Meraih Cita

Meraih Cita

Kamis, 05 Mei 2011

Meneguhkan Islam sebagai Agama Damai

"Resensi", Jurnal Nasional, Rabu, 04 Mei 2011



Terorisme telah mencoreng nama Islam. Kata-kata tersebut pernah diteriakkan oleh Keith Ward dalam Is Religions Dangerous? (2006). Namun, sejak dikumandangkan lima tahun lalu, ternyata aksi biadab terorisme masih saja terus terjadi di bumi Indonesia. Rangkaian bom bunuh diri, aksi teror terhadap tempat ibadat, dan teror di tengah perayaan umat beragama masih saja menjadi senjata andalan teroris. Teroris seakan terus membayangi kehidupan masyarakat. Ia telah menjelma menjadi hantu yang menakutkan.
Padahal menurut Mohammad Abu-Nimer dalam buku Nirkekerasan dan Bina-Damai dalam Islam, Teori dan Praktik, tindakan atau pernyataan muslim harus dinilai dari kontribusi potensialnya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Dalam Islam, bertindak karena Tuhan sama dengan mengupayakan adl, keadilan.
Islam menyerukan hal tersebut kepada yang kuat maupun yang lemah. Adalah kewajiban muslim untuk mengupayakan keadilan dan melawan penindasan di tingkat interpersonal maupun struktural.
Beberapa ayat al-Quran mengungkapkan dengan tegas pandangan ini. "Allah memerintahkan keadilan, kebajikan, dan kedermaan pada kerabat dan keluarga, dan Dia melarang perbuatan keji, kecurangan, dan kedurhakaan. Dia memerintakanmu, agar kamu mendapatkan peringatan." (an-Nahl, 16: 90).
"Wahai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan dengan teguh, sebagai saksi karena Allah, meskipun terhadap dirimu sendiri, atau orangtuamu, atau kaum kerabatmu, miskin atau kaya: karena Allah Maha Melindungi keduanya. Maka janganlah mengikuti hawa nafsu, agar kalian tidak menyimpan dari berbuat adil, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang kamu perbuat" (an-Nisa, 4: 135).
"Hai orang-orang yang beriman, tegakkanlah karena Allah, sebagai saksi yang adil, dan janganlah kebencianmu terhadap seseorang menyimpangkanmu dari kebenaran dan menjauhkanmu dari keadilan. Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat pada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan" (al-Maidah, 5:8).
Guru besar tamu pada Internasional Peace and Conflict Resolution Program, American University,Washington DC ini juga menyatakan, kedamaian dalam Islam dipahami sebagai suatu keadaan harmonis secara fisik, mental, spiritual, dan sosial-berdamai dengan Tuhan lewat ketaatan dan berdamai dengan sesama manusia dengan menghindari pelanggaran. Islam mewajibkan para pengikutnya untuk mencari kedamaian di segala bidang kehidupan. Tujuan utama Al-Quran bagi kaum muslim adalah untuk menciptakan tatanan sosial yang adil dan damai. Sembari mengutip sebuah Hadis yang berbunyi, "Jihad terbaik adalah perkataan yang benar (haq) kepada penguasa yang menindas."
Abu-Nimer mewartakan sebuah tatanan bina-damai dalam Islam yang tidak hanya kuat secara teoritis namun juga telah dipraktekan dalam lokakarya dan seminar serta diimplementasikan secara langsung di berbagai negara. Seperti, Amerika Serikat, Israel, Palestina, Yordania, Mesir, Turki, Irlandia, Sri Lanka, dan Filiphina.
Buku ini cukup otoritatif dalam menjawab keresahan masyarakat mengapa agama senantiasa dibajak oleh teroris. Buku ini mengupas secara mendalam apa itu jihad dan mengapa kredo ini seringkali disalahgunakan oleh sebagian umat manusia.

Benni Setiawan,alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

1 komentar: