Oleh Benni Setiawan
Resensi Buku Harian Jogja, Kamis, 25 Oktober 2012
Judul : The Mystery of Historical Jesus
Penulis : Louay Fathoohi
Penerbit: Mizan, Bandung
Cetakan : 2012
Tebal : 851 Halaman
Yesus, sebuah nama yang lekat dalam sejarah umat manusia. Namanya akan selalu ada dalam sejarah ingatan bangsa di dunia. Mengingat masyhurnya nama Yesus, maka tidak aneh jika banyak peneliti dan pengkaji menuliskannya dalam sejumlah karya dari pelbagai perspektif. Baik dari sejarah hidupnya, sosio kepridiannya, maupun risalahnya.
Salah satu karya itu adalah buku The Mystery of Historical Jesus ini. Buku ini berusaha dengan baik menyatakan dengan jelas asumsi-asumsi dan untuk membedakan antara ayat-ayat dari kitab suci dan fakta-fakta independen yang dikutip serta interpretasi atas fakta-fakta itu. Louay Fatoohi mendiskusikan secara terperinci bukan hanya argumen-argumennya, melainkan juga bantahan atas argumen-argumen itu. Dengan cara demikian memudahkan pembaca untuk menilai kekuatan argumen-argumen buku ini dan mengambil alur interpretasi yang berbeda atas ayat-ayat dan fakta-fakta yang diuraikan.
Buku ini merupakan kajian yang lengkap atas Yesus menurut al-Qur’an dalam pengertian bahwa setiap ayat yang membicarakan tentang dia secara langsung maupun tidak telah dianalisis. Hal yang sama berlaku bagi ayat-ayat yang berbicara tentang ibunya dan dua figur relevan lainnya, termasuk Zakaria dan putranya Yahya (Yohanes Pembaptis). Seperti dalam QS al-Maidah 5:75, al-Hadid, 57:27, dan Ali-Imran, 3: 52.
Dengan asumsi dasar bahwa al-Qur’an merupakan Firman Allah, buku ini berupaya memperhatikan konsistensi kisah al-Qur’an tentang Yesus dan keselarasannya dengan fakta-fakta sejarah. Buku ini juga membandingkan kisah al-Qur’an yang konsisten tentang kehidupan Yesus dengan masalah-masalah yang dimiliki oleh kisah yang sama di dalam sumber-sumber Kristiani.
Yesus Sejarah
Buku ini pun mengisi kekosongan literatur tentang Yesus sejarah dengan mempertimbangkan secara bersamaa kisah al-Qur’an, Injil, dan sumber-sumber historis tentang kehidupan Yesus. Buku ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa, berbeda dari kisah Perjanjian Baru, pernyataan al-Qur’an tentang Yesus bersifat konsisten dan bisa dibenturkan dengan apa yang kita ketahui dari sejarah. Dengan kata lain, buku ini berupaya untuk mengetahui Yesus historis dengan mempelajari al-Qur’an sekaligus sejarah.
Yesus tidak pernah mengklaim bersifat ketuhanan. Dia adalah Nabi yang Muslim---meskipun yang terhormat secara khusus—sebagaimana Adam, Ibrahim, Musa, dan banyak utusan Allah lainnya. Dia adalah hamba Allah yang taat, yang menekankan kehambaannya pada Tuhan. Ungkapan perifrastik “Anak Allah” yang sering digunakannya dimaksudkan untuk menepis upaya-upaya menuhankannya di masa depan. Tindakan berjaga-jaga ini ternyata tidak menghentikan orang-orang dari menuhankannya.
Kemunculan Yesus bukanlah sebuah peristiwa unik dalam sejarah utusan-utusan Allah kepada manusia ataupun semacam titik klimaks. Kehadiran Yesus adalah sebuah peristiwa monumental, tapi demikian pula kedatangan setiap nabi lain.
Tuhan mewahyukan Yesus sebuah kitab bernama “Injil”, sebagaimana Dia mewahyukan Taurat kepada Musa. Nama kitab itu, yang berarti kabar baik, diturunkan dari kenyataan bahwa kitab itu memuat kabar baik tentang kedatangan Nabi terakhir, Muhammad. Sosok parakletos (paraclete) misterius yang disebutkan Yesus di dalam naskah-naskah Yohanes menunjuk kepada Muhammad. Istilah ini merupakan penyimpangan kecil dari kata periklytos dalam bahasa Yunani. Yang terakhir ini berarti “sangat terpuji”, yang merupakan makna yang sama dengan “Muhammad” (halaman 781-782).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar