tag:blogger.com,1999:blog-2982405889707760182024-03-05T23:42:00.116+07:00Merenda Kata Mengukir MaknaBenni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.comBlogger141125tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-26241548919549934572015-06-12T11:32:00.000+07:002015-06-12T11:32:06.920+07:00Jawaban Buya atas Persoalan IslamOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmi-m9srrqPHxaz0vdlCp-YLPhjehlHjXsS_VIqzcknhPP2jbVbYDn8jEyLaMAo-9C5av7Yn5Bm-O2ZsFxAv1-LJ881OVLQZRIPzzrQ6QMlTTZ_eCb2pcRae46rKXsdCeYOeq8rYp9h2s/s1600/ASM.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmi-m9srrqPHxaz0vdlCp-YLPhjehlHjXsS_VIqzcknhPP2jbVbYDn8jEyLaMAo-9C5av7Yn5Bm-O2ZsFxAv1-LJ881OVLQZRIPzzrQ6QMlTTZ_eCb2pcRae46rKXsdCeYOeq8rYp9h2s/s200/ASM.jpg" /></a></div><br />
Rak, <i>Suara Merdeka, </i>Selasa, 9 Juni 2015<br />
<br />
Tahun ini genap 80 tahun usia Ahmad Syafii Maarif. Buya Syafii, bukanlah tokoh Islam kemarin sore. Ia telah lama mendedikasikan dirinya untuk kemajuan Islam dan bangsa Indonesia. Sebagai ucapan rasa syukur, Maarif Institute dan Mizan menerbitkan buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Sebuah Refleksi Sejarah, ini.<br />
<br />
Buku ini seakan menjadi jawaban logis dan ilmiah dari seorang Ahmad Syafii Maarif terhadap persoalan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Buya Syafii ingin menegaskan ketiganya bisa bersinergi dan menjadi modal sosial bangsa. Melalui buku ini pendiri Maarif Institute itu ingin menegaskan bahwa Islam mempunyai corak beragam dan tentunya sangat berhimpitan dengan budaya lokal.<br />
<br />
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyebut, bahwa Islam itu bersifat universal dalam hakikat ajaran dan misi kemanusiaan. Akan tetapi, praktik sosial Islam dalam format budaya berbagai suku bangsa tidak mungkin bebas dari pengaruh lokal, nasional, atau pun global. Ini alamiah belaka, orang tidak perlu berdebat tentang partikularitas Islam yang sudah menyejarah itu. Yang harus dikawal lekat adalah doktrin pokoknya berupa tauhid, iman, dan amal saleh, semuanya ini tidak boleh tercemar. Ia harus utuh sebagai fundamen dari sistem iman seorang muslim.<br />
<br />
Oleh sebab itu, bukanlah sebuah kesalahan terminologis jika ada sebuah Islam India, Islam Nigeria, Islam Amerika, Islam Iran, Islam Pantai Gading, Islam Jepang, Islam Arab Islam Turki, Islam Chad, Islam Brunei, Islam Cina, Islam Prancis, Islam Indonesia, dengan segala variasinya, dan seterusnya.<br />
<br />
Hidup Berdampingan<br />
<br />
Jangankan yang serba-besar itu, orang juga biasanya menyebut Islam menurut paham Muhammadiyah, paham NU, paham Persis, Islam paham garis keras, dan lain-lain (halaman 11- 12). Beragam corak itulah yang mengokohkan Islam. Islam senantisa mampu hidup berdampingan dengan segala sistem sosial yang ada.<br />
<br />
Bahkan, tegas Buya Syafii, Islam jika dipahami secara benar dan cerdas akan memberikan dorongan dan sumbangan yang dahsyat untuk mengukuhkan keindonesiaan kita di bawah naungan payung, ”ke-Tuhanan Yang Maha Esa” dan ”kemanusiaan yang adil dan beradab”, sebagai salah satu manifestasi iman kita dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.<br />
<br />
Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan harusnya dianyam sedemikian elok dan asri sehingga sub-kultur yang bertebaran yang membentuk Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara merasa aman dan tenteram untuk bertahan di Benua Kepulauan ini sampai masa yang tak terbatas (halaman 41-42).<br />
<br />
Siapa pun tidak bisa, dan memang tidak perlu, mengabaikan dimensi dan pengaruh lokal, selama semuanya itu menyangkut aspek kultural yang dibenarkan al-Qur’an. Sesungguhnya yang menjadi musuh keragaman adalah mereka yang ingin memonopoli kebenaran, dan jika perlu, Tuhan ”diperalatnya” (halaman 207).<br />
<br />
Buya Syafii melalui buku ini pun secara gamblang dan tegas bahwa untuk membangun Indonesia yang seluas dan sebesar ini jelas tidak gampang. Akan tetapi, apakah pengalaman keberhasilan atau kegagalan kita selama sekian dasawarsa belum cukup juga untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang siuman?<br />
<br />
Kita tidak saja memerlukan otak-otak besar yang telah dan akan lahir dari rahim bangsa ini, tetapi juga, dan mungkin malah yang paling mendesak, punya hati nurani yang bersih, sebersih air Danau Matano di Sorowako. Otak cerdas telah banyak dilahirkan, tetapi hati yang cerdas dan tulus masih perlu diperjuangkan.<br />
<br />
Bagaimana mengawinkan antara otak dan hati, itulah sebenarnya yang perlu dilakukan oleh seluruh sistem pendidikan kita di masa depan yang tidak terlalu jauh. Kecerdasan otak dapat melahirkan para ilmuan dan teknolog besar.<br />
<br />
Namun, itu belum cukup, harus didampingi oleh kecerdasan hati yang akan membuahkan kearifan dan sikap timbang rasa yang adil.<br />
<br />
Buku ini seakan menjadi curahan gagasan Buya Syafii terkait Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Dengan integritas tinggi tampaknya karya ini layak disebut sebagai masterpiece seorang Ahmad Syafii Maarif. Buku ini wajib Anda baca.Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-83415509438175304632015-06-12T11:28:00.000+07:002015-06-12T11:28:55.478+07:00Refleksi Keindonesiaan Buya SyafiiOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFPN1b5gXCqIQKWvmK7UFJJIfHHue3bYdXfpR6g4smwWTotbd-GdQmQGomsgbtq3aCVqTL5sCJBml6mKMy11RHAApYhEekn1ooVPiGv01rc393klPO5IIv_wBtZpGSP9MimoI0PhIAJAQ/s1600/ASM.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFPN1b5gXCqIQKWvmK7UFJJIfHHue3bYdXfpR6g4smwWTotbd-GdQmQGomsgbtq3aCVqTL5sCJBml6mKMy11RHAApYhEekn1ooVPiGv01rc393klPO5IIv_wBtZpGSP9MimoI0PhIAJAQ/s200/ASM.jpg" /></a></div><br />
"Resensi Buku", <i>Koran Sindo, </i>7 Juni 2015.<br />
<br />
Pada 31 Mei 2015, genap 80 tahun Ahmad Syafii Maarif. Guna mensyukuri ulang tahun Buya Syafii begitu ia biasa disapa-Maarif Institute dan Mizan menerbitkan buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Sebuah Refleksi Sejarah. <br />
<br />
Buku ini boleh dibilang karya monumental. Sebab, di dalam buku ini Buya Syafii mencurahkan gagasan, aksi, interpretasi, sikap, sekaligus integritas dalam menjawab persoalan keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Buya Syafii tampil trengginas mengemas berbagai isu lengkap dengan catatan sejarah yang sangat kaya. Kemampuan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini dalam mengakses literatur Barat dan Timur pun semakin memperkaya khasanah kajian Islam di Indonesia. <br />
<br />
Satu Tarikan Napas <br />
<br />
Dalam karya ini pendiri Maarif Institute ini ingin menyeru kepada Indonesia, tanah tumpah darah kita semua, kepada Islam, agama mayoritas penduduk Indonesia, dan kepada kemanusiaan yang secara teori memayungi nasionalisme bangsa ini. Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya umat Islam tidak lagi sibuk mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. <br />
<br />
Ketiga konsep itu haruslah ditempatkan dalam satu napas sehingga Islam yang mau dikembangkan di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu memberi solusi terhadap masalahmasalah besar bangsa dan negara. Sebutlah sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama kita yang beragam; sebuah Islam yang memberikan keadilan, kenyamanan, keamanan, dan perlindungan kepada semua orang yang berdiam di Nusantara ini, tanpa diskriminasi, apa pun agama yang diikutinya atau tidak diikutinya. <br />
<br />
Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin, sekalipunajarannya sangat anti-kemiskinan, sampai kemiskinan itu berhasil dihalau sampai batas-batas yang jauh di negeri kepulauan ini (halaman 17). Lebih lanjut, sembari mengutip ayat Alquran (al-Maidah, 5: 48), murid Fazlur Rahman ini, menyeru kepada semua pemeluk agama untuk berlomba- lomba dalam kebajikan. <br />
<br />
Baginya, tugas penganut semua agama adalah berlomba menegakkan dan menyebarkan kebajikan untuk semua, tidak hanya untuk diri sendiri atau kelompok sendiri. Perlombaan dalam kebajikan itu pun tak boleh merusak perumahan Indonesia sebagai negara-bangsa milik bersama dan tidak boleh pula tergelincir dari koridor “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Maka keindonesiaan dalam arti kebangsaan Indonesia tidak boleh beralih menjadi kebangsaan yang ekspansif yang tidak lain dari imperialisme modern (halaman 31). <br />
<br />
Pendukung Demokrasi <br />
<br />
Dalam kerangka tersebut, Buya Syafii menegaskan bahwa sudah sejak awal mayoritas umat Islam Indonesia adalah pendukung sistem demokrasi. Berbeda dengan mitranya di berbagai belahan dunia yang menolak atau ragu terhadap demokrasi. Rakyat Indonesia yang mayoritas muslim malah memandang demokrasi sebagai realisasi prinsip syura seperti yang diajarkan oleh Alquran. <br />
<br />
Selain karena pertimbangan agama, umat Islam Indonesia mendukung demokrasi juga berdasarkan realitas perimbangan jumlah mereka yang mayoritas sebagai pemeluk Islam. Maka melalui demokrasi, citacita kemasyarakatan dan kenegaraan Islam akan lebih mudah diperjuangkan, setidak-tidaknya demikianlah secara teoritik. <br />
<br />
Oleh sebab itu, munculnya partai-partai yang bercorak Islam sebelum dan pasca-Proklamasi adalah dalam rangka menegakkan pilar-pilar demokrasi, sekalipun sering terhempas dalam perjalanan (halaman 148). Demikian pula dalam penerimaan Pancasila sebagai dasar filosofi negara. Maka terbuka peluang yang sangat lebar untuk membangun bangsa ini tanpa bertegang urat leher karena perbedaan teo-filosofis. Dengan berakhirnya debat itu, energi mengembangkan Islam khas Nusantara pun akan terus tersemai dan tumbuh subur. <br />
<br />
Ilmu Garam <br />
<br />
Inilah yang kemudian sering Buya Syafii sebut sebagai “ilmu garam, tidak ilmu gincu” dalam proses memperjuangkan Islam di Indonesia. Ketika garam larut dalam makanan, bekasnya tidak kelihatan, tetapi pengaruhnya dalam cita-rasa masakan sangat menentukan. Istilah yang Buya Syafii ambil dari Bung Hatta itu merupakan wejangan dalam rangka mendidik umat Islam Indonesia agar lebih arif dalam memperjuangkan cita-cita politik Islam (halaman 290). <br />
<br />
Inilah kaitan antara Islam dan keindonesiaan dalam bingkai politik berkeadaban dan berkeadilan sosial. Sungguh luar biasa buku ini. Buku yang ditulis secara serius dan cermat yang semakin mengokohkan posisi Buya Syafii tokoh intelektual muslim par-execellen. Jika Anda ingin mengenal lebih dekat pribadi, gagasan, serta kiprah yang selama ini telah Buya Syafii lakukan, karya ini akan sangat membantu. Selamat ulang tahun Buya Syafii, panjang umur, terus menginspirasi negeri, dan senantiasa penuh berkah. Amin.<br />
<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-70476289463948980542015-05-11T09:01:00.000+07:002015-05-11T09:01:31.786+07:00Belajar itu MenyenangkanOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Resensi Buku, <i>Radar Surabaya, </i>10 Mei 2015. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjx9onsAdhi85ve4K6wrUa49d1Pvrok8MlA3oOeXLgckkALG4MdGiTgd42Ra1L9l6pz8FcrP8rlbnRYPJWXljo6ONZxBTSSKiD_sVZqLlP2VZ6Z1phB55NI-WXBvDMTqaoIgoBwiU8RZ0/s1600/ctlc.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjx9onsAdhi85ve4K6wrUa49d1Pvrok8MlA3oOeXLgckkALG4MdGiTgd42Ra1L9l6pz8FcrP8rlbnRYPJWXljo6ONZxBTSSKiD_sVZqLlP2VZ6Z1phB55NI-WXBvDMTqaoIgoBwiU8RZ0/s200/ctlc.jpg" /></a></div><br />
Judul : CTL (Contextual Teaching & Learning), Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna<br />
Penulis : Elaine B Johnson, Ph.D<br />
Penerbit: Kaifa Learning, Bandung<br />
Cetakan : Desember, 2014<br />
Tebal : 352 halaman<br />
<br />
Belajar itu menyenangkan. Melalui proses yang menyenangkan siswa akan betah dan nyaman dalam belajar. Ia akan mampu menerima dan mengembangkan ilmu sesuai dengan potensi yang telah dianugerahkan Tuhan kepada setiap manusia. <br />
<br />
Namun, seringkali yang kita jumpai di dalam proses pendidikan, belajar masih jauh dari kata menyenangkan. Belajar seakan menjadi paksaan. Belajar pun masih sekadar hubungan simbolik antara guru dan siswa. Guru paling pintar, dan siswa adalah makhluk yang kurang pintar. Siswa pun tak betah di sekolah. Jika mereka berangkat hanya sekadar memenuhi “standar” presensi. Saat mereka telah keluar kelas, dan atau telah lulus, mereka tak mendapatkan ilmu apa-apa.<br />
<br />
Mengingat kondisi itu, buku CTL (Contextual Teaching & Learning), Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna ini hadir. Buku karya Elaine B Johnson ini ingin membuktikan bahwa proses belajar-mengajar dapat dilakukan dengan cara-cara yang humanis. Melalui cara itu, hubungan antara guru dan siswa pun menjadi sangat akrab. Siswa merasa terayomi, dan guru tidak merasa berat dengan beban mengajar. Metode yang ditawarkan oleh Direktur Eksekutif MBM an Rekan, sebuah konsultan para pendidik dan pelaku bisnis ini adalah dengan CTL.<br />
<br />
<b>Mengaitkan Informasi</b><br />
CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerapkan pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima. Mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya (halaman 14).<br />
<br />
Ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan maka memberi mereka alasan untuk belajar. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari cara CTL (halaman 90).<br />
<br />
Bisa dikatakan pengaitan paling ampuh adalah pengaitan yang mengundang siswa untuk membuat pilihan, menerima tanggungjawab, dan memberikan hasil yang penting bagi orang lain. <br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-86240014811113767452015-05-11T08:53:00.000+07:002015-05-11T08:53:57.704+07:00Perdamaian Berbasis Kesamaanoleh Benni Setiawan<br />
<br />
"Resensi" <i>Koran Sindo, </i>Minggu, 10 Mei 2015<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFWLkEMfuZrvxjViYDmazFFRy39kQHo7cinv1TicqrPCFiIK5iUpVwq4d7YOR5epmo1L462OuJc3__UEtOwBSSPv_MTQu-MJdDsBkIAUkCuuPNVhOuOyxfvAslqNhpsR6BK_6IOrZVlOM/s1600/Harmony.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFWLkEMfuZrvxjViYDmazFFRy39kQHo7cinv1TicqrPCFiIK5iUpVwq4d7YOR5epmo1L462OuJc3__UEtOwBSSPv_MTQu-MJdDsBkIAUkCuuPNVhOuOyxfvAslqNhpsR6BK_6IOrZVlOM/s200/Harmony.jpg" /></a></div><br />
Judul : The Harmony of Humanity, Teori Baru Pergaulan Antarbangsa Berdasarkan Kesamaan Manusia<br />
Penulis : Prof. Dr. Raghib as-Sirjani<br />
Penerbit : Pustaka al-Kautsar, Jakarta<br />
Cetakan : 2015<br />
Tebal : xii + 784 halaman<br />
<br />
<br />
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. al-Hujurat, 14: 13). <br />
<br />
Ayat di atas menegaskan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Artinya, ia tidak dapat hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Manusia pun tidak dapat hidup tanpa keluarga sebagai tempat berlindung satu sama lain. <br />
<br />
Kemaslahatan Bersama <br />
<br />
Tampaknya potret keluarga inilah yang mendasari tesis The Harmony of Humanity. Dan jika menilik lebih jauh dalam sejarah panjang umat manusia. The Harmony of Humanity menjadi semacam pengungkit bahwa selayaknya manusia hidup damai dalam ragam perbedaan yang ada. Perbedaan bukan menjadi alasan untuk membenarkan konflik.<br />
<br />
Sebaliknya, yang perlu terus disuarakan adalah kesamaan umat manusia menuju kemaslahatan bersama. Berbagai klan manusia dihadapkan pada dua pilihan cara untuk menggapai berbagai kepentingan, yaitu muslihat dan benturan atau pergaulan dan hidup bersama. Kita dapat melihat bahwa pergaulan selalu lebih baik, afdal , dan cocok dengan berbagai suku ”cerdas” itu, yang sangat sadar mengetahui bahwa maslahat yang ingin mereka wujudkan itu sebenarnya adalah maslahat bersama yang bersifat umum. <br />
<br />
Ini bukan berarti bahwa pergaulan menjadi logika yang dominan, karena ada saja orang yang memenuhi kepentingan pribadi tanpa memedulikan kepentingan orang lain. Itulah sebabnya, benturan dan muslihat menjadi caranya untuk menggapai keinginannya (halaman 23). Buku karya Profesor Raghib as-Sirjani ini ingin mengukuhkan bahwa tak ada alasan bagi manusia untuk bermusuhan (konflik). <br />
<br />
Pasalnya, manusia mempunyai banyak kesamaan sebagai modal membangun kerukunan dan perdamaian. Salah satu kesamaan itu adalah apa yang ia sebut sebagai kesamaan tertinggi. Kesamaan tertinggi adalah setiap manusia memiliki gambaran tertentu tentang Tuhan. Gambaran itulah yang menjadi keyakinan (akidah) yang kuat sehingga tidak mudah untuk dicabut selamanya.<br />
<br />
Keyakinan inilah yang dapat menjadi tempat bernaung puluhan suku, ras, dan warna kulit. Namun seiring dengan itu, ia juga dapat menjadi penyebab konflik yang parah. Oleh sebab itu, yang harus dilakukan adalah jangan pernah mengusik keyakinan pihak lain (halaman 133). <br />
<br />
Kesamaan Akal <br />
<br />
Selain itu, manusia juga mempunyai kesamaan umum, dalam hal ini adalah kepemilikan akal. Kesamaan umum akal bertujuan agar berbagai suku bangsa dapat bertemu pada hal-hal yang rasional, bukan spiritual; pada dalildalil dan bukti-bukti kebenaran, bukan pada kesan pikiran atau perasaan ataupun hal-hal gaib. Di titik inilah akan terjadi koneksi dan pergaulan (halaman 138). <br />
<br />
Dengan demikian, pelarangan penggunaan akal dalam kehidupan merupakan hal yang aneh. Pasalnya, larangan penggunaan akal menunjukkan cacat serta kesia-siaan pada kemanusiaan. Tidak diragukan lagi, hal itu akan menyeret ke arah peperangan dan konflik. Saat akal telah teroptimalkan dengan baik, maka ia akan menghasilkan ilmu pengetahuan. <br />
<br />
Ilmu pengetahuan tentang kehidupan memiliki peran signifikan dalam perjalanan menentukan pertemuan peradaban antarbangsa meskipun jarak mereka relatif berjauhan. Ilmu pengetahuan pun mampu mewujudkan kepentingan- kepentingan kolektif agar setiap peradaban dapat maju dan berkembang dengan pengalaman peradaban lain (halaman 411). <br />
<br />
Oleh karena itu, dialog besar haruslah dilakukan antarkaum intelektual dan cendekiawan di dunia ini untuk merumuskan perjanjian kehormatan yang membahas tentang komitmen-komitmen standar yang harus dipenuhi, dan wajib dijaga oleh ruang seni. Ruang seni merupakan wadah kesamaan umum. Maka itu, pelanggaran terhadapnya merupakan perlawanan terhadap karakter manusia dan hak naluriahnya. <br />
<br />
Ditambah lagi dengan ruang kesamaan tertinggi, yang pelanggaran dan permusuhan terhadapnya sama artinya dengan permusuhan terhadap simbol kesucian agama yang tertanam mendalam dalam emosional umat. Sungguh, tidak seorang pun mendapat kebaikan jika seni dijadikan sebagai senjata perang (halaman 547).<br />
<br />
Pembenar dan Tafsir <br />
<br />
Lebih lanjut, tesis utama dalam karya ini adalah kesamaan umat manusia dan urgensitasnya merupakan dasar pemersatu umat manusia. Saat manusia mencari perbedaan, maka ia sedang menggali kuburnya sendiri. Pasalnya, manusia seakan mencari pembenar untuk melakukan permusuhan dan peperangan. <br />
<br />
Namun, saat manusia mencari persamaan sesamanya, ia sedang membangun sebuah peradaban baru berdasarkan cinta kasih tanpa batas. Buku ini menjadi jawaban ilmiah atas beberapa tesis terdahulu, seperti The End of History ala Francis Fukuyama dan The Clash of Civilizations anggitan Samuel P Huntinton. The Harmony of Humanity membawa angin segar bagi terciptanya perdamaian dunia didasarkan pada kesamaan manusia bukan pada perbedaan. <br />
<br />
Pada akhirnya, buku karya cendekiawan asal Mesir ini pun secara ilmiah menjadi pembenar dan ”tafsir” terhadap Quran Surat al-Hujurat (49:13) di atas. Semoga kehadiran buku ini menjadi pemantik bagi umat manusia untuk dapat hidup rukun dan damai dalam bingkai kesamaan dan kemaslahatan bersama. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-58208061372895152142015-04-19T18:39:00.001+07:002015-04-19T18:39:09.857+07:00Menjadi Terdepan dan TerbesarOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Resensi Buku Koran Sindo, 19 April 2015<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfPJA6oMsKCD7zvoL6aa2wV_PujFajoOY-rt6P2pNo34NQmHIJvcnW4mbE9iRbwdpB6QhL_fpKdlVO4XJRhJlUgXRuX6MP-GGuWuVc5E4D4HpZmgfgzedeI-uVWhLP1AASjRuruSxoHo/s1600/HWHL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfPJA6oMsKCD7zvoL6aa2wV_PujFajoOY-rt6P2pNo34NQmHIJvcnW4mbE9iRbwdpB6QhL_fpKdlVO4XJRhJlUgXRuX6MP-GGuWuVc5E4D4HpZmgfgzedeI-uVWhLP1AASjRuruSxoHo/s200/HWHL.jpg" /></a></div><br />
Hanya satu di antara tiga dari pekerja yang benar-benar bekerja. Mereka hadir, being present baik secara fisik, mental maupun intelektual. <br />
<br />
Mereka terlibat secara penuh di dalam pekerjaannya. Dan, satu di antara lima orang yang digaji oleh perseroan, bekerja berseberangan dengan apa yang ingin dicapai perseroan. <br />
<br />
Temuan Gallup Management itu menjadi bukti nyata, betapa tidak banyak pekerja yang mampu mengolah potensi menjadi kekuatan mengembangkan perseroan. <br />
<br />
Mereka hanya sekadar menjadi pekerja dan penggembira di dalam sebuah perseroan. Ironisnya, realitas yang sering kita temui di dalam kehidupan kerja adalah sebagian besar perseroan tidak merumuskan business purpose dengan cermat. Sebagian besar deklarasinya hanya terkesan dibuat untuk memenuhi tuntutan formalitas, jika tidak mau dikatakan lips service . <br />
<br />
Meningkatkan Kualitas <br />
<br />
Masalah inilah yang menjadi fokus kerja Hendrik Lim dalam buku Happy Work, Happy Life. Mengintegrasikan Engagement ke dalam Strategi Bisnis untuk Menciptakan Terobosan Kinerja dan Kepuasan Kerja ini. Sebagai seorang praktisi bisnis entrepreneurship dan seorang yang pernah menduduki Presiden Director ia ingin membagi ilmu dan pengalaman guna meningkatkan kualitas perseroan melalui engagement. Mengapa engagement? <br />
<br />
Hendrik Lim mendasarkan pada hasil penelitian yang menyatakan bahwa jika perseroan sanggup mengengage pekerjanya, maka ia akan tumbuh 2.5 kali lipat. Tidak hanya itu, jika perseroan tersebut, selaian engagement, juga melakukan upaya enablement, grow rate kinerjanya, bahkan bisa mencapai 4.5 kali lipat. <br />
<br />
Di dalam dunia kerja engaged employee berarti seseorang yang penuh terlibat, senang, dan antusias atas apa yang ia kerjakan. Ia bersedia dan atas kemauannya sendiri (diskretif) melakukan berbagai hal-hal jauh di luar batas kewajiban standar formal semata untuk kepentingan dan kemajuan organisasi. Pemicu peningkatan kinerja organisasi dan daya saing perseroan telah berubah. Siapa pun yang ingin berlaga dan menang di dunia bisnis, wajib menyesuaikan strategi dan teknik pendekatannya dalam upaya mencapai sasaran-sasaran strategisnya tersebut. <br />
<br />
Suasana Senang <br />
<br />
Perseroan yang bisa merancang iklim yang fun, exciting dan menantang, akan membuat suasana kerja menjadi riang. Orang menjadi senang dalam bekerja, lebih banyak tersenyum dan punya hubungan industrial yang hangat. Dan di sinilah intinya, ketika kita merasa senang, maka kemampuan berpikir kreatif kita terbuka paling lebar. Ketika kita senang, kita menjadi amat kreatif. <br />
<br />
Semua ide-ide akan mengalir dengan sendirinya. Ia seperti air terjun yang otomatis mengalir lancar. Namun, hal yang sebaliknya akan terjadi, jika suasana kerja itu monoton, membosankan apalagi suasananya tegang dan tidak tenang. Maka kemampuan berpikir kreatif kita akan tersumbat seperti sebuah saluran yang ”mampet”. Tidak ada hasil kreatif yang bisa mengalir keluar dalam suasana kerja seperti itu (halaman 18-19). <br />
<br />
Pada prinsipnya, engagement bukanlah suatu event atau program tambahan. Ia tidak bisa ditempatkan sebagai suatu auxiliary program. Tetapi engagement haruslah embedded di dalam strategi dan kultur perseroan. Engagement harus menjadi suatu strategi leadership untuk menyukseskan strategi bisnis (halaman 92). Sebagian besar perseroan tidak memanen hasil transformasi karena ada diskrepensi di dalam konsep dan implementasi. Ada gap antara the way we think and feel terhadap the way we do. Di sinilah engagement menjadi semacam kunci menyesuaikan dan mencocokkan hal itu. <br />
<br />
Alat Pendongkrak <br />
<br />
Dengan engagement, perseroan akan punya leverage competitiveness yang makin hebat. Dengan demikian ia bisa sustain dalam alam kompetisi, apalagi kini dalam kompetisi pasar global yang makin terintegrasi. Tidak hanya sustain, tetapi juga surplus. Engagement memungkinkan setiap orang bisa mengeluarkan semua hal-hal terbaik, bakat, kemampuan, keahlian yang selama ini tersimpan dan menyalurkannya ke dalam kinerja. <br />
<br />
Dengan pendekatan yang integral tersebut, engagement kini bukan lagi sebuah buzzword semata. Ia bisa menjadi alat pendongkrak market value perseroan yang amat hebat (halaman 306- 307). Buku ini seakan menyadarkan kepada kita betapa banyak perseroan yang belum mampu survive bukan karena ketiadaan modal. Namun, mereka belum mampu mengolah dan mengelola pekerja menjadi kekuatan. <br />
<br />
Sebagaimana buku Hendrik Lim sebelumnya (Adaptif, Besar, Gesit, ABG, dan Business Owner Selling Spirit & Strategy, BOSS ), karya ini bukan sekadar mengelaborasi potensi. Namun, juga mendesain sebuah strategi dan metodologi agar sebuah perseroan mampu menciptakan sebuah lompatan besar dan menjadi yang terbesar dan terdepan. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-20264149781050160762015-04-12T17:28:00.001+07:002015-04-12T17:28:16.436+07:00Kupas Tuntas Cabe-cabeanOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Ta'dib Magz | Edisi 1 Tahun 2015<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixMj4mfYqDbHcHdhs7AI8ELuwDXe8DMOKNbKevaj4hJzaTvpJukqpUMEtoWNVseKXxqR1g2d6DatkfWQ1eUX37zSD0-H_ezk09mMTEhKZwivVOZTb_inBwCssUCH9OUMAcHqbxleBbbWM/s1600/Cabe.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixMj4mfYqDbHcHdhs7AI8ELuwDXe8DMOKNbKevaj4hJzaTvpJukqpUMEtoWNVseKXxqR1g2d6DatkfWQ1eUX37zSD0-H_ezk09mMTEhKZwivVOZTb_inBwCssUCH9OUMAcHqbxleBbbWM/s200/Cabe.jpg" /></a></div><br />
Judul : “Cabe-cabean’ The Untold Stories<br />
Penulis : Ian Karim dan Stanley Meulen<br />
Penerbit : Loveable, Jakarta<br />
Cetakan : 2014<br />
Tebal : 210 halaman<br />
<br />
Cerdas dan humanis. Dua kata yang layak menggambarkan buku “Cabe-cabean” The Untold Stories ini. Buku yang ditulis dan dicetak dengan gaya bahasa khas anak muda ini sungguh memikat. Pembaca seakan diajak bertualang ke negeri ‘cabe-cabean’ yang hidup di tengah masyarakat. Bukan untuk menghardik mereka, namun, mencoba berempati terhadap pilihan hidupnya.<br />
<br />
Buku ini ditulis untuk membuka mata kita semua. Bahwa, ada sesuatu yang nyata yang telah terjadi di masyarakat, dan itu butuh perhatian kita semua. Untuk menyadarkan kita bahwa ada something missing dirasa kepedulian kita, yang sepertinya semakin hari semakin tergerus.<br />
<br />
<b>Gula-gula</b><br />
Fenomena cabe ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2008. Tapi waktu itu belum dikenal istilah cabe. Melainkan gula-gula atau gulali atau dalam bahasa resmi dunia balap adalah umbrella girl. Namun, bukan umbrella girl sebagaimana yang ada di dalam balapan resmi. <br />
<br />
Cabe-cabean berasal dari sini. Yaitu, trend cewek pendamping di arena balapan liar. Para gula-gula ini juga punya tugas lain yaitu sebagai gadis pengangkat bendera start atau lebih tepatnya sapu tangan di arena balap. <br />
<br />
Ada semacam seleksi alam dalam pemilihan para gula-gula ini di kalangan joki. Dari beberapa perempuan, joki tidak akan langsung memilih. <br />
<br />
Terjadilah semacam transformasi. Dulu hanya joki juaralah yang memiliki gula-gula atau cewek pendamping. Namun, setelah terjadinya perubahan kultur, joki-joki baru ini, yang mungkin baru akan turun di arena balap untuk pertama kalinya, ternyata sudah memiliki gula-gulanya sendiri. Cewek-cewek itu dalam komunitas balapan disebut sebagai gula karbitan (halaman 39).<br />
<br />
<b>Sering dibully</b><br />
Ada sebuah benang merah yang bisa ditarik dari isu cabe-cabean ini. Tentang mengapa akhirnya mereka ada dan nama itu lahir. Benang merah itu adalah, fame alias popularitas. Karena joki dipercaya bisa mengangat kepopuleran mereka.<br />
<br />
Namun, di balik itu ada fakta menarik dan mencengangkan. Mereka yang berusaha untuk bisa mendampingi seorang joki dan tidak peduli dengan latar belakangnya (yang penting bisa sama joki), ternyata kebanyakan adalah cewek-cewek yang tidak terlalu populer di sekolahnya. <br />
<br />
Mereka adalah para siswi yang tereleminir bahkan juga kadang sering di-bully. Sekalipun mungkin ada di antara mereka yang tidak mengalaminya di sekolah. Tapi, sudah pasti mereka ini adalah anak-anak yang tersingkir di pergaulan karena faktor tekanan ekonomi mereka. <br />
<br />
Mereka bukan siapa-siapa dan tidak diterima di mana-mana. Dan satu-satunya cara bagi mereka untuk merasa berharga adalah dengan mencari tempat. Teman dan sesuatu yang bisa memberikan mereka hal-hal yang mereka tidak akan dapatkan di sekolah dan lingkungannya, dan arena balapan liar adalah jawabannya. Mendapatkan joki akan membuat mereka populer. Inilah yang mereka cari (halaman 47).<br />
<br />
<b>Tekanan Ekonomi dan Minder</b><br />
Ironisnya, berkembanglah pemahaman bahwa cewek gula-gula ini memang mudah sekali “dipake” dan digilir di kalangan joki atau anak-anak motor. Ada juga semacam image yang melekat pada cewek gula-gula. Bahwa, mereka itu alay, bego, dan kampung (makanya bisa sembarangan dipake). Nah, karena itu kemudian lahirlah istilah cabe yang akhirnya resmi menggantikan istilah gula-gula atau gulali. Cabe itu sendiri adalah kependekan dari, cewek alay bahan ent*tan/e*ean. Dipakai kata bahan, karena joki menyebut part motor dengan bahan (halaman 49).<br />
<br />
Selain faktor ekonomi dan sosial, ada juga faktor lainnya yang melatarbelakangi terjunnya seorang cewek ABG menjadi cabe-cabean, yaitu faktor keluarga. Cabe tidaklah mencari uang. Mereka bukan bispak atau jablay. Mereka memilih jalan tersebut karena tekanan hidup, keluarga dan tekanan ekonomi. Mereka hanya ingin bebas. Tekanan ekonomi berbeda dengan masalah ekonomi. Karena kalau sudah berbicara masalah ekonomi, ujung-ujungnya pastilah uang. Iya, mereka butuh uang dan mereka juga senang jika mendapat uang, tapi bukan itu tujuan utama mereka menjadi cabe-cabean.<br />
<br />
Cabe sebenarnya memiliki rasa minder yang cukup tinggi. Para cabe tidak akan pernah menghampiri lelaki yang memakai mobil atau motor bagus. Standar kendaraan mereka cukuplah motor bebek atau matic biasa untuk ‘tarif bawah’ dan bebek atau matic dengan velg jari-jari 17 plus krom untuk ‘tarif atas’. Mereka sama sekali tidak mau masuk ke dalam pergaulan yang lebi atas lagi. Buat cabe, itu bukanlah dunianya mereka (halaman 78-79).<br />
<br />
Buku karya Ian Karim dan Stanley Meulen ini seakan menyodok alam bawah sadar kita untuk segera peduli terhadap masa depan anak bangsa. <br />
<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-35176322513218057042015-03-31T13:32:00.000+07:002015-03-31T13:32:44.898+07:00Mozaik Nusantara<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQkygf91rEn0EU_-8EOJonT4I1ZSBqjgfxGLvqdmRT9tWx_94S9eX8Y57FfUUAjXU97Zpv_75zeGhANnSUA7Jolx-FjVLFqxS5RpGoce8EGWP4DUcIwkrbhZbWAl1EKMiREOLwSNbQ3dY/s1600/Bukuku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQkygf91rEn0EU_-8EOJonT4I1ZSBqjgfxGLvqdmRT9tWx_94S9eX8Y57FfUUAjXU97Zpv_75zeGhANnSUA7Jolx-FjVLFqxS5RpGoce8EGWP4DUcIwkrbhZbWAl1EKMiREOLwSNbQ3dY/s200/Bukuku.jpg" /></a></div><br />
"Resensi", <i>Koran Sindo, </i>29 Maret 2015.<br />
<br />
Kota-kota di Indonesia sering merupakan sebuah gabungan eksplosif unsur-unsur yang saling berseberangan. <br />
<br />
Di satu sisi terlihat modern dan kebarat-baratan, di sisi lain tradisional dan autentik: gedung-gedung tinggi sebagai pusat perkantoran, pusatpusat perbelanjaan, jalan-jalan tol dan gerai-gerai makanan siap saji. Sementara, di sisi lain terdapat kampung-kampung padat penduduk, pasar-pasar tradisional, becak dan warungwarung pedagang kaki lima. <br />
<br />
Akan tetapi, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, tata ruang publik yang semrawut, kesenjangan yang besar antara si kaya dan si miskin, kurangnya ruang terbuka dan infrastruktur (jalan, angkutan umum, pengelolaan sampah), yang kelebihan beban adalah pemandangan yang menonjol. Melalui kajian sejarah yang sangat memadai, buku Panduan Jelajah Kota-kota Pusaka di Indonesia, Medan, Jakarta, Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang ini hadir mengisahkan betapa indah dan kayanya Indonesia. <br />
<br />
Berdasarkan tulisan sejarah dan temuan arkeologis, kita dapat memperoleh gambaranyangmemadaitentangsituasi aslinya. Struktur kota dibentuk oleh kompleks tempat tinggal dengan tembok di sekelilingnya, yang dikelompokkan di sepanjang jalan-jalan lebar dan alun-alun dan lapangan umum. Kompleks-kompleks tersebut dihuni oleh kaum elite aristokratis dan religius. <br />
<br />
Kelompok aristokrat terutama mengurusi produksi pertanian dan tidak mengurus perdagangan (internasional) secara langsung. Sebuah kompleks tempat tinggal terdiri dari beberapa pekarangan yang dikelilingi tembok dengan paviliun-paviliun terbuka dan pohon-pohon, yang saling terhubung melalui pintu-pintu gerbang. Titik pusat kota adalah alun-alun dengan keraton dan kompleks keagamaan penting di sekelilingnya yang ditempatkan secara berkelompok . <br />
<br />
Alun-alun dipergunakan sebagai pasar dan aktivitas masyarakat. Ibu kota dibuat luas, tanpa dinding di sekelilingnya, sehingga tanpa disadari menjangkau sampai ke pedalaman. Alasan utama untuk tinggal di kota adalah kedekatannya dengan pusat kekuasaan. Di bawah pengaruh budaya Hindhu, arsitektur khas rumah panggung Indonesia mengalami perubahan bentuk, menjadi rumah yang didirikan di atas lantai batu dan tanah yang ditinggikan, dengan atap yang disangga oleh tiang-tiang dan ditutup oleh genteng (halaman 4-5). <br />
<br />
Simbol Spiritual <br />
<br />
Dalam konteks kota Yogyakarta misalnya, bangunanbangunan dan lapanganlapangan sepanjang poros utaraselatan keraton melambangkan perkembangan spiritual manusia. Memasuki lapangan utama keraton sama dengan mendekati kesempurnaan surga. Pendekatan spiritual Tuhan adalah konsep penting dalam filsafat Jawa. <br />
<br />
Jalan yang harus ditempuh untuk itu dilambangkan dengan rute dari lapangan utama ke monumen tugu di utara. Rute ini melewati antara lain alun-alun (kesadaran manusia yang tak terukur, dengan dua pohon beringin sebagai dua kutub yang bersebarangan di semesta), persimpangan jalan (pencari jalan yang benar), pasar (godaan kesenangan duniawi), dan kantor pemerintah kerajaan (godaan kekuasaan duniawi). <br />
<br />
Pada akhirnya kesatuan raja, rakyat, dan Tuhan secara simbolis tercapai di monumen tugu (halaman 177- 178). Selain persinggungan kosmologis yang tampak dalam sentuhan perkembangan wilayah Yogyakarta, buku ini juga menyuguhkan gambaran menarik mengenai “geseran” simbolis sosio-kultur masyarakat. Misalnya, gambaran tentang Glodok di Jakarta. Kawasan ini memang masih terdiri dari jaringan ganggang, tempat orang-orang China (Tionghoa) tinggal berdekatan. <br />
<br />
Akan tetapi, tiga dasawarsa terakhir dari abad ke-20 banyak bangunan asli yang dibongkar untuk perluasan jalan atau diganti dengan bangunan-bangunan baru. Setelah pergantian politik tahun 1965, ketika elemenelemen China dianggap merongrong negara, tiap manifestasi budaya China di kehidupan publik ditabukan. <br />
<br />
Reklame, sekolah, koran dan nama-nama berbau China menghilang dari pandangan. Baru pada tahun 1999 pembatasan-pembatasan manifestasi budaya China dihilangkan, sehingga Glodok kembali tampak berkarakter China. Kelenteng-kelenteng kembali ramai dikunjungi dan selama perayaan hari besar China ada pawai dan pertunjukkan barongsai di jalan (halaman 75). <br />
<br />
Falsafah Bhinneka Tunggal Ika <br />
<br />
Buku ini diawali dengan sebuah gambaran singkat mengenai perkembangan kota Indonesia. Pembahasan di babbab selanjutnya secara teratur merujuk pada bagian-bagian tertentu, dari gambaran singkat ini. Setelah itu diikuti dengan rute jelajah sembilan kota pusaka, yang masing-masing ditandai dengan warna berbeda. Setiap rute diawali dengan sebuah sejarah singkat kotanya (dulu dan sekarang). <br />
<br />
Setiap rute dilengkapi dengan peta, sehingga dapat disesuaikan dengan keinginan, minat, dan waktu masing-masing. Tidak semua tempat menarik atau setiap bagian rute-rute tersebut harus dikunjungi atau dijelajahi. Sebuah rute dapat saja dipotong atau dipersingkat, sebagian dilakukan dengan kendaraan umum atau dilakukan dalam beberapa hari. Buku ini menjadi potret dan bukti otentik bahwa bangsa ini dibangun dari berbagai macam kultur. <br />
<br />
Ragam budaya inilah yang menguatkan bangsa Indonesia sebagaimana tergambar dalam falsafah Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah karya yang kembali menyadarkan betapa bangsa merupakan mozaik terindah (masterpiece) Tuhan Yang Maha Kuasa. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-84183225418786013822014-05-25T16:54:00.000+07:002014-05-28T13:30:26.120+07:00Mengulik Garuda MudaOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Resensi Buku <i>Koran Sindo</i>, Minggu, 25 Mei 2014<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXAxzh7U3BvMBptkax5EZ8U0TdNOIBOUZrnsZJ1OwPxR4Ip1jn0ViUrJ6b859umUXJQf85WzfX8EIxj9RN4e-NIIjA1rnsJvsrxzVyvI7bnBIgDwO9b-HHuSGScwbP0xuEp_l9IJop078/s1600/TimNas.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXAxzh7U3BvMBptkax5EZ8U0TdNOIBOUZrnsZJ1OwPxR4Ip1jn0ViUrJ6b859umUXJQf85WzfX8EIxj9RN4e-NIIjA1rnsJvsrxzVyvI7bnBIgDwO9b-HHuSGScwbP0xuEp_l9IJop078/s200/TimNas.jpg" /></a><br />
<br />
Membanggakan. Itulah kata yang tepat menggambarkan prestasi Timnas U-19. Mereka seakan mengobarkan semangat garuda yang mengepakkan sayap di bidang olahraga yang paling digandrungi oleh masyarakat: sepak bola. <br />
<br />
Sepak bola seakan telah menjadi agama kedua bagi masyarakat di belahan bumi mana pun. Gaung sepak bola menjadi kebanggaan, bahkan kekalahan. Artinya, jika sebuah tim sepak bola memenangkan sebuah pertandingan di tingkat lokal maupun internasional, kebanggaan menjadi sebuah kenikmatan yang luar biasa. <br />
<br />
Sebaliknya, jika kekalahan melanda sebuah tim, hal ini dapat menjadi hal yang memalukan bahkan sebuah aib. Karena itu, membangun kebanggaan sebuah bangsa melalui sepak bola seakan menjadi sebuah keniscayaan. Kebanggaan bersepak bola itu seakan kini sedang diretas oleh Garuda Muda. Tim nasional usia di bawah 19 tahun menjadi awal kebanggaan mewujudkan kehormatan sebuah bangsa di pentas internasional. <br />
<br />
Kerja Keras <br />
<br />
Buku Official Book TIMNAS U-19, Garuda Jaya ini menyuguhkan sebuah fakta unik, yaitu keberhasilan Timnas U- 19 tak lepas dari kerja keras dan pengalaman pribadi para pemainnya. Buku karya Andibachtiar Yusuf & Eko Priyono dengan gamblang menunjukkan perjuangan meraih prestasi dan kebanggaan merupakan usaha dan kerja keras. Lihatlah betapa Evan Dimas Darmono, Kapten Timnas U- 19. <br />
<br />
Sebelum tenar karena prestasinya di Timnas U-19 dia harus menjalani pahit getirnya kehidupan. Pahit getir itulah yang mengantarkannya menuju sukses hari ini. Jangan bayangkan apa yang didapat Evan mudah diraih. Semua diperjuangkan dengan keringat, bahkan air mata. Tidak ada yang instan. Lahir dari keluarga sederhana, Evan kecil sulit memperoleh apa yang diinginkan. Untuk membeli sepatu sepak bola pun harus menunggu orang tuanya memiliki uang. <br />
<br />
Ayah Evan pernah berprofesi sebagai petugas keamanan dan penjual sayuran. Ibunya hanya mengurus rumah tangga. Ibunya pernah pula bekerja “serabutan” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa dibilang, kondisi Evan dan keluarganya pas-pasan. Evan baru bisa memiliki sepatu sepak bola pada usia sembilan tahun. Dibeli dari hasil keuntungan sang ayah saat berjuangan sayur keliling kampung. Kemudian Ibu Evan membelikan sepasang sepatu sepak bola merek Diadora seharga Rp20.000. <br />
<br />
Sepatu yang terlalu besar di kaki Evan ini hanya bertahan tiga minggu. Evan pun pernah diledek karena meminjam sepeda motor tetangganya ketika ingin latihan. Semua cerita itu justru memoles ketangguhan Evan. Dia percaya, roda kehidupan berputar. Asal mau kerja keras, tidak ada yang mustahil (halaman 4-5). Cerita serupa dialami Putu Gede Juni Antara. Putu sempat murung dan menangis garagara sepatu bola. Keinginan memiliki sepatu bola terinspirasi saat ia menonton televisi. <br />
<br />
Dia ingin mencoba main sepak bola dengan sepatu bola. Sebelum bergabung dengan Timnas U-19, Putu pernah mengalami kegagalan. Ia sempat dinyatakan tidak lolos dalam seleksi menembus tim Perseden Denpasar U-15. Di tengah kegundahan itu dia dengar nasihat ayahnya, bahwa jalan masih panjang. Berkat tekad yang bulat itu dia ingin lebih sukses untuk keluarga dan bangsa. Kenangan dua pria kelahiran, Surabaya, 13 Maret 1995 dan Denpasar, 7 Juni 1995 itu mengguratkan kisah betapa kesuksesan bukanlah kerja instan. <br />
<br />
Kesuksesan merupakan buah dari kerja keras, kesabaran, dan kegigihan untuk terus maju. Saat kesuksesan telah teraih, apa yang pernah dilalui menjadi buah yang terasa manis. Hal itulah yang kini juga dirasakan oleh Dimas Sumantri. Di awal meretas karier sebagai pesepak bola, Dimas sering mendapatkan ejekan dari teman sepermainannya. Dulu, kontrol bola Dimas payah. Bola sering hilang di kakinya. Akan tetapi, dia yakin suatu hari bisa berprestasi supaya ejekan itu berubah menjadi pujian. <br />
<br />
Talenta Muda <br />
<br />
Keyakinan Dimas dibantu dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Bapak Dimas, Sutrisno, yang sempat menjadi pesepak bola, rajin mengingatkan Dimas untuk tidak gampang menyerah. Karena semangat dari ayahnya itu dia pun kini mampu berujar, “Siapa pun bisa meraih prestasi setinggitingginya asal mau bekerja keras,” (halaman 29). Pesan manis untuk anak bangsa juga mengalun tulus dari Muchlis Hadi Ning Syaifulloh. <br />
<br />
Pria kelahiran Mojokerto, 26 Oktober 1996, ini mengungkapkan, “Kadang merasa malu, tetapi mau bagaimana lagi. Saya terus bersemangat. Saya memegang prinsip pantang menyerah. Pokoknya tetap berusaha sebaik mungkin dan jalan menuju prestasi akan terbuka,” (halaman 51). Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-19871270393830566952014-04-22T10:55:00.000+07:002014-04-22T10:55:10.449+07:00Merentang Kota KemenanganOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDPZXvmlWb5cyXxOAmNSfN66Tzu2gomCLd_l6bnnZXU2nn-VPdG2LF1jCKTxOc_GCA6GZX64w_Dz8-nxIKWE-FEPk22F0biBSvSlqZrVsATqzuyVUf6ybBhHwD9dsrphZfQaVL5d1Zxa8/s1600/Kairo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDPZXvmlWb5cyXxOAmNSfN66Tzu2gomCLd_l6bnnZXU2nn-VPdG2LF1jCKTxOc_GCA6GZX64w_Dz8-nxIKWE-FEPk22F0biBSvSlqZrVsATqzuyVUf6ybBhHwD9dsrphZfQaVL5d1Zxa8/s200/Kairo.jpg" /></a></div>"Resensi", <i>Radar Surabaya, </i>Minggu, 20 April 2014.<br />
<br />
Judul : Kairo Kota Kemenangan<br />
Penulis : Max Rodenbeck<br />
Penerbit: Alvabet, Jakarta<br />
Cetakan : November 2013<br />
Tebal : xxiv + 475 halaman<br />
<br />
Kairo, sebuah anugerah bagi rakyat Mesir. Walaupun kini kondisi negara itu sedang bergolak, Kairo masih saja memikat. Setidaknya dalam kajian tentang sejarah dan kehidupan masyarakatnya. <br />
<br />
Kairo atau al-Qahirah berarti kemenangan. Sebutan ini disematkan oleh para penakluk Arab. Sejarah penaklukan yang panjang—mulai dari Fir’aun hingga Napoleon Bonaparte--inilah yang kemudian semakin menguatkan posisi Kairo sebagai sebuah peradaban yang agung. <br />
<br />
Selain itu, kelebihan Kairo terletak dipesonanya. Tidak seperti banyak ibu kota negara Dunia Ketiga, Kairo memiliki kedalaman untuk menciptakan modenya sendiri. Ia memancarkan irama dan bahasanya sendiri ke seluruh dunia. Kaset azan yang terdengar di pedesaan di Jawa kemungkinan besar direkam salah satu pembaca al-Qur’an yang merdu dari Kairo. Musik yang berkumandang di tengah panasnya Kasbah Maroko mungkin berasal dari kota ini, begitu pula opera sabun ditayangkan melalui satelit yang memikat harem milyader Kuwait yang ber-AC.<br />
<br />
<b>Megapolitan</b><br />
Ketika orang Arab membayangkan Kairo, mereka memikirkan sebagai gudang dunia Arab; pusat universitas terhebat di dunia, perpustakaan terbesar, surat kabar beroplah terbanyak, budaya pop yang paling bersemangat—dan bahkan pasar Unta tersibuk di dunia Arab. Jutaan pelancong Arab yang datang setiap tahun mengabaikan warisan kuno Kairo. Mereka langsung menuju teater, bioskop, dan perpustakaan, ke kasino judi yang megah dan kelap malam yang gemerlap. Mereka mengunjungi kafe untuk mendengarkan obrolan slang warga Kairo dan mendengarkan lelucon terbaru. Mereka memenuhi gedung konser untuk lantunan musik Timur klasik paling merdu dan menyerbu gerai jajanan yang memainkan lagu rap Arab paling keren. Mereka berdatangan karena walaupun sudah tua, Kairo masih menarik bakat terbaik dalam dunia seni Arab (Halaman 25-26).<br />
<br />
<b>Sentuhan Islam</b><br />
Max Rodenbeck, seorang jurnalis yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kairo, menggambarkan pasang surut perkembangan dan pertumbuhan Kairo. Ia tidak hanya menyajikan realitas kehidupan Kairo yang dipengaruhi dunia Arab. Namun, dengan konsistensi ia juga menyebut kehebatan kota Kairo tak pernah lepas dari sentuhan ajaran Islam. <br />
<br />
Hal tersebut tergambar dalam, ketika ditanya tentang kesehatannya, warga Kairo tidak pernah lali menjawab, “Alhamdulillah”—segala puji milik Allah. Jika ditanya apakah bus nomor 66 akan berhenti di al-Azhar, kemungkinan besar mereka akan menjawab, “Insya Allah”—jika Allah mengizinkan. Dengan demikian, mereka menghormati kata-kata ini yang tercantum dalam Surat al-Kahfi ayat 23-24.<br />
<br />
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut); Insya Allah (halaman 296).<br />
Lebih lanjut, Max Rodenbeck, melalui buku ingin seakan mengkaji Kairo dari A sampai Z. Kehidupan religius, glamor, dan peperangan seakan menjadikan Kairo sebagai tempat bermukim banyak orang dengan ragam kekhasan yang berbeda.<br />
<br />
Buku ini sungguh memikat. Pasalnya, tidak hanya disajikan dalam narasi sejarah yang runtut. Namun, penggambaran data sejarah begitu hidup dan memantik semangat ingin tahu kehidupan “jalanan” di Kairo. Inilah pencapaian luar biasa pria yang sudah menulis untuk majalah The Economist sejak tahun 1989 ini. <br />
<br />
Kairo dalam buku ini benar menjadi kota kemenangan. Kota dengan sejuta satu cerita yang menarik. Sebuah kota yang tidak hanya menginspirasi kehidupan dunia muslim, namun juga dunia Eropa. Sebuah karya yang sayang untuk dilewatkan.Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-33819023461126828552014-02-02T08:00:00.000+07:002014-02-02T08:00:36.046+07:00Spirit Penjual EntrepreneurOleh Benni Setiawan<br />
Resensi Koran Sindo, Minggu, 2 Februari 2014<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEwGZVc4nLb1eH_okQ2Jiuym-uWSWNEO0rLxJ288SWn5aufpCDEfJ4sdPc6We6x10kOkj4hU6UqFEgMOewkCOBlULVigykpk1At4xDuJhx6ArAbYE5_OVz8Bvm6kJn6-LUKk-KUyD3GJ0/s1600/BOSS+Hendrik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEwGZVc4nLb1eH_okQ2Jiuym-uWSWNEO0rLxJ288SWn5aufpCDEfJ4sdPc6We6x10kOkj4hU6UqFEgMOewkCOBlULVigykpk1At4xDuJhx6ArAbYE5_OVz8Bvm6kJn6-LUKk-KUyD3GJ0/s200/BOSS+Hendrik.jpg" /></a></div><br />
Setelah sukses meluncurkan ABG, kini Hendrik Lim merilis BOSS. Buku ini lahir didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semua bergerak naik dengan cantik. <br />
<br />
Perkembangan bisnis dan ekonomi membawa pasar Indonesia segera masuk 15 besar perekonomian dunia. Pendapatan per kapita negara tembus angka USD4.000. Tak mengherankan jika konsumerisme menjadi lifestyle. Dan ini adalah kabar baik untuk semua orang dan perseroan yang bergerak dalam menawarkan produk dan jasanya kepada konsumen yang lapar. <br />
<br />
Namun, para pembeli saat ini sangat cerdas dan terhubung satu sama lain. Tanpa memahami kunci- kunci perihal apa yang membuat suatu transaksi penjualan terjadi, orang tidak bisa menciptakan rekor penjualan. Perseroan tidak akan tumbuh. Individu juga tidak. Dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar ini, maka kita tidak bisa lagi melakukan pendekatan besarnya pasar hanya dengan alat statistik progresif linier. <br />
<br />
Pasar tumbuh secara exponensial. Lihatlah jumlah penjualan motor, mobil, rumah, travelling, angkutan penumpang udara dan industri pakaian mode. Mereka tidak tumbuh secara linier. Mereka tumbuh seperti seorang pelompat jauh. Quantum leap! Oleh karena itu, organisasi penjual, tidak bisa lagi menggunakan pendekatan teknik penjualan konvensional untuk berhadapan dengan pasar yang menggeliat ini. <br />
<br />
Bagian Integral <br />
<br />
Guna mengurai masalah tersebut, managing director Defora Consultan ini menawarkan Business Owner Selling Strategy (BOSS). BOSS berarti kemampuan untuk mendefinisikan dengan jelas, apa sebenarnya yang diinginkan pasar, kemudian merumuskan langkah solusi pemenuhannya. Kebutuhan itu sendiri bisa sebuah kebutuhan yang sudah ada tapi belum diidentifikasi, maupun sebuah kebutuhan laten yang belum diangkat ke permukaan. Itu artinya, sebuah kemampuan yang melibatkan prinsip dasar marketingship. <br />
<br />
Marketingshipitu insting utamanya mencari value creation untuk orang lain. Dalam hal ini konsumen. Ia menjawab pertanyaan; Bagaimana membuat hidup konsumen lebih mudah; Mendefinisikan apa saja isu-isu dan permasalahan mendasar yang dihadapi konsumen sesuai dengan peningkatan taraf hidupnya; dan Apa saja aspirasi atau keinginan-keinginan yang hadir dalam masing-masing orang. Keinginan tersebut sebagian besar sudah ada. Namun sangat mungkin belum terartikulasikan dalam kata-kata. Ia masih dalam batas terpendam. BOSS mengangkatnya ke permukaan. <br />
<br />
Kemudian mengeksplorasinya lebih dalam dan mengintegrasikan kebutuhan laten tersebut ke dalam fase desain produk atau jasa yang menjadi core product perseroan. Dari situmemproduksidanmendeliverhasil tersebut ke pasar. <br />
<br />
Memenuhi Demand <br />
<br />
Itulah BOSS. Dari sejak awal, kepentingan, ketertarikan dan aspirasi konsumen di luar sana menjadi fokus utama. Dengan demikian, pada saat launch (peluncuran) produk, perseroan tidak lagi perlu menciptakan demand, tetapi memenuhi demand. Di situlah diperlukan kemampuan sensitivitas untuk menangkap dinamika demand, sehingga perseroan sanggup menghasilkan sesuatu yang tetap relevan dengan pasar. <br />
<br />
Itulah kultur strategi penjualan BOSS yang harus dibangun dalam perseroan. Bahwa kini departemen sales, product management, marketing mungkin saja dipisah-pisahkan rentang kendalinya ke dalam kompartemen divisi. Namun, hal seperti itu tidak boleh menjadi penghalang implementasi BOSS. Semua konsep dan sinergi lintas departemen harus terlibat, jika kita ingin menciptakan efek transformasi penjualan (halaman 238-239). <br />
<br />
Jiwa Pemburu <br />
<br />
BOSS itu harus punya jiwa seperti pemburu rusa di hutan. Harus maju aktif mencari dan menyerang dengan membawa senjata. Kini tidak bisa lagi orang hanya memasang jala, lalu berharap ada rusa salah jalan dan masuk perangkap Perseroan yang ingin mengadopsi spirit ini, perlu menumbuhkembangkan mental keberanian, termasuk keberanian untuk mengambil risiko; risiko ditolak, risiko salah prediksi selera pasar dan berbagai risiko lainnya. <br />
<br />
Metodologi dan pendekatan yang dipakai dalam diskusi BOSS menggunakan model konstruksi yang dibangun untuk menyatukan business acumen (kejelian bisnis), ownership mentality, selling spirit, selling creativity dan strategy deployment. Sebuah alat yang bisa diadopsi dan diadaptasi untuk menggerakkan bisnis dan meningkatkan perseroan secara substansial. <br />
<br />
Dengan adopsi dan penerimaan utuh BOSS, apapun pekerjaan Anda, siapa pun stakeholder organisasi, mereka akan merasa utuh dan bisa menjual lebih banyak ide, gagasan, produk, dan jasa dari yang dapat dibayangkan sebelumnya. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-86690352059359178262013-10-27T08:20:00.000+07:002013-10-27T08:20:01.898+07:00Transformasi ala Hendrik Lim<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUrLLneLne5MWOy_pO5h8ONboPC7Qa-mchH4jD5ME1PTRqUgyf7OUyrsUGibLllFCr99M71P-_gYioBmVMaw4W0jBX-RzH7P5am4Vg8mIMUto3C6A3cBRnm1Mu_YMHNL180KfGuummpNE/s1600/20131027resensi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUrLLneLne5MWOy_pO5h8ONboPC7Qa-mchH4jD5ME1PTRqUgyf7OUyrsUGibLllFCr99M71P-_gYioBmVMaw4W0jBX-RzH7P5am4Vg8mIMUto3C6A3cBRnm1Mu_YMHNL180KfGuummpNE/s200/20131027resensi.jpg" /></a></div><br />
Resensi, <i>Koran Sindo, </i>Minggu, 27 Oktober 2013<br />
<br />
Di dalam dunia bisnis dan ekonomi yang amat cepat berubah saat ini, transformasi bukanlah sebuah opsi, tetapi mandatory jika perseroan ingin tetap exist dan makin bertumbuh.<br />
<br />
Ada banyak sekali drivers of business change, beberapa di antaranya knowledge economy, e-commerce, konvergensi digital, dan integrasi pasar. Semua ini menciptakan landscape bisnis yang baru, yang berakibat pada shifting of competitiveness. <br />
<br />
Bagi perseroan yang ingin produk atau jasanya tetap relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat konsumen, transformasi perseroan sejatinya menjadi the way of business survival. Transformasi bisa diibaratkan dengan perjalanan ke area yang belum kita kenal. Transformation is a journey to challenge unfamiliar territory. Untuk meningkatkan probabilitas keberhasilan transformasi, beberapa hal dasar ini perlu dipersiapkan oleh perseroan yaitu mentalitas, milestone, skala prioritas, kompas, peta, dan rambu-rambu perjalanan. Perlu juga memahami pitfall atau jebakan transformasi. Semua ini dibutuhkan untuk memastikan “bekal” resources perseroan bisa dipakai secara tepat dan efektif sepanjang jalan.<br />
<br />
Langkah Fundamental <br />
<br />
Buku Adaptif, Besar, Gesit, Model, dan Framework Transformasi Perseroan yang ditulis Hendrik Lim ini menyuguhkan langkah fundamental yang disajikan secara praktis untuk membantu perseroan melakukan transformasi kinerja. Melalui bacaan dan cara pandang yang disajikan dengan runtut yang jelas ini, sebuah perusahaan akan mampu bertahan di tengah semakin tingginya daya saing. <br />
<br />
Buku ABG karya mantan Presiden Direktur/CEO Subsidiaries pada Djarum Grup ini mengurai bagaimana perseroan bisa semakin adaptif, besar, dan gesit memasuki era pasar bebas ASEAN. Pasar bebas mensyaratkan kesigapan perseroan agar mereka dapat membaca tanda perubahan zaman. Lebih lanjut Hendrik Lim jelas menyatakan buku ini sebuah usaha untuk menciptakan perseroan yang bisa makin besar, makin gesit, dan makin adaptif dengan memahami penggerak utama perilaku organisasi dan dasar kekokohan bisnis. <br />
<br />
Kekokohan bisnis membutuhkan berbagai pendekatan (halaman 77-134). Ada yang masuk dari front business culture, business process, dan business content. Ada pula yang tidak masuk dari pilarpilar tersebut. Maksudnya, dalam segi business content, mereka tetap saja dalam content seperti sedia kala. Hanya cara pandang mereka terhadap bisnis yang mereka geluti itu yang berbeda secara fundamental. <br />
<br />
Pria yang pernah menimba ilmu di Asian Institute of Technology dan Singapore- Stanford USA itu mencontohkan Bank Centra Asia (BCA). Sejak dua dekade lalu mulai melihat bahwa bank akan menjadi medium transaksi dan payment (pembayaran), tidak lagi sekadar sebagai lembaga saving-financing (penyimpanan uang). Atas pemikiran cerdas ini, BCA kemudian melakukan gerak langkah antisipasi strategis. Mulai dari investasi jaringan, teknologi, ATM, dan berbagai fitur payment yang melekat dengan ATM. Melalui langkah maju yang belum terpikirkan oleh bank lain, BCA menjadi kampiun perbankan swasta nasional. <br />
<br />
BCA pun mampu bertahan di tengah badai krisis keuangan. Langkah adaptif BCA ini pun kemudian ditiru oleh bank-bank lain. Kini ATM dan fitur payment lain bahkan menjadi nilai plus dan pilihan bagi nasabah untuk bertransaksi. Terobosan BCA ini seakan menjadi penanda zaman bahwa masyarakat semakin enggan berlama-lama berurusan dengan bank. Mereka ingin serbainstan dan cepat karena waktu menuntut hal demikian. <br />
<br />
Langkah Gila <br />
<br />
Maka itu, transformasi perseroan membutuhkan langkah gila. Langkah berani mewujudkan mimpi dengan membaca arah masa depan. Melalui buku ini, Hendrik Lim ingin menebarkan semangat, cara pandang, dan seperangkat nilai dan alat (tool kit) yang akan membuat perseroan Anda semakin matang dalam melakukan transformasi. Akhirnya transformasi organisasi perseroan adalah sebuah perjalanan untuk menantang nyali dan rasa takut (fear) secara kolektif dalam organisasi. <br />
<br />
Transformasi tidak mengenal “secured perimeters”, jadi ia menantang keberanian untuk melangkah meskipun semua jawaban belum ada di tangan. Akan ada banyak hal yang justru hanya akan terbuka ketika langkah transformational actiontelah dijalankan. Ini juga bukan jalan yang gampang. Tapi, sebuah langkah yang perlu, untuk memastikan perseroan tetap sustain dan exist di tengah deru perubahan pasar dan selera konsumen yang amat cepat berubah. <br />
<br />
Tidak semua perseroan memerlukan buku ini. Buku ini hanya dikhususkan bagi mereka yang benar-benar ingin melihat hijrah besar dalam kehidupan corporate life. <br />
<br />
Benni Setiawan <br />
Adalah penggiat Karangmalang C15 dan dosen luar biasa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-12502308736000954872013-10-20T09:58:00.000+07:002013-10-20T09:58:45.049+07:00Mengajarkan Pendidikan Seumur Hidup"Resensi", <i>Koran Sindo, </i>Minggu, 20 Oktober 2013<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif5BeMNPMlL_x7k7CcWG-Rp0Xh2gn8Itun1tv5PLh5-7EOgOY-7lM22nm_Udrl_YQv6pb9OtG8fxxPb1vlvHX39e5_vwh6KRX9QISguTi3GonE6eMVlTzO3yEF6y_kSuhtnhE9N3S0FxU/s1600/Montessori.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif5BeMNPMlL_x7k7CcWG-Rp0Xh2gn8Itun1tv5PLh5-7EOgOY-7lM22nm_Udrl_YQv6pb9OtG8fxxPb1vlvHX39e5_vwh6KRX9QISguTi3GonE6eMVlTzO3yEF6y_kSuhtnhE9N3S0FxU/s200/Montessori.jpg" /></a></div><br />
Pendidikan menjadi ruh bangsa. Jika pendidikan tersemai dengan baik, maka ia akan menghasilkan keadaban publik. Sebaliknya, jika pendidikan tidak mampu melakukan itu, maka kebangsaan akan rusak, yang pada gilirannya manusia semakin saling mengerkah. <br />
<br />
Maka dari itu, pendidikan selayaknya diarahkan pada proses yang benar. Artinya, ia harus bertumpu pada kemanusiaan. Kemanusiaan yang menjamin setiap insan mampu melakukan kegiatan keseharian berdasarkan kesadaran diri dan lingkungannya. Mereka pun bertindak atas nama kemandirian. <br />
<br />
Kemandirian yang akan mengantarkannya pada penemuan jati diri dan bertindak dalam ranah keadaban (homo homini socius). Kajian pendidikan di atas telah diretas oleh Maria Montessori sejak 6 Januari 1907 di Via dei Marzi 58. Saat itu Montessori yang berlatar belakang pendidikan dokter meresmikan pembukaan Casa dei Bambini yang pertama. <br />
<br />
Manusia Mandiri <br />
<br />
Nama itu muncul atas usulan Talamo, teman Montessori. Montessori dan Talamo menyukai nama tersebut dan memutuskan untuk menamakan pusat penampungan anak yang akan mereka resmikan itu Casa dei Bambini atau rumah bagi anak-anak. Maria Montessori yang lahir pada 31 Agustus 1870 di Kota Chiaravalle, Provinsi Ancona, Italia Utara, itu melakukan eksperimen pendidikan. <br />
<br />
Setelah melakukan observasi terus menerus terhadap perilaku anak, akhirnya Montessori menyimpulkan bahwa, pertama, semakin menantang materi pembelajaran melalui alat peraga yang disiapkan dengan pengendali kesalahan yang ada dalam alat peraga tersebut, semakin materi itu menarik bagi anak-anak. Kedua, anak-anak melakukan kegiatan tidak karena tertarik pada hadiah, melainkan pada keinginan menaklukkan materi pembelajaran tersebut. <br />
<br />
Ketiga,pendidikan harus mengikuti perilaku alami anak dan menyiapkan lingkungan yang bisa mendorong kegiatan spontan belajar agar anak mampu memanifestasikan dirinya melalui kegiatan belajar tersebut (halaman. 51). Melalui hal tersebut, tujuan pokok yang hendak dicapai Montessori adalah membuat anakanak mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. “Tak ada orang bebas, kecuali dia mandiri” adalah moto terkenal Montessori yang menjadi filosofi penting dalam pendekatannya. <br />
<br />
Oleh karena itu, dalam pendekatan Montessori, hampirtidakpernah ditemukan hukuman. Hukuman yang diberikan hanya mengisolasi anak untuk tidak bergerak dan tidak melakukan apa pun (halaman 54). Doktrin lain yang diajarkan Montessori adalah “manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan melakukannya sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik”. <br />
<br />
Oleh karena itu, guru dalam lingkup pendekatan Montessori tidak lagi disebut sebagai guru, melainkan direktris karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator, dan observatoryatau pengamat (halaman 55). Melalui sikap tersebut, guru dan siswa mempunyai tugas yang sama. Yaitu mengembangkan kemanusiaan. Manusia yang senantiasa belajar sebagai proses penghargaan diri dan mensyukuri karunia Tuhan. <br />
<br />
Hal tersebut terbaca dalam filosofi Montessoriana. Yaitu menghargai ciptaan tersempurna Tuhan melalui penghargaan terhadap manusia sejak ia dikandung, dilahirkan, menjadi anak-anak, bertumbuh remaja, dan akhirnya menjadi dewasa dan mampu menciptakan tatanan dunia baru yang penuh damai, sejahtera, dan bahagia sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan. <br />
<br />
Ki Hajar Dewantara <br />
<br />
Agustina Prasetyo Magini dalam buku Sejarah Pendekatan Montossori ini pun mengungkapkan bahwa pemikiran Montessori telah masuk ke Indonesia. Pembawa gagasan Montessori adalah Ki Hajar Dewantara saat ia berada di Belanda pada masa pengasingannya pada 1913–1919. Ki Hajar Dewantara, Boedi Oetomo, dan Ernest Douwes Dekker ditangkap oleh Gubernur Jenderal Belanda Frederik Idenburg akibat tulisannya di suatu media massa. <br />
<br />
Di tempat pengasingan itulah, Ki Hajar Dewantara melanjutkan profesinya sebagai wartawan dan mulai membuat gerakan pendidikan dengan mengajar di sekolah saudaranya. Pada tanggal 3 Juli 1922 ia mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Moto pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangunkarsa, tut wuri handayani”. <br />
<br />
Artinya, seorang guru, di depan menjadi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Pemikiran peran guru sebagai teladan, penyemangat, dan pendorong siswa merupakan pemikiran Montessori. Montessori dalam buku The Montessori Method menekankan bahwa peran guru harus tidak menjadi penghalang siswa untuk berkembang. Guru tidak lagi sebagai figur yang super, melainkan lebih sebagai pengarah atau direktris, teladan, dan observer atau peneliti kebutuhan perkembangan ananak. <br />
<br />
Benni Setiawan, <br />
Pegiat Karangmalang C15 <br />
Universitas Negeri Yogyakarta. Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-12147674453775557032013-09-08T07:44:00.000+07:002013-09-08T07:44:21.794+07:00Peran Penting Sekolah Swasta Oleh Benni Setiawan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-RDuLvzqlF_1PD3tmv5LQpa6jvK21ckw-CNxRuKWYseAr3XPJRJtJkYFpUOfB2r6QHGFOxsvXCGxzo-_HeLcrc9DJ8JQVq-3da89wJJopTg5EA_B63xVsCoRBSSjujafjYzmFXyQjf4I/s1600/Sekolah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-RDuLvzqlF_1PD3tmv5LQpa6jvK21ckw-CNxRuKWYseAr3XPJRJtJkYFpUOfB2r6QHGFOxsvXCGxzo-_HeLcrc9DJ8JQVq-3da89wJJopTg5EA_B63xVsCoRBSSjujafjYzmFXyQjf4I/s200/Sekolah.jpg" /></a></div><br />
"Pustaka", <i>Kedaulatan Rakyat, </i>Ahad, 8 September 2013<br />
<br />
Judul : Sekolah untuk Kaum Miskin. Pelajaran Menakjubkan dari Masyarakat Paling Miskin di Dunia<br />
Penulis : James Tooley<br />
Penerbit: Alvabet, Jakarta<br />
Cetakan : 2013<br />
Tebal : ix + 476 Halaman<br />
<br />
<br />
Sekolah swasta bukan lembaga kelas dua. Sekolah swasta dalam kesejarahan bangsa Indonesia bahkan telah ada sebelum berdirinya sekolah negeri. Peran penting sekolah swasta dalam mendidik bangsa pun tidak diragukan lagi. Mereka telah berhasil membangun jejaring sekolah dari tingkat pendidikan rendah hingga pendidikan tinggi. <br />
<br />
Keunggulan sekolah swasta itu ternyata tidak hanya di Indonesia. James Tooley dalam Sekolah untuk Kaum Miskin. Pelajaran Menakjubkan dari Masyarakat Paling Miskin di Dunia menyatakan sekolah swasta telah berperan penting dalam proses pendidikan di berbagai negara. <br />
<br />
Buku ini menceritakan perjalanan Tooley dari kota kumuh terbesar di Afrika hingga ke daerah-daerah pedalaman Gansu, China. Dalam perjalanannnya ia menemukan keluarga dan guru yang mengajarinya bahwa masyarakat miskin di sana tidak menunggu bantuan pendidikan. Mereka membangun sekolah dan mendidik anak-anak mereka sendiri.<br />
<br />
Mungkin sekolah swasta itu berada di dalam bangunan yang sangat kekurangan. Mungkin mereka memang memiliki guru yang kurang terdidik, yang dibayar di bawah harga persatuan guru. Namun, apa yang dianggap kelemahan ini tampaknya tidak relevan; guru yang terdidik dan digaji tinggi tidak menyebabkan semakin tingginya komitmen guru—kenyatannya yang terjadi justru sebaliknya (hal. 306).<br />
<br />
Profesor bidang kebijakan pendidikan di Newcastle University, Inggris, ini pun pada sebuah kesimpulan bahwa pendidikan swasta telah menjadi sebuah norma di banyak negara, sebelum kekuatan Barat memaksakan sistem mereka. Pelajaran vital dari sejarah adalah bahwa sistem pendidikan negeri yang terpusat bukan model yang sesuai secara kultural bagi masyarakat di Asia dan Afrika sub-Sahara dewasa ini. Dalam memperjuangkan pendidikan swasta bagi kaum miskin, kita mungkin sekaligus memperjuangkan sebuah kepulangan menuju akar budaya rakyat (hal. 396).<br />
<br />
Sebuah kritik kemapanan bagi sekolah negeri yang senantiasa menunggu bantuan dari pusat. Sehingga kemandirian dan keseriusan menyelenggarakan pendidikan bervisi kemanusiaan seringkali terabaikan. <br />
<br />
Pada akhirnya, buku ini menjadi bukti, betapa peran swasta dalam proses pendidikan sangatlah penting. Perang penting swasta dalam hal itu pun sudah lama berlangsung dan berkembang di Republik ini. <br />
<br />
*)Benni Setiawan, Pegiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta.<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-6027012180954766812013-08-17T11:09:00.000+07:002013-08-17T11:09:08.712+07:00Otak Sebagai Poros ImanOleh Benni Setiawan<br />
Pecinta Buku asal Yogyakarta<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAceA1woLa-k7f7ifzwDHgxia8CcaMXY3n7bz6NGp3N5G0KA9R_bFraO6jSCeWtMmOOrSHcDS_B3m8B3FaL9bhLOqj7GaE3vyUmuJBui7zfaWTlgAr6dNQGC9CGZeiUePC_cgCCmtd9sM/s1600/Foto(627).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAceA1woLa-k7f7ifzwDHgxia8CcaMXY3n7bz6NGp3N5G0KA9R_bFraO6jSCeWtMmOOrSHcDS_B3m8B3FaL9bhLOqj7GaE3vyUmuJBui7zfaWTlgAr6dNQGC9CGZeiUePC_cgCCmtd9sM/s200/Foto(627).jpg" /></a></div><br />
"Books", <i>Bisnis Indonesia</i>, Minggu, 18 Agustus 2013<br />
<br />
Judul : Born to Believe. Gen Iman dalam Otak<br />
Penulis : Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman<br />
Penerbit: Mizan, Bandung<br />
Cetakan : Maret, 2013<br />
Tebal : 484 Halaman<br />
ISBN : 978-979-433-732-5<br />
Harga: Rp. 69.000,-<br />
<br />
Kajian tentang iman (keyakinan) sering membangkitkan persoalan yang mengguncang. Pasalnya, seringkali manusia tidak sadar bahwa banyak keyakinan berpijak di atas asumsi yang tak sempurna. Lalu, mengapa keyakinan bisa begitu berdaya sehingga dapat menenangkan dan atau merusak sehingga dapat menyebabkan seseorang menderita dan mati?<br />
<br />
Buku Born to Believe. Gen Iman dalam Otak karya Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman mendedah konsepsi itu. Newbarg dan Waldman menyatakan bahwa keimanan bukan hal yang terkait dengan hati. Keimanan merupakan pokok atau hal sentral dalam otak manusia.<br />
Otak manusia betul-betul merupakan sebuah mesin pemercaya, dan semua pengalaman yang kita punyai memengaruhi kedalaman dan kualitas kepercayaan ini. Keyakinan itu boleh jadi hanya berisi sekeping kebenaran, tetapi ia selalu memandu kita menuju tujuan. Tanpanya, kita tidak bisa hidup, apalagi mengubah dunia. Keyakinan itulah kredo kita, yang memberi kita keimanan, dan menjadikan kita seperti sekarang ini (halaman 31).<br />
<br />
Temuan ini tentu mengklarifikasi untuk tidak menyebut mematahkan pendapat terdahulu yang menyatakan bahwa keimanan berpusat di hati. Melalui pemahaman yang baru ini kita semakin yakin bahwa otak merupakan pusat atau sentral kehidupan. <br />
<br />
Bagian otak sebagai pusat keimanan itu bernama lobus frontal. Lobus frontal merupakan bagian otak paling baru dan berevolusi paling tinggi, terletak di belakang kening kita. Di sinilah tempat mekanisme-mekanisme penting yang mengatur kesadaran—tempat penyimpanan keyakinan dan mimpi-mimpi kita yang paling sakral. <br />
<br />
Lobus frontal dijuluki “singgasana kehendak” karena ia mengarahkan perhatian kita dan mengawali perilaku. Profesor Radiologi dan Psikiatri pada University of Pennsylvania dan asisten peneliti di Center for Spirituality and the Mind ini menyebutnya sebagai “area atensi”. Menariknya, ia juga merupakan bagian yang dilihat dari segi fungsi, paling terpisah dari persepsi langsung kita mengenai realias.<br />
<br />
Keyakinan-keyakinan itu, walaupun jauh dari terpisah dari realitas, membantu kita menghadapi nyaris semua aspek kehidupan. kemampuan ini menyoroti kekuatan keyakinan yang luar biasa, karena keberadaannya itu sendiri, sebagaimana kita ketahui, sangat mungkin merupakan fungsi yang hanya berlangsung di dalam ceruk dalam otak (halaman 128).<br />
<br />
Oleh karena itu, otak merupakan poros keimanan. Jika Anda percaya dengan Tuhan yang pengasih, penyayang, maka berfokus pada keyakinan ini akan memicu keadaan senang dan damai. Namun, jika Anda membayangkan Tuhan pengancam dan pembalas dendam, bermeditasi atas keyakinan itu akan menghasilkan reaksi neurofisiologis berupa kecemasan dan takut. Maka, bergantung pada cara Anda memilih bermeditasi atau berdoa, Anda bisa memupuk rasa kasih sayang atau kebencian; tetapi kunci untuk menciptakan realitas apa pun didasarkan atas pengulangan kuat suatu gagasan. Hal ini tidak mengharuskan adanya meditasi yang khusyuk, tetapi banyak jenis ibadah bisa menimbulkan respons yang sangat kuat.<br />
<br />
Kalau Anda ingin menciptakan teroris, rumusnya sangat sederhana. Kucilkan anak-anak atau pemuda dari keluarga dan teman-temannya. Ajari mereka bahwa negara atau kelompok mereka hebat, bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain, dan bahwa “musuh” memang ingin menghancurkan mereka. Anda bahkan bisa memasukkan gagasan tentang Tuhan yang pendendam, yang akan memberikan pahala bagi tindakan kekerasan terhadap musuh terkutuk.<br />
<br />
Dengan tubuh dan otak dalam keadaan selalu awas dan marah, para teroris yang dikondisikan ini akan gampang, bahkan berkeinginan untuk menarik pemicu atau meledakkan bom—khususnya jika balasan surgawi yang dijanjikan besar. Sebagaimana disampaikan dengan gamblang oleh Mark Juergensmeyer, kekerasan bisa memberdayakan agama. <br />
<br />
Keadaan kita menakar realitas lewat derajat aktivitas saraf yang berlangsung di otak. Semakin lama kita berfokus pada objek kontemplasi, semakin nyata pikiran itu. Begitu pula halnya dengan emosi, semakin Anda dicekam perasaan tertentu, semakin nyata ia tampaknya (halaman 295).<br />
<br />
Pesan moral dari buku ini adalah berhati-hatiah dengan apa yang Anda doakan, meditasikan, atau idam-idamkan. Karena kemungkinan ia akhirnya menjadi kebenaran. <br />
<br />
Jika Anda ingin membuat spiritualitas menjadi bagian inti dari kehidupan Anda—jika Anda ingin membawa kedamaian, kasih sayang, dan hak asasi menjadi realitas—maka dengan segala cara berfokuslah pada ideal-ideal ini sesering mungkin. Tetapi, jika teori kuantum atau psikoanalisis adalah bidang Anda, maka membaca, mempelajari, dan berkontemplasi merenungkan subjek-subjek ini akan membantu mengubahnya menjadi kebenaran mendasar. Sains, psikologi, dan agama, semua memiliki nilai instrinsik dan pemaknaan pribadi; dan masing-masing menuntun ke lapisan lebih dalam dari suatu realitas yang kita tidak pernah pahami seutuhnya, karena keterbatasan otak. <br />
<br />
Pada akhirnya, menilik realitas yang demikian, otak merupakan poros iman (keyakinan). Sebuah buku yang perlu dibaca guna mengoreksi proses keimanan kita selama ini.<br />
<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-51761752700998794592013-06-09T11:40:00.000+07:002013-06-09T11:42:42.438+07:00Menyusuri Kisah Seorang PenulisOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Resensi, <i>Kedaulatan Rakyat</i>, 9 Juni 2013<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfiNv4gINgvzVpq7WHKgiEI5Kdeh2qeYjh7akGu5RPKD0t9cX8UTcTru1miVfKW2Q6jWz-sBKZaV67tVRQ-Or1Kv_Q5885zb1NJyxz3HVOWzIW1hqp_szsEoIRtHYT0nQHI01HJrawAt0/s1600/Tidur+Koran.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfiNv4gINgvzVpq7WHKgiEI5Kdeh2qeYjh7akGu5RPKD0t9cX8UTcTru1miVfKW2Q6jWz-sBKZaV67tVRQ-Or1Kv_Q5885zb1NJyxz3HVOWzIW1hqp_szsEoIRtHYT0nQHI01HJrawAt0/s320/Tidur+Koran.jpg" /></a><br />
<br />
Judul : Tidur Berbantal Koran. Kisah Inspiratif Seorang Penjual Koran Menjadi Wartawan<br />
Penulis : N. Mursidi<br />
Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta<br />
Cetakan : 2013<br />
Tebal : xiv+ 246 Halaman<br />
<br />
<br />
Penulis, bukanlah profesi pilihan utama di negeri ini. Negeri ini masih dipenuhi oleh generasi muda yang ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Bagi mereka PNS menjanjikan harapan besar bagi masa depan. Namun, ternyata masih ada anak muda yang gigih mewujudkan cita-cita menjadi penulis di tengah keterbatasan. Dia adalah N. Mursidi.<br />
<br />
N. Mursidi dalam buku Tidur Berbantal Koran. Kisah Inspiratif Seorang Penjual Koran Menjadi Wartawan ini mengisahkan perjalanan hidupnya meraih cita menjadi seorang penulis. Melalui buku ini ia menyatakan bahwa kehidupan tidak boleh disesali apalagi ditangisi. Setiap jengkal kehidupan memiliki makna. Makna yang akan mengantarkan kita pada sebuah fase menikmati hasil jerih payah dan kerja keras kita selama ini.<br />
<br />
Berbekal semangat, N. Mursidi bertekad merantau ke Kota Pelajar, Yogyakarta. Kuliah pertamanya pun gagal. Ia harus DO dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, karena ketiadaan biaya. Namun, berbekal semangat, akhirnya ia kembali menjejakkan kaki di kampus. Yaitu di Institute Agama Islam Negeri (IAIN, kini UIN) Sunan Kalijaga.<br />
<br />
Di kampus barunya ini ia memulai berkarya. Usaha memasuki dunia tulis menulis diawali dengan kegemarannya memotret. Sebagai fotografer amatir ia memberanikan diri mengirimkan tulisannya. Tanpa dinanya, akhirnya potret itu dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat.<br />
<br />
Koran kebanggaan warga Yogyakarta ini pun menjadi “rumah pertama” untuk tulisan Nur Mursidi. Sebuah novel resensi yang ia baca selama semalam suntuk berbuah hasil. Resensi itu dimuat di Kedaulatan Rakyat Minggu dalam waktu dua minggu setelah pengiriman.<br />
<br />
“Seketika itu, aku merasa kejatuhan durian runtuh. Minggu pagi itu, waktu berjualan Koran, aku merasa seperti menjual tulisanku sendiri. Setiap orang yang naik bus, kutawari koran Kedaulatan Rakyat dengan harapan karyaku akan dibaca banyak orang” (hal 114-115), kenangnya. <br />
<br />
Sejak itu, tulisannya kerap menghiasai berbagai media massa. Nur Mursidi pun menjadi raja resensi. Hampir setiap minggu, resensinya selalu nangkring di halaman media massa.<br />
Buku ini menggambarkan perjuangan Nur Mursidi menjadi seorang penulis. Penulis yang mengantarkannya menuju profesi wartawan yang kini ia tekuni. <br />
<br />
Buku karya Nur Mursidi ini mengajarkan kepada kita, bahwa dengan kesulitan kita mampu merasakan kemudahan. Jika kita tidak pernah merasakan penderitaan, kita tidak akan pernah tahu bagaimana kebahagiaan itu. Sebuah karya yang sayang untuk dilewatkan.<br />
<br />
*)Benni Setiawan, Pegiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-72505711387551466782013-05-26T06:42:00.000+07:002013-05-26T06:42:41.192+07:00Iman, Urusan OtakOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFj1Ryez3_PvjUok5o-Ukd0Wn32pNHaJhBKhn8jpSc84PdXzFTaU5jCxZipstKutYeNCE247atU3uLIeTF-nEwiJbPIo9aw2IAwKGHWoJGOXAz7BvwJJ6n5JuhKx5I-DFH-6-pLc74Kgw/s1600/20130526+dunia+buku.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFj1Ryez3_PvjUok5o-Ukd0Wn32pNHaJhBKhn8jpSc84PdXzFTaU5jCxZipstKutYeNCE247atU3uLIeTF-nEwiJbPIo9aw2IAwKGHWoJGOXAz7BvwJJ6n5JuhKx5I-DFH-6-pLc74Kgw/s320/20130526+dunia+buku.jpg" /></a><br />
<br />
Resensi, <i>Koran Sindo</i>, Minggu, 26 Mei 2013<br />
<br />
Kajian tentang iman (keyakinan) sering kali dikaitkan dengan urusan hati. Konon hati menjadi sumber iman. Pemahaman inilah yang kemudian menjadikan seseorang sering kali bertindak irasional. <br />
<br />
Bahkan banyak manusia beranggapan iman hanya perlu diyakini tanpa harus mencari tahu mengapa hal itu perlu dilakukan dan untuk apa dilakukan. Pemahaman keimanan yang seperti ini menjadikan seseorang gelap mata. Seseorang sering kali mendasarkan keimanan pada realitas teks tanpa melakukan kajian atau penafsiran dengan kemampuan akal sehat (otak). Maka tidak aneh jika banyak orang yang mengaku beragama melakukan tindakan anarkistis, bahkan membunuh didasarkan pada aspek keimanan hati ini. <br />
<br />
<b>Klarifikasi</b> <br />
<br />
Buku Born to Believe: Gen Iman dalam Otak karya Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman melakukan klarifikasi terhadap proses keimanan tersebut. Bagi Andrew dan Mark, keimanan merupakan hasil kerja aktivitas otak. Iman bukan hanya urusan hati, tetapi juga berkaitan erat dengan proses rasionalitas sebuah keyakinan. Melalui pemahaman yang demikian, seseorang tidak akan mudah terjebak pada pemahaman yang sempit mengenai agama dan atau kepercayaan. <br />
<br />
Manusia semakin terbuka terhadap narasi teks dan mendorongnya untuk berpikir rasional berdasarkan kerja saraf otak sebagai anugerah Tuhan yang luar biasa. Simpulan itu didapat Newberg dan Waldman dalam penelitian panjang. Salah satunya dengan meneliti biarawati. Para biarawati itu memiliki sistem keyakinan yang kuat, yang mengakomodasi data ilmiah dalam cara khusus. <br />
<br />
Sejauh yang menyangkut mereka, Newberg dan Waldman memotret otak mereka ”mengenai Tuhan”. Para Buddhis, sebaliknya, menggunakan informasi yang sama untuk menegaskan bahwa ibadah membantu mereka meraih tingkat kesadaran murni, tempat mereka dapat menangkap sekilas realitas mutlak. Tapi, realitas itu tidak memasukkan pandangan mengenai Tuhan karena Tuhan bukan merupakan bagian dari sistem keyakinan mereka. <br />
<br />
Inilah potret kedamaian hati. Inilah yang menarik tentang lobus frontal. Ia memungkinkan selusin orang yang semuanya memiliki pengalaman perseptual yang sama, menafsirkannya dalam selusin cara yang berbeda. Hal itulah yang memantik Newberg dan Waldman untuk memotret keyakinan atau lebih tepatnya cara keyakinan tertentu memengaruhi kerja otak. Dengan pemahaman itu, bukan keyakinan tertentu yang memengaruhi otak, tetapi otak menyediakan rasa realitas bagi muatan keyakinan tertentu dan mengesahkannya (halaman 278). <br />
<br />
<b>Makna dan Kebenaran </b><br />
<br />
Lebih dari itu, profesor radiologi dan psikiatri pada University of Pennsylvania dan asisten peneliti di Center for Spirituality and The Mind ini juga mengulas pencarian biologis akan makna, spiritualitas, dan kebenaran. Apabila kita memahami neuropsikologi otak, keyakinan akan mampu tumbuh dan berubah ketika kita berinteraksi dengan orang lain yang memiliki pandangan berbeda tentang dunia. Newberg dan Waldman pun bersimpulan bahwa dengan menjadi orang beriman yang lebih baik, kita akan lebih peduli dalam pencarian kita akan makna dan kebenaran. <br />
<br />
Hal itu dikarenakan kita terlahir untuk percaya, sebab kita tidak punya alternatif lain. Kita tidak pernah keluar dari diri kita sendiri. Kita harus banyak berasumsi untuk membuat dunia ”di luar sana” masuk akal. Keyakinan spiritual yang kita anut serta pengalaman spiritual yang dapat kita peroleh juga dipengaruhi sirkuit saraf dan keterbatasannya. Tuhan mungkin ada, tetapi kita dapat merasa Tuhan—atau hal yang lain— hanya lewat berfungsinya otak (halaman 41–42). <br />
<br />
Tiap belahan otak menerima realitas dengan cara berbeda. Secara umum dikatakan bahwa belahan kanan meraup secara spasial dunia seutuhnya lewat perasaan. Sisi kiri mengubah realitas menjadi rangkaian ide yang dapat dikomunikasikan lewat bahasa kepada orang lain. Kedua belahan otak itu, ketika bekerja bersama-sama, memberi kita rasa realitas yang jelas berbeda daripada rasa yang terbentuk ketika hanya salah satu belahan yang bekerja. <br />
<br />
Itulah mengapa ketika kita merasa tenang dan bersemangat, kita mungkin terlibat dalam kegiatan yang tidak memikirkan diri sendiri; tetapi ketika merasa marah, kita berperilaku egois, dengan hanya sedikit empati atau peduli. Dari perspektif neurologis, setiap keadaan emosional dapat menghasilkan keyakinan yang berbeda, bahkan bertentangan dari waktu ke waktu. <br />
<br />
Benni Setiawan, <br />
Dosen dan <br />
Pegiat Karangmalang C15 <br />
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-90467357949228884132013-05-19T17:02:00.000+07:002013-05-19T17:02:01.757+07:00Pacaran No, Nikah Yes!Oleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW88RV4I75cegTP3AyiMove-OsNLQbCYBKYkTVVoP9Gj0KJXgvEr-RMayPGa8O77t0zrlaU6lijb0T2_XItPXanN-f0kZ3cmGGlaT4_yFZrqddtWOwfxa-7jKvDNEA23LAbI8sAOeirL0/s1600/img-20130314-00194.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW88RV4I75cegTP3AyiMove-OsNLQbCYBKYkTVVoP9Gj0KJXgvEr-RMayPGa8O77t0zrlaU6lijb0T2_XItPXanN-f0kZ3cmGGlaT4_yFZrqddtWOwfxa-7jKvDNEA23LAbI8sAOeirL0/s320/img-20130314-00194.jpg" /></a><br />
<br />
<i>Jurnal Nasional</i> | Minggu, 19 May 2013<br />
<br />
<i>Pacaran bukan perilaku mengakomodasi masa depan, melainkan justru menghancurkannya.<br />
<br />
<br />
0</i><br />
<br />
"Pacaran nggak buat kamu dewasa, tapi buat kamu beradegan dewasa". Itulah kicauan Jaya YEA yang terpampang jelas dalam buku Udah Putisan Aja! Jaga Kehormatanmu, Raih Kemuliaanmu ini. Adegan dewasa seperti kissing, petting, seks oral, hubungan intim, dan aborsi menjadi harga yang harus dibayar dari perilaku pacaran.<br />
<br />
Data Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan pada 2010 di Jabodetabek, remaja yang hilang keperawanannya mencapai 51 persen. Merujuk data yang sama di Surabaya remaja yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 persen, disusul secara berturut Medan, 52 persen; Bandung, 47 persen, dan Yogyakarta, 37 persen.<br />
<br />
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2010 menyebutkan sebanyak 32 persen remaja usia 14-18 tahun di Jakarta, Bandung, dan Surabaya mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Survei itu juga menyebutkan 21,2 persen remaja putri pernah melakukan aborsi. Lebih dari setengah remaja yang disurvei mengaku sudah pernah bercumbu atau pun melakukan oral seks.<br />
<br />
Menghancurkan Masa Depan<br />
<br />
Semua itu konon didasarkan pada cinta. Cinta disempitkan dengan pacaran, yang terbatas pada rayuan palsu dan gandengan tangan (halaman 56). Cinta pun hanya sebatas sebatang cokelat dan setangkai bunga. Wajarlah bila ia hilang dilahap nafsu. Bila tidak, ia pun akan lekang digerogoti masa. Begitulah cinta setangkai mawar. Habis dicium, habis disentuh, habis dipreteli satu demi satu kelopaknya, habis pula manfaatnya. Habis indah wangi mawar. Yang tinggal adalah getir pedih penyesalan. Bila cinta sebatang cokelat atau setangkai bunga, ia bisa dibayar pula dengan sejumlah harga. Tak peduli siapa yang meminta (halaman 80).<br />
<br />
Maka dari itu, pacaran tidak akan membawa manfaat. Pacaran hanya akan menjerumuskan seseorang pada lembah kenistaan. Lembah di mana manusia tersungkur dalam keburukan dan mengerdilkan kemanusiaan itu sendiri.<br />
<br />
Derajat manusia pun lebih rendah daripada hewan, bahkan lebih nista. Manusia kehilangan akal warasnya. Karena ia tidak mampu membedakan kebaikan dan keburukan. Manusia menjadi budak nafsu yang terbingkai atas nama cinta palsu. Cinta murni pun telah dibajak demi kepentingan sesaat. Kepentingan memuaskan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.<br />
<br />
Dalam pacaran seringkali terjadi kekerasan, baik fisik maupun psikis. Biasanya korban pacaran itu adalah perempuan. Mereka terpaksa (baca: dipaksa) menuruti kemauan sang pacar. Jika tidak mau perempuan akan dimaki dan bahkan mendapat perlakuan kasar.<br />
<br />
Oleh karena itu, seharusnya perempuan sadar bahwa pacaran bukanlah aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya. Perempuan dengan masa depan cerah itu penting bagi laki-laki, tetapi perempuan dengan masa lalu tanpa noda itu jauh lebih penting. Sebaliknya, laki-laki dengan masa depan cerah penting bagi perempuan, tetapi laki-laki dengan masa lalu tanpa noda itu jauh lebih penting.<br />
<br />
Pendek kata, pacaran tidak mengakomodasi masa depan, melainkan menghancurkannya. Menghancurkan diri sendiri dengan perbuatan yang menyimpang dari norma. Sehingga menyulitkan baginya untuk menatap masa depan cerah.<br />
<br />
Menuju Kebahagiaan<br />
<br />
Guna menghindari keadaan itu, pernikahan menjadi solusi mujarab. Pernikahan adalah kebaikan, sedangkan berkeluarga adalah kebaikan. Maka, suatu kebaikan sudah semestinya diawali dengan kebaikan pula. Pernikahan yang diawali dengan pacaran ibarat orang berharap kebaikan, tapi sudah memulainya dengan keburukan. It's not how life works (halaman 99).<br />
<br />
Pernikahan bukanlah sebuah bahtera yang hanya bisa dijalani dengan cinta. Ia perlu ilmu yang tunjukkan terang agar benar jalannya. Serius dalam pernikahan bukan diukur dari tutur yang terlisan, tapi diukur dari perbuatan yang penuh kelayakan (halaman 176).<br />
<br />
Maka dari itu mempersiapkan diri menjadi orang baik menjadi kata kuncinya. Pasalnya, di dalam al-Qur'an telah jelas bahwa orang baik akan berpasangan dengan orang baik. Sebaliknya, orang jahat akan berpasangan dengan orang yang buruk.<br />
<br />
Hal itu merupakan sunnatullah. Jika Anda menginginkan pasangan yang dapat menjadi iman dan makmum yang baik, maka perbanyaklah berbuat kebajikan. Karena kebajikan akan menuntun Anda pada kemuliaan.<br />
<br />
Buku karya Felix Y Siauw ini menuntun siapa saja yang ingin mendapatkan penghormatan diri dan lingkungan dengan cara menikah. Sebuah ikatan suci yang sah dan halal. Melalui hal itu seseorang akan menemukan ketenteraman lahir dan batin.<br />
<br />
Buku ini dengan tegas menyatakan bahwa pacaran hanya akan menyeret seseorang berperilaku negatif dan kotor. Pacaran mendorong seseorang melakukan hubungan layaknya suami-istri. Padahal mereka belum mempunyai legalitas untuk melakukan hal itu.<br />
<br />
Buku yang ditulis ringan dengan gambar-gambar lucu oleh Emeralda Noor Achni ini menyuguhkan data dan fakta pacaran bukanlah pilihan tepat bagi manusia. Dan pernikahan merupakan pilihan tepat dan jalan menuju kebahagiaan. Sebuah buku yang layak dibaca oleh remaja, orangtua, dan siapa saja yang ingin selamat dari cengkeraman nafsu sesaat.<br />
<br />
*)Benni Setiawan, Dosen dan Pegiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).<br />
<br />
Data Buku<br />
<br />
Judul : Udah Putusin Aja! Jaga Kehormatanmu, Raih Kemuliaanmu<br />
<br />
Penulis : Felix Y Siauw<br />
<br />
Penerbit: Mizania, Bandung<br />
<br />
Cetakan: Februari 2013<br />
<br />
Tebal : 180 Halaman<br />
<br />
ISBN : 978-602-9255-43-0 Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-78670983613011247032013-04-28T06:48:00.001+07:002013-04-28T06:48:38.076+07:00Membebaskan Diri dari Emosi NegatifOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKsyaThRB2Km2GK90hbOEKUguzGZ7FgtpGXAnLGI7AQUcrNocKTGJK-PiZcr7GRBBXIUqf8a9eVs1wa27s_OCtwpaO2Cwd19cCV28G254hfGaQGkf6EuIQ7vh4yBhA0PXfS5w2ePM-ZDg/s1600/BUKU.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKsyaThRB2Km2GK90hbOEKUguzGZ7FgtpGXAnLGI7AQUcrNocKTGJK-PiZcr7GRBBXIUqf8a9eVs1wa27s_OCtwpaO2Cwd19cCV28G254hfGaQGkf6EuIQ7vh4yBhA0PXfS5w2ePM-ZDg/s320/BUKU.jpg" /></a><br />
<br />
Resensi,<i> Koran Sindo</i>, Minggu, 28 April 2013<br />
<br />
Emosi dapat menjadi pembunuh. Emosi bisa membunuh penyelesaian rencana, perwujudan impian, juga pencapaian kehidupan yang pernah kita cita-citakan dan sangat kita dambakan bagi diri sendiri. <br />
<br />
Emosi-emosi yang sangat berbahaya juga mampu memicu perilaku yang mengarah pada berkurangnya rasa percaya diri dan harga diri. Utamanya, emosi bisa menghancurkan semangat dan energi positif yang kita miliki. <br />
<br />
Jelaslah, semua itu emosi yang sangat merugikan. Bagaimana kita mengendalikan dan terbebas dari emosi negatif itu? Buku 7 Langkah Menguasai Emosi Negatif ini memberikan sejumlah rekomendasi dan catatan penting agar kita dapat membebaskan diri dari emosi negatif. <br />
<br />
Alat Keselamatan <br />
<br />
Buku karya Ken Lindner, pemilik dan chief executive officer perusahaan hosting representation paling sukses di dunia, ini bagai seperangkat alat keselamatan emosi. Ia memberi kita serangkaian langkah-langkah yang jelas dan sudah terbukti untuk bertindak dengan kejernihan intelektual. Kejernihan intelektual itu sepenuhnya akan menentukan pilihan hidup dan karier yang penting bagi kita. <br />
<br />
Kuncinya kita harus menguasai emosi dan dorongan di dalam diri dan kemudian mengubahnya menjadi sekutu sewaktu kita membuat pilihan hidup yang penting. Saat mempelajari buku ini kita akan menyadari pentingnya mengidentifikasi dan bekerja dengan hal-hal, orang, peristiwa, dan tujuan yang paling kita dambakan, sayangi, takuti, benci, dan paling membuat kita malu. <br />
<br />
Semua itu memicu muatan energi terkuat kita yang dihasilkan untuk membantu dan menggerakkan kita mengalahkan dan menetralisasi muatan energi dan emosi membahayakan yang dapat memengaruhi/mengacaukan penilaian intelektual terbaik kita. Maka, dengan mengetahui apa sesungguhnya yang memotivasi, menggerakkan, dan membangkitkan gairah, kita akan menemukan personal emotional triggers (PETs). <br />
<br />
PETs adalah emas dan kebenaran. Emas mencakup tujuan dan impian yang sangat berarti. Emas inilah yang paling memotivasi dalam kehidupan. Adapun kebenaran adalah visi mengenai kehidupan yang sangat kita dambakan bagi diri sendiri dan sosok yang paling ingin kita wujudkan dalam diri. <br />
<br />
Visi inilah yang sebenarnya menjadi inspirasi dan motivasi kita. Lebih dari itu, PETs adalah orang-orang, peristiwa, mimpi, tujuan, hasil, dan informasi yang menyerang lubuk hati terdalam— yang memicu muatan energi sangat kuat yang dihasilkan emosi—sehingga memotivasi dan menggerakkan diri kita untuk bertindak. <br />
<br />
PETs memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menghancurkan pola perilaku yang membahayakan, sehingga kita pun bebas untuk dengan penuh kesadaran membuat pilihan hidup yang sesuai dengan emas dan kebenaran (halaman 53). Setelah mengetahui PETs, langkah selanjutnya adalah bersikap antisipatif. <br />
<br />
Bersikap antisipatif menuntut kita untuk mempelajari masa yang akan datang dan mempertimbangkan tantangan bermuatan energi yang dihasilkan emosi apakah yang akan kita hadapi pada saat mendesak; apa pula yang akan kita lakukan dalam situasi tertentu yang mengharuskan diri sendiri menentukan pilihan hidup (halaman 97). <br />
<br />
Pada saat mendesak, kita akan dituntut untuk mengakses, memutar kembali, dan menggunakan visualisasi pilihan hidup potensial yang tersimpan di dalam benak selama kita melakukan langkah cegah serang. Cegah serang merupakan rangkaian langkah persiapan yang mempersiapkan kita beberapa hari, minggu, dan/atau bulan sebelum kita harus menentukan satu, atau beberapa pilihan hidup ini. <br />
<br />
Mengakui Kesalahan <br />
<br />
Penting untuk mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan dalam menentukan pilihan hidup di masa lalu agar kita dapat menyusun rencana yang tepat dan lebih menguntungkan untuk menghadapi kesempatan serupa di masa mendatang (halaman 105). <br />
<br />
Ketika melakukan frame atas persoalan yang dihadapi, kita menyusun tumpukan pembuatan pilihan, kemudian mengisinya dengan begitu banyak energi dan/atau muatan energi bertegangan tinggi sehingga muatan energi yang berasal dari emosi yang berbahaya akan terkalahkan dan selanjutnya musnah. <br />
<br />
Hasilnya, pada saat mendesak, kita pun bebas dari emosi yang berbahaya sehingga mampu membuat pilihan hidup sesuai dengan kebenaran yang sangat berharga (halaman 139). Dalam mewujudkan itu, perlu memahami dan merasakan belas kasih dan memaafkan orang-orang yang pernah berperilaku dan menyakiti diri kita. <br />
<br />
Dengan itu kita dapat menghilangkan muatan energi yang membahayakan diri sendiri. Sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan, menghadapi rintangan, dan mengalami kemunduran. Jangan khawatir, tetaplah ikuti dan lakukan langkah-langkah dan strategi dalam buku ini. <br />
<br />
Kita pun perlu senantiasa mengkaji ulang dan memperbaiki setiap kesalahan. Dengan cara ini, kita sudah siap untuk memastikan dan menikmati hasil yang bermanfaat dan memuaskan. <br />
<br />
Benni Setiawan, Dosen dan Penggiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-5446407105206794622013-04-21T10:13:00.000+07:002013-04-21T10:16:52.753+07:00Memahami Hubungan Islam-KristenOleh Benni Setiawan<br />
<br />
Pustaka, <i>Kedaulatan Rakyat</i>, Minggu, Kliwon, 21 April 2013<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbrJBnoeE7VIJCJN4FgkR3FCtQuvD_ya68dsTZjj3CsyYfMD316KRVnNUIZ_46xb311ruVVPHuPiyT7Aq3fsFiCXAbiNm4bgpjPJwtz2kcZGXHLneU0nre34l157Ia9F6KmteF9WIsn5E/s1600/Islam-Kristen.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbrJBnoeE7VIJCJN4FgkR3FCtQuvD_ya68dsTZjj3CsyYfMD316KRVnNUIZ_46xb311ruVVPHuPiyT7Aq3fsFiCXAbiNm4bgpjPJwtz2kcZGXHLneU0nre34l157Ia9F6KmteF9WIsn5E/s320/Islam-Kristen.jpg" /></a><br />
<br />
Judul : Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen. Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di Dunia<br />
Penulis : Hugh Goddard<br />
Penerbit: Serambi, Jakarta<br />
Cetakan : Januari, 2013<br />
Tebal : 402 Halaman<br />
<br />
<br />
Dalam bingkai sejarah dunia, hubungan Islam-Kristen menorehkan catatan yang panjang dan menyakitkan. Keduanya lahir dan berkembang di Timur Tengah. Namun, dalam perkembangan berikutnya, keduanya merambah dan menanamkan pengaruh ke pelbagai penjuru dunia; Kristen di Eropa dan Amerika, sementara Islam di Afrika dan Asia. Selama dua abad terakhir, sebagai akibat dari hubungan dagang, migrasi, itu berkembang semakin mendunia. Kini, hanya segelintir kawasan dunia yang tidak dihuni oleh kaum Kristen dan kaum Muslim meskipun dalam proporsi sangat berbeda.<br />
<br />
Relasi Islam-Kristen dalam proses kesejarahan yang panjang itu dipotret secara ilmiah oleh Hugh Goddard dalam buku Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen. Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas AgamaTerbesar di Dunia ini.<br />
<br />
Hugh menyatakan bahwasanya hubungan Islam-Kristen pernah mesra di awal abad ketujuh masehi. Hal itu terkait dengan penafsiran pada Kitab Perjanjian Lama. “Tafsiran pemersatu” ini muncul dari cerita Ibrahim/Abraham yang melahirkan Ismail dari istri Siti Hajar/Hagar. Kemunculan Ismail sebagai bagian dari komunitas muslim ini menjadi bukti kebenaran Kitab Perjanjian Lama.<br />
<br />
Namun, dalam perkembangannya, kesamaan pandangan ini kian luntur. Hal ini disebabkan beberapa hal, pertama, sejak 756/138, muncul kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol sehingga agenda Harun al-Rasyid untuk membina hubungan baik dengan bangsa Franka kemungkinan dimaksudkan agar mendapat dukungan mereka untuk melawan Umayyah. Kedua, fakta bahwa pertikaian di antara kaum muslimin di Spanyol mendorong beberapa raja Muslim meminta bantuan kepada Karolus Agung pada 777/160 untuk melawan pesaing muslim mereka. Karolus Agung meresponsnya dengan mengirimkan pasukan ke Spanyol untuk membantu mereka. Namun, ketika kembali di Prancis, pasukan belakangnya diserang dan dibantai. Insiden inilah yang beberapa abad kemudian mengilhami penulisan epik The Song of Roland, tentang heroism pemimpin pasukan belakang ketika diserang oleh kaum muslimin. Tetapi, penting untuk dicatat bahwa dalam kejadian yang sebenarnya, bukan dalam epik, para penyerang itu bukanlah kaum muslimin, melainkan bangsa Basque (hal. 157-158).<br />
<br />
Lebih lanjut, pandangan yang sangat negative terhadap Islam itu dipicu oleh suatu gerakan Kristen yang disebut “Gerakan Kemartiran Spanyol”, yang selama dasawarsa 850-860/235-246 membentuk apa yang disebut pandangan apokaliptik terhadap Islam.<br />
<br />
Namun, kini Islam-Kristen sudah mulai menampakkan wajah sejuknya. Islam-Kristen sudah menjalin dialog dan kerjasama. Bertemunya Islam-Kristen ini tentu tak lepas dari peran Konsili Vatikan II. Konsili itu juga mengajak umat Kristen dan kaum muslimin untuk melupakan masa lalu dan berusaha dengan tulus untuk saling memahami satu sama lain.<br />
<br />
Buku ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan Islam-Kristen pada masa silam. Dengan mendedah masa lalu itu, Hugh berharap keduanya mampu meningkatkan sikap saling memahami pada masa sekarang dan mempercayai jalinan kerja sama antara keduanya di masa depan, bukan malah memicu konflik yang lebih besar.<br />
<br />
*)Benni Setiawan, Pegiat Karangmalang C15 Universitas Negeri Yogyakarta.<br />
<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-69223221542285012002013-04-02T18:41:00.001+07:002013-04-21T10:13:56.706+07:00Tips Membaca Cepatoleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA5PhM3r2pYkoqFYfvu_nx5a0dgKANmgSQFw84hFEP4A_2ILOd6fYQP_sWS5IBRTT0i_nNZK5SLlWRgy-IFydpwLiESkoRI3GxyVNwVU9EyQYM3J0Fj2CpUttZ0kxa-CL56EPgQ4K_AQI/s1600/Foto(612).jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA5PhM3r2pYkoqFYfvu_nx5a0dgKANmgSQFw84hFEP4A_2ILOd6fYQP_sWS5IBRTT0i_nNZK5SLlWRgy-IFydpwLiESkoRI3GxyVNwVU9EyQYM3J0Fj2CpUttZ0kxa-CL56EPgQ4K_AQI/s320/Foto(612).jpg" /></a><br />
<br />
Judul : Kiat Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat<br />
Penulis : Dra. Lusi Hidayati<br />
Penerbit : Fire Publiser, Pati<br />
Cetakan : 2012<br />
Tebal : viii + 72 Halaman<br />
<br />
<br />
Membaca merupakan fitrah kemanusiaan. Membaca menjadikan manusia semakin kukuh dalam bingkai kemanusiaan. Pasalnya, melalui membaca, manusia semakin mengetahui dirinya. Mengetahui diri akan memudahkan identifikasi mengetahui lingkungan bahkan Tuhannya. <br />
<br />
Dengan demikian, kemampuan membaca dengan cepat dan baik menjadi salah satu solusi di tengah semakin cepatnya informasi yang tersedia. Telah menjadi rahasia umum, jika kemajuan teknologi informasi mendorong tersajinya ragam peristiwa dalam hitungan menit. Internet menjadi penanda hal tersebut. Banyaknya ragam berita peristiwa tersebut mendorong kita untuk mengetahuinya. Jika terlewatkan, kita akan ketinggalan berita.<br />
Kemampuan membaca secara cepat dan baik di era teknologi informasi ini tersaji dengan baik dalam buku Kiat Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat ini. Lusi Hidayati dengan bahasa sederhana menyajikan tips membaca cepat berdasarkan pengalamannya. <br />
<br />
Tips itu adalah, pertama, memiliki minta yang besar terhadap buku atau materi yang hendak And abaca. Semakin berminat Anda terhadap sebuah buku, maka semakin cepat pula Anda membacanya. Sebaliknya, jika kita kurang berminat terhadap sebuah buku, maka kecepatan membaca kita pun menjadi lambat. Jadi minat menjadi hal utama dalam proses membaca cepat.<br />
<br />
Kedua, berusahalah berkonsentrasi penuh saat membaca. Semakin Anda mampu berkonsentrasi, maka semakin cepat pula Anda membaca. Carilah suasana tenang dan nyaman. Namun, tidak semua orang menyukai kesunyian. Ada pula seseorang yang mampu berkonsentrasi penuh saat terjadi keramaian. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah konsentrasi. Temukan kenyamaan diri Anda saat membaca.<br />
<br />
Ketiga, hindarilah gerakan-gerakan yang tidak perlu, seperti menggerakkan bibir, kepala, menggaruk tangan, dan sebagainya. Selain itu, membacalah dalam posisi yang baik agar mata dan tubuh Anda tidak cepat lelah. Kelelahan mata dan tubuh akan mampu menghilangkan keinginan (mood) untuk membaca. Jadi, pertahankan stamina Anda dalam membaca.<br />
<br />
Keempat, menguasai teknik membaca cepat, yakni mampu membaca beberapa kata sekaligus dan berirama. Dalam hal ini Anda perlu melatih fiksasi agar menjadi lebih lebar, yakni kemampuan mata mengenali beberapa kata sekaligus. Dengan latihan yang baik, Anda akan mampu membaca beberapa kata sekaligus. Jika Anda mampu membaca tiga kata sekaligus, berarti kecepatan membaca Anda tiga kali lebih cepat daripada orang-orang yang hanya membaca per kata.<br />
<br />
Kelima, membaca berirama berarti kita tidak membaca teks dengan kecepatan yang sama. Adakalanya, kita membaca lebih cepat untuk teks-teks yang mudah dipahami. Sedangkan untuk teks-teks yang memerlukan perhatian yang lebih besar, kita juga akan menurunkan kecepatan membaca.<br />
<br />
Keenam, aktif membaca. Artinya, memiliki kebiasaan membaca setiap hari. Semakin aktif Anda membaca, maka semakin banyak pula informasi yang bisa diserap. Keaktifan membaca juga dengan sendirinya akan meningkatkan kecepatan Anda membaca.<br />
<br />
Keenam tips dan teknik membaca tersebut akan mempermudah kita memahami sebuah tulisan. Baik, di dalam buku, surat kabar, mauapun berita edisi online.<br />
<br />
Buku karya seorang pendidik di SMP Negeri 1 Pati ini akan mengantarkan Anda pada proses bagaimana menjadi pembaca handal dengan membaca cepat. Buku ini semakin memperjelas bahwa membaca dan kemampuan memahami sebuah kalimat menjadi modal sosial manusia untuk tetap dapat bertahan hidup di tengah laju perubahan zaman yang semakin cepat.Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-82660708622813138262013-04-01T10:10:00.000+07:002013-04-01T10:10:02.918+07:00Kearifan Lokal Pulau Timor Harus Terus DihidupkanOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4CV5Rarv0G-rxOE9nproGQTbnW7KtUAhRrc2sgH_3jXpS8v-KRszC0C3Anhh4Ib7xDs0hP3GHoMgwUAuo6XamQOW2a5tTQQKxc0IykrETquHrp_p7PC26g-MF42vZSL9CM1BAEQM_tQo/s1600/Kebudayaan.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4CV5Rarv0G-rxOE9nproGQTbnW7KtUAhRrc2sgH_3jXpS8v-KRszC0C3Anhh4Ib7xDs0hP3GHoMgwUAuo6XamQOW2a5tTQQKxc0IykrETquHrp_p7PC26g-MF42vZSL9CM1BAEQM_tQo/s320/Kebudayaan.jpg" /></a><br />
<br />
"Perada", <i>Koran Jakarta</i>, Senin, 01 April 2013<br />
<br />
Kehidupan masyarakat kini sedang dilanda arus modernisasi yang sangat kuat yang seakan terus merasuk dalam sumsum. Namun begitu, di tengah laju modernisme ini, masih ada kearifan lokal yang senantisa dipegang teguh masyarakat. <br />
<br />
Masyarakat yang kini terpola dalam berbagai corak di desa-desa masih sangat lekat mewarisi kebiasaan masa silam. Walaupun ketinggalan zaman, justru masyarakat menilai masih amat positif memberi sesuatu yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari. <br />
<br />
Seakan, kekuatan modernismus tidak mampu membantu manusia menghadapi persoalan-persoalan hidup sehari-hari sehingga kompensasi positifnya manusia modern lari pada warisan leluhur untuk mencari ketenangan hidup. Pada waktu yang sama mereka menemukan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan dan persoalan (halaman 4). <br />
<br />
Solusi mengurai kesulitan hidup tertuang dalam lanskap orang Rote. Perjumpaan Injil dan budaya Rote telah melewati sejarah panjang, baik berupa tindakan penolakan maupun upaya adopsi dan adaptasi konsep kultural orang Rote. Sebuah upaya berteologi bisa datang dari bawah dan jemaat sebagai basis dan akar. <br />
<br />
Teologi semacam itu merupakan sebuah upaya kontekstualisasi yang nonelitis karena berangkat dari pengalaman dan filosofi hidup yang dekat dengan masyarakat. Dalam narasi penciptaan dalam versi bahasa bini, sangat gamblang penggunaan idiom dan metafor kultural orang Rote. Konsep-konsep biblis ditransformasikan dalam alam berpikir yang telah menjadi tradisi. <br />
<br />
Kearifan lokal dipakai untuk mengungkapkan konsep Yudea-Kristiani yang juga memiliki muatan kulturalnya. Kearifan lokal menjadi lebih hidup karena sang mahahelo memahaminya dengan baik dan mengekspresikannya dengan benar (hal 211-212). Kearifan lokal merupakan modal utama hidup yang dianggap sebagai sebuah perjalanan, di laut dengan perahu dan di darat dengan rumah. <br />
<br />
Maka, kehidupan bersama mesti dijaga dengan baik. Perahu mesti dijaga keseimbangannya, jangan terlalu berat dengan muatan atau terlalu ringan. Rumah mesti menjadi kediaman yang dapat membawa mereka ke tujuan perjalanan dan bukan menjadi akhir dari perjalanan. <br />
<br />
Rumah tidak boleh dijadikan tempat penumpukan barang-barang yang membuat perjalanan terhambat. Rumah mesti diisi dengan barang hasil pekerjaan dan usaha yang keras dan kadang sulit. Penumpukan harta tanpa kerja keras dipandang haram. Lebih lanjut, kehidupan sosial perlu dipelihara dari pertikaian, ambisi, menang sendiri, serakah, dan tidak mau tahu. <br />
<br />
Sebagai sebuah masyarakat perahu yang berlayar, tiap orang mesti tahu perannya sebagai teman seperjalanan. Kerja sama dan saling membutuhkan mesti dipelihara antara perempuan di buritan dan lakilaki sebagai nakhoda di haluan baik secara gender, seks, maupun spiritual (halaman 260). <br />
<br />
Kearifan lokal tersebut seakan menjadikan masyarakat lekat dengan kebudayaannya, tidak lagi terasing akan kebudayaanya sendiri. Masyarakat hidup berdampingan dengan "alam" sebagai basis kultural maupun ideologi. Itulah rancangan besar dalam buku Kebudayaan: Sebuah Agenda, dalam Bingkai Pulau Timor dan Sekitarnya ini. <br />
<br />
Buku hasil kajian beberapa pakar dari perspektif yang beragam ini memaparkan sejarah lisan maupun tulis. Berkat kejelian dan penelitian yang tidak sebentar, mereka menemukan rangkaian kearifan lokal masyarakat Timor yang menjadi semacam "panduan" bagi masyarakat agar tidak terlena modernisasi yang hanya akan mengerdilkan peran masyarakat dalam komunitas beradab (bonum commune). <br />
<br />
Sebuah buku yang membuka alam bawah sadar bahwa bangsa ini kaya akan ragam budaya dalam wujud kearifan lokal yang akan tetap lestari dan tumbuh jika terus digali, diajarkan, dan dipraktikkan. <br />
<br />
Judul : Kebudayaan: Sebuah Agenda dalam Bingkai Pulau Timor dan Sekitarnya <br />
Penyunting : Gregor Neonbasu SVD PhD <br />
Penerbit : Gramedia <br />
Cetakan : Februari 2013 <br />
Tebal : xxiii 336 Halaman <br />
ISBN : 978-979-22-9343-2Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-26874264957649292622013-03-24T06:41:00.000+07:002013-03-24T06:41:53.934+07:00Orang Miskin Wajib SekolahOleh Benni Setiawan<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5pZYCPL76SJn25JEQjhOYSP8_XHzhkZ6oZP4d6PbtaOwY1ldiW4QAZWszmxgNc5uFr3dMWSsZ8YN12RcY10Q-4r5SNxfwv2NbaOo8_DG6-ALdqmbdlU_9UeHajHoJGOwZteGF5mtfsk/s1600/20130324+dunia+buku+(Orang+Miskin+Wajib+Sekolah).jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5pZYCPL76SJn25JEQjhOYSP8_XHzhkZ6oZP4d6PbtaOwY1ldiW4QAZWszmxgNc5uFr3dMWSsZ8YN12RcY10Q-4r5SNxfwv2NbaOo8_DG6-ALdqmbdlU_9UeHajHoJGOwZteGF5mtfsk/s320/20130324+dunia+buku+(Orang+Miskin+Wajib+Sekolah).jpg" /></a><br />
<br />
"Resensi", <i>Koran Sindo</i>, Minggu, 24 Maret 2013<br />
<br />
Pendidikan bukan hanya milik kaum kaya. Pendidikan dalam wujud sekolah kini menjadi milik semua kalangan masyarakat. Orang miskin mempunyai hak yang sama untuk mengenyam pendidikan.<br />
<br />
Pendidikan bukan hanya milik kaum kaya. Pendidikan dalam wujud sekolah kini menjadi milik semua kalangan masyarakat. Orang miskin mempunyai hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. <br />
<br />
Kesadaran masyarakat itu pun kini tumbuh di pelbagai negara berkembang. Orang tua miskin senantiasa mendorong anakanaknya untuk menikmati pendidikan. Orang tua miskin yang buta aksara tidak ingin anakanak mereka bernasib sama; miskin, terpinggirkan, dan jauh dari sentuhan keberpihakan. <br />
<br />
Kebangkitan kaum miskin ini dipotret dengan apik oleh JamesTooley, dalambuku Sekolah untuk Kaum Miskin ini. Berdasarkan penelitian mendalam mengenai realitas kehidupan kaum miskin di beberapa negara, ia secara gamblang menunjukkan betapa gelombang kesadaran dan kebangkitan orang miskin di pelbagai penjuru dunia khususnya negara berkembang dalam melek aksara dan memperoleh pendidikan layak begitu tinggi. <br />
<br />
Sekolah Swasta <br />
<br />
Adalah Saba Tabasum yang berusia sembilan tahun dan dua saudarinya mendapat sekolah gratis di Sekolah Swasta Master Mind. Ayahnya, yang lulusan SD, sekarang ini hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kecelakaan kerja. Ibunya, yang buta aksara, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah-rumah tetangga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. <br />
<br />
Ketiga anak dan kedua orang tua tersebut bertahan hidup dari pemasukan sang ibu, yang berjumlah sekitar 200 rupee (4,44 dolar) per bulan. Dengan uang ini, dia berusaha menyekolahkan ketiga putrinya, mencukupi kebutuhan rumah tangga, dan membayar biaya kesehatan suaminya. Saba termasuk pandai di sekolahnya. Dia menjadi salah satu murid terbaik di sekolahnya dan bercita- cita menjadi guru.<br />
<br />
Peace High School memberi Shakera Khan yang berusia lima tahun dan ketiga saudarinya potongan biaya 40%. Ayah mereka, yang buta aksara, bekerja di toko sepatu dengan gaji harian paling besar 100 rupee ( 2 , 2 2 dolar). Meski begitu, jika dia tidak berhasil menjual satu pun sepatu, dia akan pulang ke rumah dengan tangan hampa. Ibu mereka juga buta aksara, tapi berusaha membantu dengan bekerja sebagai buruh harian denganupah25sampai30rupee (56 sampai 66 sen) per hari. <br />
<br />
Farath Sultana, bocah berusia sepuluh tahun, juga bersekolah di Peace High School. Ayahnya bekerja sebagai tukang bersih masjid dan mendapatkan upah bulanan sebesar 700 rupee (15,55 dolar), yang dia akui tidak cukup untuk memberi makan keempat anggota keluarganya. Keluarga tersebut tinggal menumpang pada kerabat yang membantu mereka bertahan hidup setiap bulannya dengan menyediakan makanan. <br />
<br />
Baik sang ibu maupun sang ayah keduanya buta aksara, tapi mereka ingin anak mereka bersekolah. Peace High School menyediakan biaya sekolah gratis baik kepada Farath maupun adik laki-lakinya yang berusia enam tahun, karena kondisi keuangan keluarga mereka yang kekurangan. Tampaknya sekolah-sekolah swasta ini, sementara bergerak sebagai bisnis, juga menyediakan filantropi untuk masyarakat mereka. <br />
<br />
Mereka memang pengusaha, tapi mereka juga ingin dipandang sebagai “pekerja sosial”, dengan cara memberi sesuatu kepada masyarakat. Mereka ingin dihormati sekaligus sukses. Mengapa orang miskin itu memilih sekolah swasta, padahal sekolah negeri memberi biaya, seragam, makan siang, buku gratis? Pasalnya, sekolahsekolah negeri penuh sesak, kotor, bau, gelap, dan tidak terurus. <br />
<br />
Salah satunya bahkan bertempat di bekas peternakan ayam. Sekolah negeri benarbenar tidak memenuhi standar. Guru-guru tidak hadir, dan kalau pun hadir, mereka jarang mengajar (halaman 28-29). Sekolah-sekolah swasta untuk kaum miskin tumbuh pesat di negara-negara berkembang. Di banyak wilayah perkotaan, mereka melayani sebagian besar anak sekolah miskin.<br />
<br />
Kualitas mereka lebih bagus daripada sekolah negeri yang disediakan untuk kaum miskin. Banyak orang melihat cara memperluas akses pendidikan bagi orang miskin dari sektor pendidikan swasta sebagai sebuah langkah maju. Sekolah swasta menggaet investor untuk berinvestasi. Investor dapat membantu mereka dalam mengejar peran penting dalam memberikan pendidikan berkualitas untuksemua( halaman430). <br />
<br />
Education for All <br />
<br />
Berbagai bukti dari negaranegara berkembang saat ini mendukung kepercayaan mereka dalam hal semangat kewiraswastaan: wiraswasta pendidikan memang muncul untuk menyediakan peluang pendidikan, termasuk di kalangan anggota masyarakat yang paling miskin. Mereka muncul karena orang tua dan masyarakat miskin peduli terhadap pendidikan; yang merupakan prioritas fundamental. <br />
<br />
Ketika mereka memiliki keraguan (yang berdasar) terhadapefisiensidan efektivitas sekolah negeri, mereka akan menciptakan alternatif mereka sendiri—setidaknya ketika mereka tidak dihambat atau dicegah untuk melakukan hal itu oleh kebijakan pajak dan peraturan. Profesor bidang kebijakan pendidikan di Newcastle University, Inggris ini melalui kajiannya mewartakan bahwa orang miskin mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan (education for all). Mereka dapat bangkit dari keterpurukan tanpa harus mengemis belas kasihan negara. Mereka kini berdampingan sekolah sekolah-sekolah swasta yang dengan tulus memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan anak-anaknya.Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-82856366677441755702013-03-06T11:16:00.000+07:002013-03-06T11:19:30.476+07:00Merenungkan Piwulang Kehidupan<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeUD1kIvB13a54jNxRK69Jpy8f8khzTHa14UjLqyxUKNwsFqd0EYzOowxtEmVtMrN0d4EARLc9fNtrqpJoO1jXkIoZqUIaOPA0vH4NKP_cg-TGj1RADPATgLK8EQTguwXhkX8i2fEcBrA/s1600/Emha+Markesot.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeUD1kIvB13a54jNxRK69Jpy8f8khzTHa14UjLqyxUKNwsFqd0EYzOowxtEmVtMrN0d4EARLc9fNtrqpJoO1jXkIoZqUIaOPA0vH4NKP_cg-TGj1RADPATgLK8EQTguwXhkX8i2fEcBrA/s320/Emha+Markesot.jpg" /></a><br />
<i>Kedaulatan Rakyat</i>, Minggu, 03 Maret 2013. Pustaka<br />
<br />
Judul : Markesot Bertutur<br />
Penulis : Emha Ainun Nadjib<br />
Penerbit : Mizan, Bandung<br />
Cetakan : November 2012<br />
Tebal : 471 Halaman<br />
<br />
Oleh Benni Setiawan*)<br />
<br />
Piwulang (pelajaran) tentang kehidupan dapat kita temui dimana dan dari siapa saja. Pelajaran tidak hanya sebatas di bangku sekolah (pawiyatan). Namun, terhampar di samudera luas kehidupan.<br />
<br />
Salah satu piwulang yang dapat kita renungkan adalah dari buku karya Emha Ainun Nadjib, Markesot Bertutur ini. Buku ini dikemas dengan gaya bertutur sehingga memberikan keasyikan tersendiri bagi pembaca.<br />
<br />
Penggerak Kiai Kanjeng ini melalui Markesot and friends (Markemon, Markembloh, Markasan, dan “Mar”-“Mar” yang lain) yang tergabung dalam KPMb (Konsorsium Para Mbambung), mencoba menciptakan obrolan-obrolan bernas dan cerdas tentang permasalahan kekinian. Melalui metode obrolan, permasalahan yang rumit (seperti soal nilai-nilai agama) atau yang bertensi tinggi (seperti soal demokrasi-politik) dapat diurai sedemikian rupa menjadi persoalan yang dengan mudah dapat dicerna oleh orang-orang awam sekalipun. Hal ini karena, dalam setiap tulisan dibalut oleh canda (guyonan) yang segar serta logika orang-orang mbambung.<br />
<br />
Mbambung berarti manusia jalanan atau manusia yang menggelandang tak tentu arah. Dalam konteks buku ini mbambung dapat dimaknai manusia yang terpinggirkan atau dipinggirkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu atau manusia yang tidak masuk hitungan dan tidak digubris oleh lingkungannya. <br />
<br />
Dalam catatan “Pohon Pionir” (halaman 317-322) dan “Markesot Diintegorasi” (halaman 410-415) secara gamblang penulis menjelaskan siapa sebenarnya para mbambung itu—baik yang asli maupun yang tidak asli. <br />
<br />
Tampaknya penulis menggunakan istilah mbambung ini sekadar untuk menunjukkan bahwa dia perlu ruang gerak yang tidak formal dan cukup bebas untuk—suatu saat—menyalahi konvensi atau hal-hal yang sudah mapan. Dari sosok mbambung inilah, seluruh obrolan yang terkumpul dalam buku ini diikat secara utuh dan menyeluruh.<br />
<br />
Hidup ini sangat luas dan dimensi-dimensi persoalannya tak terhingga. Untuk itu, diperlukan bukan sekadar wawasan yang luas dan pengetahuan yang terus dicari, melainkan juga kearifan dan sikap luhur yang konsisten dari hari ke hari.<br />
<br />
Kearifan dan sikap luhur inilah yang diajarkan oleh Budayawan kelahiran Jombang 27 Mei 1953 ini. Kearifan dalam memahami sebuah realitas sosial akan mengantarkan kita pada sikap luhur. Sebuah sikap menghayati dan nglakoni sikap membela nilai dan kelompok manusia yang harus dibela. Karena pada dasarnya tak ada “orang besar” dan “orang kecil” dalam takaran pemilikan ekonomi atau perbedaan status sosial budaya. Kecil dan besar hanya terjadi pada kualitas pribadi. Sebuah piwulang kehidupan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.<br />
Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-53283732997514956472013-01-26T08:34:00.000+07:002013-01-26T08:34:04.875+07:00Kiai Mbeling Bertutur tentang Kehidupan <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCRKvx6012YcXNWiFrjIw0cTQCmqdTBNWRyW9GbUO2IzKsLgU8akdwgqaVhb7n_pKCbVqpm3LcmfLBjyG13VGkNymsIxwGSJU73fUHj-ZL8ISfw7B2P6MmguA5lYlFE3Eo9flg6ma46mo/s1600/Emha+Markesot.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="200" width="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCRKvx6012YcXNWiFrjIw0cTQCmqdTBNWRyW9GbUO2IzKsLgU8akdwgqaVhb7n_pKCbVqpm3LcmfLBjyG13VGkNymsIxwGSJU73fUHj-ZL8ISfw7B2P6MmguA5lYlFE3Eo9flg6ma46mo/s200/Emha+Markesot.jpg" /></a></div><br />
"Perada", <i>Koran Jakarta</i>, Sabtu, 26 Januari 2013<br />
<br />
Markesot Bertutur merupakan karya klasik Emha Ainun Nadjib dan salah satu karya emas dalam sejarah kepengarangan budayawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 itu. Melalui buku ini orang yang biasa disapa kiai Mbeling tersebut, bertutur tentang kehidupan. Ia seakan menjadi juru bicara masyarakat di tengah zaman edan, meminjam istilah Ranggawarsita. <br />
<br />
Manusia senantiasa bernafsu menumpuk harta walaupun dengan cara ilegal. Maka, tidak heran jika kelak di alam kubur ketika ditanya, "Man Rabbuka?" (Siapa Tuhanmu), manusia banyak yang menjawab, "Mercy, Rabbi" (Mercy Tuhanku).<br />
<br />
Manusia menuhankan atau menomorsatukan dalam hidup harta, hedonisme, popularitas, karier, egoisme, Mercy, Tiger, dst. Mereka memperoleh tempat utama dalam hidup manusia. Manusia menganggungkan dan menyembah mereka. Nafsu dan kekhilafan hidup menjadi rumbai atau "hiasan dinding jiwanya." Hakikatnya tetaplah semua dinomorsatukan (halaman 100).<br />
<br />
Menilik manusia seperti itu, maka tidak mengherankan jika bumi, gunung, dan laut geram. Mereka pun berdoa kepada Tuhan untuk menghancurkan makhluk berakal ini karena sering berdusta! Mereka pura-pura menyembah Tuhan. Padahal setiap saat mereka tidak menomorsatukan Dia. Manusia merusak alam, rakus, dan serakah. Mereka hanya tahu kepentingan diri sendiri. Mereka itu pencuri-pencuri yang mengaku alim!<br />
<br />
Namun, Tuhan Mahapenyayang. Dengan bijak Tuhan berseru kepada bumi, gunung, dan laut. "Wahai gunung, laut, dan bumi, tenanglah! Tingkat kalian lebih rendah dari manusia, sehingga tidak akan sanggup menghayati betapa Aku amat mencintai manusia sebagai karya agung-Ku. Aku Mahatahu yang Kukehendaki. Ketahuilah, seandainya engkau yang menciptakan manusia, akan demikian …" (halaman 244).<br />
<br />
Melalui cerita-cerita ringan, budayawan multitalenta ini pun menyodok ingatan, betapa kehidupan selayaknya menjadikan manusia arif. Emha menyebut, urip itu urap. Hidup itu mengaduk, mencampur, mempergaulkan, menyentuh satu unsur dengan lainnya. Campur itulah urip. Itulah kehidupan.<br />
<br />
Campur ialah kesalingtergantungan antara sesuatu dan yang lain. Juga antara satu orang dan lainnya. Manusia memasak dengan panci. Apakah dia pernah membuat panci? Masyarakat menyalakan kompor dengan api. Apakah mereka pernah menggali minyak dari tanah dan membuat penthol korek? Jadi manusia membutuhkan orang lain (halaman 366).<br />
<br />
Maka dari itu, setiap orang sesungguhnya saat harus berterima kasih kepada sangat banyak orang lain yang tidak dikenal. Kalau dihitung-hitung jumlah kewajiban manusia untuk berterima kasih, seluruh usia ini sesungguhnya tidak cukup untuk hanya mengucap terima kasih.<br />
<br />
Melalui uraian-uraian pendek dan diksi yang memikat, motor penggerak kelompok Kiai Kanjeng ini seakan sedang bertutur tentang potret kehidupan yang kadang dilupakan dari proses kesadaran. Emha dengan cekatan membaca persoalan sosial dengan bahasa ringan dan mudah dicerna. <br />
<br />
Emha, meluncurkan kritik terhadap kemanusiaan tanpa tedeng aling-aling. Melalui tokoh Markesot, Markembloh, Markasan, Markemon, dan lain-lain yang tergabung dalam Konsorsium Para Mbambung (KPMb), suami Nopia Kolopaking ini menyodok alam bawah sadar manusia. Betapa manusia saat ini gagap realitas. Manusia telah banyak kehilangan kemanusiaannya. Jadi, tulisannya tetap relevan. Sebuah permenungan yang tak lekang zaman.<br />
<br />
<br />
Diresensi Benni Setiawan, dosen Universitas Negeri Yogyakarta <br />
<br />
Judul : Markesot Bertutur<br />
Penulis : Emha Ainun Nadjib<br />
Penerbit : Mizan, Bandung<br />
Cetakan : November 2012<br />
Tebal : 471 Halaman<br />
ISBN : 978-979-433-723-3<br />
Harga : Rp69.000Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-298240588970776018.post-74467708359091406672013-01-23T15:18:00.000+07:002013-01-23T15:18:40.847+07:00MENGUKUR MINAT BACA DENGAN SISTEM READING RECORD (RR)Oleh: Peng Kheng Sun<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW1Jx3B9SANf04_nuKm_Y4djTYNUCwiPgLY446NxR-vCCbr85AwzT0IXeTL6boHbvu3lzwQPfHY2tITP2ay3lQnmg6Pw-Fs7jxqb90qWV8Jgo3TAXularthWvx8fMmx3wlYp6wZFUtJUM/s1600/logo_gerakan_indonesia_membaca_-_klub_guru.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="200" width="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW1Jx3B9SANf04_nuKm_Y4djTYNUCwiPgLY446NxR-vCCbr85AwzT0IXeTL6boHbvu3lzwQPfHY2tITP2ay3lQnmg6Pw-Fs7jxqb90qWV8Jgo3TAXularthWvx8fMmx3wlYp6wZFUtJUM/s200/logo_gerakan_indonesia_membaca_-_klub_guru.jpg" /></a></div><br />
<br />
Seperti sudah diketahui, minat baca masyarakat di Indonesia masih rendah. Mengenai hal ini banyak pihak telah berupaya mencari akar masalahnya dan menawarkan solusi untuk meningkatkan minat baca seperti membuat taman baca, rumah baca, perpustakaan, dan sebagainya. Selain itu, juga terdapat banyak buku yang isinya memotivasi orang untuk membaca. Masih kurang? Masih ada istilah bulan Gemar Membaca dan Duta Buku, serta berbagai atribut konvensional lainnya. Hasilnya jelas, yakni kenyataannya sampai saat ini minat baca masyarakat Indonesia masih berjalan di tempat. <br />
<br />
Nah, mengapa minat baca di Indonesia tetap rendah? Jawaban yang paling sederhana tapi logis dan amat jelas adalah orang-orang yang gemar membaca di Indonesia justru mengalami sejumlah kerugian tanpa konpensasi yang nyata. Jika membaca malah menderita kerugian, siapa yang mau dirinya disuruh memikul beban kerugian? Di Indonesia tanpa banyak membaca pun orang-orang bisa menjadi juara kelas, mahasiswa berprestasi tinggi, artis dan presenter top, guru teladan, PNS teladan, pejabat papan atas, atau apa saja bahkan termasuk menjadi penulis buku best seller! Lantas apa manfaat nyata yang bisa diharapkan dari membaca? Jawabannya: Tidak ada, atau setidaknya tidak ada manfaat yang tampak signifikan, kecuali hanya sedikit manfaat yang dicari-cari dengan susah payah. Keadaan ini masih diperburuk lagi dengan policy perbukuan yang sangat kental aroma komersialnya sehingga benar-benar bikin sial saja.<br />
<br />
Sejumlah slogan basi masih terus bergema dengan nafas Senin-Kamis dan wajah frustrasi mejeng di perpustakaan-perpustakaan sekolah dan umum. Buku adalah Jendela Dunia, Membaca Memperluas Wawasan, Membaca sangat penting bagi setiap orang, dan berbagai ocehan lainnya yang semakin tidak karuan sehingga jelas tidak perlu dipedulikan lagi. Mengapa? Karena masalahnya bukan terletak di situ. Masalahnya terletak pada: Apa perbedaan nyata dari orang-orang yang gemar membaca dengan orang-orang yang tidak gemar membaca? Pengalaman puluhan tahun saya menjual buku membuat saya paham, banyak orang suka mengklaim dirinya suka membaca walau kenyataannya sama sekali tidak ada minat terhadap buku apalagi mempunyai perpustakaan pribadi. Artinya, selama ini memang tidak kentara antara orang-orang yang gemar membaca dengan mereka yang tidak gemar membaca. Di sinilah letak ruginya menjadi orang-orang yang benar-benar gemar membaca, yakni:<br />
<br />
Mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli buku.<br />
Mereka harus merelakan sejumlah waktunya untuk membaca.<br />
Buku-buku mereka biasanya dipinjam orang-orang yang kurang gemar membaca dan sering tidak dikembalikan lagi.<br />
<br />
Nah, logikanya dengan kerugian yang begitu nyata, siapa sih yang mau menjadi individu yang gemar membaca? Orang-orang yang gemar membaca hanyalah mereka yang memang dari sononya sudah memiliki hobi membaca atau setidaknya karena terpaksa seperti tuntutan tugas yang harus dikerjakan. Akan tetapi, mereka yang tidak mempunyai hobi membaca tapi masih waras tentu malas memasuki ranah yang cuma menghabiskan uang dan waktunya. Benar begitu, bukan? Sistem Reading Record (RR) adalah sistem yang menciptakan kontras (perbedaan yang benar-benar nyata) di antara mereka yang gemar membaca dan yang tidak. Dengan sistem RR, keuntungan membaca menjadi jelas atau setidaknya sudah ada perbedaan yang tampak nyata antara mereka yang gemar membaca dan yang tidak.<br />
<br />
MANFAAT RR<br />
Tujuan utama RR adalah mengukur kegemaran membaca seseorang. Jika seseorang mengaku gemar membaca, maka hal itu bisa dilihat dari RR yang dibuatnya. Dengan demikian, RR akan secara kontras menunjukkan siapa saja individu yang gemar membaca dan yang tidak. Hal ini sama saja dengan orang-orang yang membuat berbagai macam perbedaan seperti: master dan non-master untuk dunia catur, bintang dan non-bintang untuk hotel, pangkat untuk militer, best seller dan non-bestseller untuk buku (walau ini adalah jenis perbedaan yang menyesatkan). Dalam buku The Power of Creativity (bagian lampiran), saya menyarankan membuat Reading Record (RR). Ternyata banyak pembaca yang sudah mencoba membuat dan merasakan manfaatnya secara nyata bagi mereka. Bahkan RR kini sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah dan juga digunakan oleh para pelamar kerja. Berikut ini adalah manfaat-manfaat RR.<br />
<br />
Mempermudah Distribusi Informasi Buku <br />
Dengan menggunakan RR untuk mencatat setiap buku koleksi pribadi yang telah selesai dibaca, pembaca bisa mendistribusikan informasi tentang judul-judul buku tersebut kepada pihak lain yang mungkin membutuhkannya. Sebaliknya, kita juga bisa melihat RR pihak lain untuk mencari informasi judul buku-buku yang kita perlukan. Dengan adanya RR, penyebaran informasi judul-judul buku menjadi sangat praktis dilakukan oleh siapa saja.<br />
<br />
Mempermudah Menemukan Referensi<br />
Dengan membuat RR, kita dengan mudah menemukan berbagai referensi bacaan yang diperlukan untuk menulis berbagai macam tulisan. Jika kita sedang mencari referensi untuk suatu tema, cobalah periksa RR kita yang terbaru. Jadi, RR menolong kita mengelola buku-buku koleksi kita secara efisien dan efektif.<br />
<br />
Mengukur Minat Baca<br />
RR bermanfaat untuk mengukur keaktifan atau minat baca kita. Apakah minat kita dari waktu ke waktu meningkat atau malah menurun? Dalam RR kita bisa melihat seberapa banyak persisnya jumlah judul dan jumlah halaman buku yang sudah selesai kita baca. Kita juga bisa mengetahui jumlah buku yang kita baca dalam jangka waktu tertentu, misal selama tiga bulan atau setengah tahun. <br />
<br />
Merangsang Minat Baca<br />
RR merangsang pembaca semakin giat membaca dan mencintai bacaan. Dengan membuat RR, kita menjadi lebih termotivasi untuk membaca lebih banyak. Kita ingin skor RR kita terus meningkat. Dengan membuat RR, perkembangan minat dan kemajuan membaca kita terdokumentasikan dengan baik dan rapi.<br />
<br />
Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Terhadap Bacaan<br />
RR meningkatkan kemampuan apresiasi kita terhadap kualitas bacaan. Dengan membuat RR, kemampuan kita menilai buku akan lebih terasah. Kita bisa membedakan mana buku yang berkualitas dan mana yang hanya ditulis secara asal-asalan. RR juga memungkinkan kita membandingkan berbagai macam judul buku yang telah kita baca.<br />
Berfungsi seperti Curriculum Vitae (CV)<br />
<br />
RR merupakan salah satu data diri seperti curriculum vitae (CV), yakni catatan tentang buku yang sudah pernah kita baca. RR menunjukkan jenis buku apa saja yang menjadi minat kita serta seberapa banyak kita telah membacanya. Semakin banyak kita membaca buku-buku yang membahas suatu subjek, maka semakin luas pula wawasan kita di bidang itu. Misal, jika RR kita menunjukkan bahwa kita sudah membaca 125 judul buku tentang menulis, maka wawasan kita tentang menulis adalah seluas itu. Pencatatan ini juga memungkinkan klasifikasi bacaan yang dikoleksi.<br />
Mencatat Jumlah Buku Koleksi<br />
<br />
RR juga berfungsi untuk mencatat jumlah buku koleksi kita, termasuk menunjukkan buku-buku yang belum selesai dibaca. Buku yang sudah selesai dibaca dikasih tanda angka 1, sedangkan buku yang belum selesai dibaca bisa dikasih tanda angka 0 atau tidak diisi.<br />
<br />
<br />
Contoh Reading Record<br />
Reading Record (RR) - Peng Kheng Sun Topik: Kreativitas <br />
Kol Judul Buku Hal Penulis Penerbit Terbit Koleksi <br />
Rp. 000<br />
1 The Power of Creativity 1 A 150 Peng Kheng Sun ANDI 2010 2010 32<br />
2 Cracking Creativity 1 A 308 M. Michalco ANDI 2010 2010 65<br />
3 The Art of Innovation 1 A 379 Tom Kelly Gramedia 2002 2010 67<br />
4 Exploiting Chaos 1 A 278 Jeremy Gutsche Gramedia 2010 2010 95<br />
5 Knowledge & Innovation 1 B 485 Zuhal Gramedia 2010 2010 140<br />
6 Berpikir Lateral 1 B 296 Edward De Bono Erlangga 1991 1995 30<br />
7 Bengkel Kreativitas 1 A 311 Jordan E. Ayan Kaifa 2003 2008 57<br />
8 How to Mind Map 1 C 76 Tony Buzan Gramedia 2004 2010 30<br />
9 Mengembangkan Kreativitas 0 David Campbell Kanisius 1993 2010 25<br />
10 Thinker Toys 1 A 416 M Michalco Kaifa 2009 2010 86<br />
11 Mind Map at Works 1 B 194 Tony Buzan Gramedia 2006 2010 55<br />
12 Mind Map 1 A 148 Sutanto Windura Elex Media 2009 2010 60<br />
13 Be An Absolute Genius! 0 Sutanto Windura Elex Media 2009 2010 60<br />
14 The Art of Creative Thunking 1 C 134 John Adair Golden B 2008 2009 27<br />
15 7 Hal Gratis yang Menentukan Kesuksesan Anda 1 A 244 Peng Kheng Sun Gramedia 2012 2012 44<br />
16 Buku Pintar Mind Map 1 B 225 Tony Buzan Gramedia 2009 2010 50<br />
17 Cara Belajar Cepat 1 A 412 Ricki Linksman Dahara P. 2004 2005 30<br />
18 Menikmati Belajar secara Kreatif 1 A 94 Peng Kheng Sun Samudra Biru 2011 2011 20<br />
16 4150 973<br />
25 Oktober 2012<br />
<br />
Memetakan Ragam Bacaan<br />
Dengan membuat RR, kita bisa memetakan jenis bacaan apa saja yang kita baca. Kita bisa membuat beberapa RR sesuai dengan jenis bacaan. Misal, kita bisa membuat RR tentang buku pemasaran, kreativitas, menulis, umum, dan sebagainya. Kemudian, kita membuat Rekapitulasi RR. Dengan demikian, kita bisa memetakan secara jelas berbagai ragam bacaan yang kita baca. Kita bisa menganalisis ragam bacaan yang kurang dibaca. Contoh, untuk buku Komputer, dari 45 judul buku, saya baru selesai membaca 18 judul atau baru 40%. Sedangkan buku Kepemimpinan, dari 59 judul, saya telah membaca 58 judul atau 98%.<br />
<br />
Rekapitulasi RR<br />
REKAPITULASI READING RECORD - PENG KHENG SUN <br />
Buku Buku Jumlah<br />
TOPIK BUKU Koleksi Dibaca Halaman<br />
1 Komputer 45 18 40% 3,319<br />
2 Rohani 59 58 98% 12,066<br />
3 Menulis 99 91 92% 15,849<br />
4 Pemasaran 30 23 32% 2,190<br />
5 Kreativitas 18 16 89% 4,410<br />
6 Umum 24 7 29% 2,674<br />
Jumlah 275 213 77% 40,508<br />
25 Oktober 2012 <br />
<br />
Informasi Bacaan Penulis <br />
Dengan mencantumkan RR dalam karyanya, seorang penulis telah memberikan informasi buku-buku yang dibacanya. Informasi ini bisa menjadi petunjuk bagi pembaca untuk memahami ide-ide sang penulis dan sumber-sumbernya. Selain itu, jika setiap kali menerbitkan bukunya penulis mencantumkan RR terbarunya, maka pembaca bisa menilai seberapa besar peningkatan bacaan buku sang penulis. Jika jumlah buku yang dicantumkan di RR sangat banyak, penulis bisa menyertakannya dalam bentuk kepingan CD. Intinya, karena buku-buku yang kita baca akan mempengaruhi cara berpikir kita, maka penting bagi kita sebagai pembaca mengetahui buku-buku yang dibaca oleh sang penulis. Dengan kata lain, kita perlu tahu buku-buku apa saja yang berkontribusi terhadap pemikiran sang penulis buku yang sedang kita baca. <br />
<br />
PERKEMBANGAN RR<br />
Sejak pertama kali diciptakan hingga kini RR telah digunakan oleh siswa/mahasiswa, orangtua, guru/dosen, karyawan/calon karyawan, atasan, pembicara, pengusaha, ibu rumah tangga, dan setiap orang yang ingin mendokumentasikan pengalamannya membaca buku. Siswa yang membuat RR akan memudahkan guru memantau seberapa besar kegemaran membaca dan buku-buku bertema apa yang menjadi minatnya. Guru atau dosen yang membuat RR bisa memberikan informasi kepada murid-murid sumber bacaannya yang dimilikinya. Pihak perusahaan bisa mendapatkan informasi wawasan calon karyawannya dengan membaca RR calon karyawan. Singkat kata, RR memberikan informasi yang membuat perbedaan antara mereka yang gemar membaca dan yang tidak. <br />
***Benni Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/14116022684792053314noreply@blogger.com0