Setiawan



Resensi, Koran Sindo, Minggu, 28 April 2013

Emosi dapat menjadi pembunuh. Emosi bisa membunuh penyelesaian rencana, perwujudan impian, juga pencapaian kehidupan yang pernah kita cita-citakan dan sangat kita dambakan bagi diri sendiri.

Emosi-emosi yang sangat berbahaya juga mampu memicu perilaku yang mengarah pada berkurangnya rasa percaya diri dan harga diri. Utamanya, emosi bisa menghancurkan semangat dan energi positif yang kita miliki.

Jelaslah, semua itu emosi yang sangat merugikan. Bagaimana kita mengendalikan dan terbebas dari emosi negatif itu? Buku 7 Langkah Menguasai Emosi Negatif ini memberikan sejumlah rekomendasi dan catatan penting agar kita dapat membebaskan diri dari emosi negatif.

Alat Keselamatan

Buku karya Ken Lindner, pemilik dan chief executive officer perusahaan hosting representation paling sukses di dunia, ini bagai seperangkat alat keselamatan emosi. Ia memberi kita serangkaian langkah-langkah yang jelas dan sudah terbukti untuk bertindak dengan kejernihan intelektual. Kejernihan intelektual itu sepenuhnya akan menentukan pilihan hidup dan karier yang penting bagi kita.

Kuncinya kita harus menguasai emosi dan dorongan di dalam diri dan kemudian mengubahnya menjadi sekutu sewaktu kita membuat pilihan hidup yang penting. Saat mempelajari buku ini kita akan menyadari pentingnya mengidentifikasi dan bekerja dengan hal-hal, orang, peristiwa, dan tujuan yang paling kita dambakan, sayangi, takuti, benci, dan paling membuat kita malu.

Semua itu memicu muatan energi terkuat kita yang dihasilkan untuk membantu dan menggerakkan kita mengalahkan dan menetralisasi muatan energi dan emosi membahayakan yang dapat memengaruhi/mengacaukan penilaian intelektual terbaik kita. Maka, dengan mengetahui apa sesungguhnya yang memotivasi, menggerakkan, dan membangkitkan gairah, kita akan menemukan personal emotional triggers (PETs).

PETs adalah emas dan kebenaran. Emas mencakup tujuan dan impian yang sangat berarti. Emas inilah yang paling memotivasi dalam kehidupan. Adapun kebenaran adalah visi mengenai kehidupan yang sangat kita dambakan bagi diri sendiri dan sosok yang paling ingin kita wujudkan dalam diri.

Visi inilah yang sebenarnya menjadi inspirasi dan motivasi kita. Lebih dari itu, PETs adalah orang-orang, peristiwa, mimpi, tujuan, hasil, dan informasi yang menyerang lubuk hati terdalam— yang memicu muatan energi sangat kuat yang dihasilkan emosi—sehingga memotivasi dan menggerakkan diri kita untuk bertindak.

PETs memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menghancurkan pola perilaku yang membahayakan, sehingga kita pun bebas untuk dengan penuh kesadaran membuat pilihan hidup yang sesuai dengan emas dan kebenaran (halaman 53). Setelah mengetahui PETs, langkah selanjutnya adalah bersikap antisipatif.

Bersikap antisipatif menuntut kita untuk mempelajari masa yang akan datang dan mempertimbangkan tantangan bermuatan energi yang dihasilkan emosi apakah yang akan kita hadapi pada saat mendesak; apa pula yang akan kita lakukan dalam situasi tertentu yang mengharuskan diri sendiri menentukan pilihan hidup (halaman 97).

Pada saat mendesak, kita akan dituntut untuk mengakses, memutar kembali, dan menggunakan visualisasi pilihan hidup potensial yang tersimpan di dalam benak selama kita melakukan langkah cegah serang. Cegah serang merupakan rangkaian langkah persiapan yang mempersiapkan kita beberapa hari, minggu, dan/atau bulan sebelum kita harus menentukan satu, atau beberapa pilihan hidup ini.

Mengakui Kesalahan

Penting untuk mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan dalam menentukan pilihan hidup di masa lalu agar kita dapat menyusun rencana yang tepat dan lebih menguntungkan untuk menghadapi kesempatan serupa di masa mendatang (halaman 105).

Ketika melakukan frame atas persoalan yang dihadapi, kita menyusun tumpukan pembuatan pilihan, kemudian mengisinya dengan begitu banyak energi dan/atau muatan energi bertegangan tinggi sehingga muatan energi yang berasal dari emosi yang berbahaya akan terkalahkan dan selanjutnya musnah.

Hasilnya, pada saat mendesak, kita pun bebas dari emosi yang berbahaya sehingga mampu membuat pilihan hidup sesuai dengan kebenaran yang sangat berharga (halaman 139). Dalam mewujudkan itu, perlu memahami dan merasakan belas kasih dan memaafkan orang-orang yang pernah berperilaku dan menyakiti diri kita.

Dengan itu kita dapat menghilangkan muatan energi yang membahayakan diri sendiri. Sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan, menghadapi rintangan, dan mengalami kemunduran. Jangan khawatir, tetaplah ikuti dan lakukan langkah-langkah dan strategi dalam buku ini.

Kita pun perlu senantiasa mengkaji ulang dan memperbaiki setiap kesalahan. Dengan cara ini, kita sudah siap untuk memastikan dan menikmati hasil yang bermanfaat dan memuaskan.

Benni Setiawan, Dosen dan Penggiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Minggu, 21 April 2013

Memahami Hubungan Islam-Kristen

Oleh Benni Setiawan

Pustaka, Kedaulatan Rakyat, Minggu, Kliwon, 21 April 2013



Judul : Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen. Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di Dunia
Penulis : Hugh Goddard
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan : Januari, 2013
Tebal : 402 Halaman


Dalam bingkai sejarah dunia, hubungan Islam-Kristen menorehkan catatan yang panjang dan menyakitkan. Keduanya lahir dan berkembang di Timur Tengah. Namun, dalam perkembangan berikutnya, keduanya merambah dan menanamkan pengaruh ke pelbagai penjuru dunia; Kristen di Eropa dan Amerika, sementara Islam di Afrika dan Asia. Selama dua abad terakhir, sebagai akibat dari hubungan dagang, migrasi, itu berkembang semakin mendunia. Kini, hanya segelintir kawasan dunia yang tidak dihuni oleh kaum Kristen dan kaum Muslim meskipun dalam proporsi sangat berbeda.

Relasi Islam-Kristen dalam proses kesejarahan yang panjang itu dipotret secara ilmiah oleh Hugh Goddard dalam buku Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen. Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas AgamaTerbesar di Dunia ini.

Hugh menyatakan bahwasanya hubungan Islam-Kristen pernah mesra di awal abad ketujuh masehi. Hal itu terkait dengan penafsiran pada Kitab Perjanjian Lama. “Tafsiran pemersatu” ini muncul dari cerita Ibrahim/Abraham yang melahirkan Ismail dari istri Siti Hajar/Hagar. Kemunculan Ismail sebagai bagian dari komunitas muslim ini menjadi bukti kebenaran Kitab Perjanjian Lama.

Namun, dalam perkembangannya, kesamaan pandangan ini kian luntur. Hal ini disebabkan beberapa hal, pertama, sejak 756/138, muncul kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol sehingga agenda Harun al-Rasyid untuk membina hubungan baik dengan bangsa Franka kemungkinan dimaksudkan agar mendapat dukungan mereka untuk melawan Umayyah. Kedua, fakta bahwa pertikaian di antara kaum muslimin di Spanyol mendorong beberapa raja Muslim meminta bantuan kepada Karolus Agung pada 777/160 untuk melawan pesaing muslim mereka. Karolus Agung meresponsnya dengan mengirimkan pasukan ke Spanyol untuk membantu mereka. Namun, ketika kembali di Prancis, pasukan belakangnya diserang dan dibantai. Insiden inilah yang beberapa abad kemudian mengilhami penulisan epik The Song of Roland, tentang heroism pemimpin pasukan belakang ketika diserang oleh kaum muslimin. Tetapi, penting untuk dicatat bahwa dalam kejadian yang sebenarnya, bukan dalam epik, para penyerang itu bukanlah kaum muslimin, melainkan bangsa Basque (hal. 157-158).

Lebih lanjut, pandangan yang sangat negative terhadap Islam itu dipicu oleh suatu gerakan Kristen yang disebut “Gerakan Kemartiran Spanyol”, yang selama dasawarsa 850-860/235-246 membentuk apa yang disebut pandangan apokaliptik terhadap Islam.

Namun, kini Islam-Kristen sudah mulai menampakkan wajah sejuknya. Islam-Kristen sudah menjalin dialog dan kerjasama. Bertemunya Islam-Kristen ini tentu tak lepas dari peran Konsili Vatikan II. Konsili itu juga mengajak umat Kristen dan kaum muslimin untuk melupakan masa lalu dan berusaha dengan tulus untuk saling memahami satu sama lain.

Buku ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan Islam-Kristen pada masa silam. Dengan mendedah masa lalu itu, Hugh berharap keduanya mampu meningkatkan sikap saling memahami pada masa sekarang dan mempercayai jalinan kerja sama antara keduanya di masa depan, bukan malah memicu konflik yang lebih besar.

*)Benni Setiawan, Pegiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta.

Selasa, 02 April 2013

Tips Membaca Cepat

oleh Benni Setiawan



Judul : Kiat Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
Penulis : Dra. Lusi Hidayati
Penerbit : Fire Publiser, Pati
Cetakan : 2012
Tebal : viii + 72 Halaman


Membaca merupakan fitrah kemanusiaan. Membaca menjadikan manusia semakin kukuh dalam bingkai kemanusiaan. Pasalnya, melalui membaca, manusia semakin mengetahui dirinya. Mengetahui diri akan memudahkan identifikasi mengetahui lingkungan bahkan Tuhannya.

Dengan demikian, kemampuan membaca dengan cepat dan baik menjadi salah satu solusi di tengah semakin cepatnya informasi yang tersedia. Telah menjadi rahasia umum, jika kemajuan teknologi informasi mendorong tersajinya ragam peristiwa dalam hitungan menit. Internet menjadi penanda hal tersebut. Banyaknya ragam berita peristiwa tersebut mendorong kita untuk mengetahuinya. Jika terlewatkan, kita akan ketinggalan berita.
Kemampuan membaca secara cepat dan baik di era teknologi informasi ini tersaji dengan baik dalam buku Kiat Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat ini. Lusi Hidayati dengan bahasa sederhana menyajikan tips membaca cepat berdasarkan pengalamannya.

Tips itu adalah, pertama, memiliki minta yang besar terhadap buku atau materi yang hendak And abaca. Semakin berminat Anda terhadap sebuah buku, maka semakin cepat pula Anda membacanya. Sebaliknya, jika kita kurang berminat terhadap sebuah buku, maka kecepatan membaca kita pun menjadi lambat. Jadi minat menjadi hal utama dalam proses membaca cepat.

Kedua, berusahalah berkonsentrasi penuh saat membaca. Semakin Anda mampu berkonsentrasi, maka semakin cepat pula Anda membaca. Carilah suasana tenang dan nyaman. Namun, tidak semua orang menyukai kesunyian. Ada pula seseorang yang mampu berkonsentrasi penuh saat terjadi keramaian. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah konsentrasi. Temukan kenyamaan diri Anda saat membaca.

Ketiga, hindarilah gerakan-gerakan yang tidak perlu, seperti menggerakkan bibir, kepala, menggaruk tangan, dan sebagainya. Selain itu, membacalah dalam posisi yang baik agar mata dan tubuh Anda tidak cepat lelah. Kelelahan mata dan tubuh akan mampu menghilangkan keinginan (mood) untuk membaca. Jadi, pertahankan stamina Anda dalam membaca.

Keempat, menguasai teknik membaca cepat, yakni mampu membaca beberapa kata sekaligus dan berirama. Dalam hal ini Anda perlu melatih fiksasi agar menjadi lebih lebar, yakni kemampuan mata mengenali beberapa kata sekaligus. Dengan latihan yang baik, Anda akan mampu membaca beberapa kata sekaligus. Jika Anda mampu membaca tiga kata sekaligus, berarti kecepatan membaca Anda tiga kali lebih cepat daripada orang-orang yang hanya membaca per kata.

Kelima, membaca berirama berarti kita tidak membaca teks dengan kecepatan yang sama. Adakalanya, kita membaca lebih cepat untuk teks-teks yang mudah dipahami. Sedangkan untuk teks-teks yang memerlukan perhatian yang lebih besar, kita juga akan menurunkan kecepatan membaca.

Keenam, aktif membaca. Artinya, memiliki kebiasaan membaca setiap hari. Semakin aktif Anda membaca, maka semakin banyak pula informasi yang bisa diserap. Keaktifan membaca juga dengan sendirinya akan meningkatkan kecepatan Anda membaca.

Keenam tips dan teknik membaca tersebut akan mempermudah kita memahami sebuah tulisan. Baik, di dalam buku, surat kabar, mauapun berita edisi online.

Buku karya seorang pendidik di SMP Negeri 1 Pati ini akan mengantarkan Anda pada proses bagaimana menjadi pembaca handal dengan membaca cepat. Buku ini semakin memperjelas bahwa membaca dan kemampuan memahami sebuah kalimat menjadi modal sosial manusia untuk tetap dapat bertahan hidup di tengah laju perubahan zaman yang semakin cepat.

Senin, 01 April 2013

Kearifan Lokal Pulau Timor Harus Terus Dihidupkan

Oleh Benni Setiawan



"Perada", Koran Jakarta, Senin, 01 April 2013

Kehidupan masyarakat kini sedang dilanda arus modernisasi yang sangat kuat yang seakan terus merasuk dalam sumsum. Namun begitu, di tengah laju modernisme ini, masih ada kearifan lokal yang senantisa dipegang teguh masyarakat.

Masyarakat yang kini terpola dalam berbagai corak di desa-desa masih sangat lekat mewarisi kebiasaan masa silam. Walaupun ketinggalan zaman, justru masyarakat menilai masih amat positif memberi sesuatu yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari.

Seakan, kekuatan modernismus tidak mampu membantu manusia menghadapi persoalan-persoalan hidup sehari-hari sehingga kompensasi positifnya manusia modern lari pada warisan leluhur untuk mencari ketenangan hidup. Pada waktu yang sama mereka menemukan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan dan persoalan (halaman 4).

Solusi mengurai kesulitan hidup tertuang dalam lanskap orang Rote. Perjumpaan Injil dan budaya Rote telah melewati sejarah panjang, baik berupa tindakan penolakan maupun upaya adopsi dan adaptasi konsep kultural orang Rote. Sebuah upaya berteologi bisa datang dari bawah dan jemaat sebagai basis dan akar.

Teologi semacam itu merupakan sebuah upaya kontekstualisasi yang nonelitis karena berangkat dari pengalaman dan filosofi hidup yang dekat dengan masyarakat. Dalam narasi penciptaan dalam versi bahasa bini, sangat gamblang penggunaan idiom dan metafor kultural orang Rote. Konsep-konsep biblis ditransformasikan dalam alam berpikir yang telah menjadi tradisi.

Kearifan lokal dipakai untuk mengungkapkan konsep Yudea-Kristiani yang juga memiliki muatan kulturalnya. Kearifan lokal menjadi lebih hidup karena sang mahahelo memahaminya dengan baik dan mengekspresikannya dengan benar (hal 211-212). Kearifan lokal merupakan modal utama hidup yang dianggap sebagai sebuah perjalanan, di laut dengan perahu dan di darat dengan rumah.

Maka, kehidupan bersama mesti dijaga dengan baik. Perahu mesti dijaga keseimbangannya, jangan terlalu berat dengan muatan atau terlalu ringan. Rumah mesti menjadi kediaman yang dapat membawa mereka ke tujuan perjalanan dan bukan menjadi akhir dari perjalanan.

Rumah tidak boleh dijadikan tempat penumpukan barang-barang yang membuat perjalanan terhambat. Rumah mesti diisi dengan barang hasil pekerjaan dan usaha yang keras dan kadang sulit. Penumpukan harta tanpa kerja keras dipandang haram. Lebih lanjut, kehidupan sosial perlu dipelihara dari pertikaian, ambisi, menang sendiri, serakah, dan tidak mau tahu.

Sebagai sebuah masyarakat perahu yang berlayar, tiap orang mesti tahu perannya sebagai teman seperjalanan. Kerja sama dan saling membutuhkan mesti dipelihara antara perempuan di buritan dan lakilaki sebagai nakhoda di haluan baik secara gender, seks, maupun spiritual (halaman 260).

Kearifan lokal tersebut seakan menjadikan masyarakat lekat dengan kebudayaannya, tidak lagi terasing akan kebudayaanya sendiri. Masyarakat hidup berdampingan dengan "alam" sebagai basis kultural maupun ideologi. Itulah rancangan besar dalam buku Kebudayaan: Sebuah Agenda, dalam Bingkai Pulau Timor dan Sekitarnya ini.

Buku hasil kajian beberapa pakar dari perspektif yang beragam ini memaparkan sejarah lisan maupun tulis. Berkat kejelian dan penelitian yang tidak sebentar, mereka menemukan rangkaian kearifan lokal masyarakat Timor yang menjadi semacam "panduan" bagi masyarakat agar tidak terlena modernisasi yang hanya akan mengerdilkan peran masyarakat dalam komunitas beradab (bonum commune).

Sebuah buku yang membuka alam bawah sadar bahwa bangsa ini kaya akan ragam budaya dalam wujud kearifan lokal yang akan tetap lestari dan tumbuh jika terus digali, diajarkan, dan dipraktikkan.

Judul : Kebudayaan: Sebuah Agenda dalam Bingkai Pulau Timor dan Sekitarnya
Penyunting : Gregor Neonbasu SVD PhD
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Februari 2013
Tebal : xxiii 336 Halaman
ISBN : 978-979-22-9343-2