Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 25 Desember 2011

Tentang si Pengubah Dunia



Steven Paul Jobs atau yang akrab disapa Steve Jobs mampu mewujudkan sebagian mimpi fiksi ilmiah jadi kenyataan. Berkat inovasinya ini Steve bersama Apple mencatatkan diri dalam sejarah peradaban umat manusia. Apple menguncang dunia. Pasalnya, dalam waktu singkat produk Apple mampu mengubah gaya hidup umat manusia.

Apa kunci kesuksesan tokoh yang meninggal dunia di Palo Alto, California, Amerika Serikat dalam usia 56 tahun ini? Di Apple, frasa “Keseluruhan Produk” berarti lebih dari perangkat. Itu berarti keseluruhan pengalaman menggunakan perangkat tersebut.

Tujuannya adalah untuk mendesain produk sehingga ia sesuai dengan cara alamiah
dari kehidupan, bagaimana orang-orang menggunakan berbabagi benda, bukannya mengharapkan orang-orang untuk beradabtasi. Ia berupaya untuk menciptaan rasa kepuasaan dari kesederhanaan, intuitif yang alamiah (hal. 284).

Berkat ‘resep’ ini Apple sebagai perusahaan yang naik daun menanjak ke posisi keramat dalam Fortune 500 dalam waktu yang lebih singkat dari perusahaan mana pun dalam sejarah.

Mengapa Apple dalam waktu singkat mampu memimpin pasar teknologi? Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari prinsip ‘manusia langka’ yang meninggal pada 5 Oktober 2011 lalu itu.

Beberapa prinsip Steve Jobs adalah, pertama, bersemangat (passionate) terhadap semua proyek yang Anda kerjakan. Kedua, terdorong oleh sebuah kesempatan dan menciptakan sebuah produk untuknya. Ketiga, selalu terbuka terhadap bakat yang dapat membantu.

Keempat, melalukan upaya terbaik yang dapat Anda lalukan untuk membuat produk tersebut menjadi intuitif, sehingga panduan pengguna tidak diperlukan. Kelima, benar-benar jujur terhadap diri Anda sendiri mengenai produk Anda. Pastikan bahwa produk tersebut merepresentasikan Anda dan sikap Anda sebagai seseorang.

Keenam, bekerja bersama orang-orang Anda dan rayakan setiap kesuksesan sebagai sebuah unit. Ketujuh, tetap berinovasi untuk menjadi semakin dekat dan dekat dengan kondisi ideal dan visi Anda mengenai kesempurnaan yang di luar jangkauan realitas saat ini. Dan kedelapan, jangan dengarkan orang yang mengatakan itu tidak dapat dilakukan (hal 378).

Buku Steve Jobs. Stay Hungry, Stay Foolish yang ditulis oleh sahabat sekaligus patner Steve Jobs di Apple ini, seakan menuntun kita menuju pemahaman yang holistik mengenai pribadi dan gaya Steve dalam mendefinisikan abad ke-21.

Benni Setiawan, alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Books, BISNISINDONESIA, Minggu, 25 Desember 2011

Minggu, 18 Desember 2011

Wajah Pendidikan Nusantara



Pendidikan Nusantara bukan hanya yang berada di Jawa. Pendidikan Nusantara adalah proses belajar mengajar yang tersaji dari Sabang hingga Merauke. Di pelosok daerah itulah kita akan menemukan potret nyata pendidikan di bumi pertiwi.

Ya, potret tersebut disajikan secara apik, menawan, penuh suka cita, kesedihan, dan kegembiraan oleh pengajar muda. Pengajar muda adalah mereka yang telah disaring melalui proses ketat oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar pimpinan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta).

Dari 1.383 pendaftar hanya diambil 51 orang. Mereka merupakan manusia pilihan, orang yang pantang menyerah, mempunyai jiwa kepemimpinan dan kecintaan yang mendalam terhadap Nusantara. Utamanya dalam masalah pendidikan di tanah air.

Satu Tahun Penuh Makna
Mereka berani meninggalkan kenyamanan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka pun dengan kerelaan hati meninggalkan pekerjaan mapan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka terpanggil untuk mendidik anak bangsa maju dan mendapatkan pendidikan yang memadai.

Selama setahun pengajar muda mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan rakyat di daerah terpencil. Pergulatan mendidik selama setahun inilah yang kemudian mewujud menjadi sebuah buku Indonesia Mengajar.

Selama setahun itu deretan kisah para pengajar muda seakan tak berujung. Setiap hari ada yang baru. Setiap persaudaraan adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Tiap interaksi akan berhilir pada sebuah kisah. Ada terlalu banyak kisah mereka; kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para pengajar muda.

Di buku ini, sebagian dari kisah, pengalaman, pengamatan pengajar muda dituliskan. Kisah-kisah yang mereka tuliskan melalui blog di situs web Indonesia Mengajar itulah yang dipilah dan dipublikasikan dalam buku ini. Kisah-kisah yang membuat kita semakin yakin, semakin optimistis bahwa masa depan Republik ini memang cerah untuk semua.

Dari kisah-kisah ini terlihat bahwa satu tahun mereka berada di tengah-tengah rakyat di pelosok negeri, di tengah anak-anak bangsa yang kelak akan meneruskan sejarah Republik ini, adalah satu tahun penuh makna. Satu tahun berada bersama anak-anak di dekat keindaha alam, dan di lembah-lembah hijau yang membenyang sepanjang khatulistiwa.

Di desa-desa terpencil itu para pengajar muda menorehkan jejak, menitipkan pahala, bagi para siswa SD di sana, alas kaki bisa jadi tidak ada, baju bisa jadi kumal dan ala kadarnya tetapi mata mereka bisa berbinar karena kehadiran guru muda penuh dedikasi. Pengajar muda hadir memberikan harapan. Pengajar muda hadir mendekatkan jarak mereka dengan pusat kemajuan, hadir membuat anak-anak SD di pelosok negeri memiliki mimpi dan hadir membuat para orangtua di desa-desa terpencil ingin memiliki anak yang terdidik seperti para Pengajar muda.

Ya, bisa jadi ketertinggalan adalah baju rakyat di pelosok sekarang, tetapi hadirnya Pengajar muda merangsang mereka untuk punya cita-cita, punya mimpi. Mimpi adalah energi mereka untuk meraih baju baru di masa depan. kemajuan dan kemandirian adalah baju anak-anak di masa depan. Pengajar muda hadir di sana, di desa mereka, untuk turut membukakan pintu menuju masa depan yang jauh lebih baik.

“Malu”, “Mau”, “Maju”
Seperti cerita yang ditulis oleh Sekar Arrum Nuswantara, pengajar muda di Majene. Ia menuliskan cerita tentang semangat peserta didiknya bernama Satriana. Satriana merupakan peserta didik yang ia pilih untuk menemani bertemu dengan wakil Presiden RI Boediono saat kunjung ke Majene.

Satriana dipilih karena ia berhasil menuliskan sebuah surat yang cukup menyentuh hati. “Pak, saya ucapkan selamat kepada Bapak karena Bapak telah berhasil menjadi wakil presiden. Waktu kecil Bapak pasti bercita-cita menjadi wakil presiden, dan sekarang sudah terwujud. Saya juga bercita-cita jadi dokter, Pak. Doakan agar saya bisa jadi dokter, ya, Pak”. Surat Satriana pun diterima secara langsung oleh wakil Presiden. Dan Satriana pun mendapat doa dari wakil Presiden, “Kamu akan menjadi orang besar, Nak” (hlm. 110).

Kisah inspiratif juga hadir dari Nanda Yunika Wulandari, Pengajar muda di Bengkalis. Ia berhasil membesarkan hati peserta didiknya untuk maju. Saat peserta didiknya merasa bahwa ketika kalah dalam lomba, maka Ibu Guru akan merasa malu.
Dengan kegigihannya, ia berhasil menghilangkan satu huruf “L” dari kata “malu” menjadi “mau”. Setalah “mau” maka ia menambahkan huruf “J” menjadi “maju”. Berkat semangat dan optimism, anak-anak di Bengkalis mampu mengikuti olimpiade dan lomba-lomba lainnya. Mereka pun mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu juara.

Buku ini seakan menunjukkan secara gamblang wajah pendidikan di negeri ini. Pendidikan yang masih compang-camping. Pendidikan di pelosok negeri yang tidak terurus. Namun, semangat anak-anak di pelosok negeri yang besar dan membara membuktikan bahwa mereka masih mempunyai semangat untuk maju dan mampu turut serta dalam membangun masa depan bangsa Indonesia.

*)Benni Setiawan, alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Resensi, Jawa Pos, Minggu, 18 Desember 2011.

Selasa, 13 Desember 2011

Biografi Pengubah Gaya Hidup Manusia



Saat dunia membutuhkan lebih banyak orang seperti dia, Steve Jobs, justru meninggalkan dunia pada usia yang relatif muda. Ia meninggal pada usia 56 tahun. Salah satu pendiri Apple Inc itu meninggal di rumahnya di Palo Alto, California, Amerika Serikat, Rabu 5 Oktober 2011, karena penyakit sejenis kanker pankreas langka.

Ya, Jobs, adalah seorang inovator dalam teknologi informasi. Dengan visinya dia telah merumuskan masa depan dunia yang semakin cerah dan canggih. Visi masa depannya yang mewujudkan sebagian mimpi fiksi ilmiah jadi kenyataan. Hal ini bermula pada 2001 dengan peluncuran iPod, alat pemutar musik digital mini, yang serta-merta menggeser kemasyhuran Walkman dari abad sebelumnya.
Kesuksesan iPod, didukung iTunes, disusul berturut-turut iPhone pada 2007 dan iPad pada 2010. Produk terakhir—yang berbentuk seperti sabak, papan tulis dari batu berbingkai—inilah yang mengguncang dunia dan mengubah cara hidup orang dari abad-abad lampau, mulai dari cara membaca buku, melihat peta, menonton film, bermain musik, sampai bermain catur.

Berkat inovasinya ini Steve Jobs bersama Apple mencatatkan diri dalam sejarah peradaban umat manusia. Apple menguncang dunia. Pasalnya, dalam waktu singkat produk Apple mampu mengubah gaya hidup umat manusia.

Mengapa Jobs mampu mewujudkan mimpi masyarakat dunia itu secara lebih cepat dan praktis? Buku Steve Jobs karya Walter Issacson ini mampu menjawab pertanyaan filosofis tersebut.

Dalam pandangan Isaacson yang juga CEO Aspen Institute ini, Jobs merupakan seorang intuitif, romantis, dan memiliki insting yang tinggi untuk membuat teknologi menjadi bisa digunakan, membuat desain menjadi lebih indah, dan menggunakan program antarmuka. Jobs menjunjung tinggi kesempurnaan, yang membuatnya menjadi seorang penuntut, dan dia mengelola dengan penuh karisma serta semangat yang sangat besar.

Lebih dari itu, mantan pemimpin CNN ini juga Jobs sebagai seorang perfeksionis yang gemar sekali mengendalikan dan menjunjung tinggi sifat seniman yang tidak mau berkompromi. Dia dan Apple menjadi contoh sebuah strategi digital yang menggabungkan dengan kuat antara perangkat keras, perangkat lunak, dan konten ke dalam sebuah paket tertutup.

Jobs menjelaskan sebuah visi menarik tentang sebuah komputer untuk masyarakat luas. Komputer itu dilengkapi dengan sebuah program antarmuka yang ramah dan akan diproduksi dalam jumlah satu juta di sebuah pabrik otomatis di California.

Ideologi Penjualan
Obsesi Jobs memproduksi computer dalam jumlah banyak ini tentunya bukan tanpa pemikiran yang matang. Untuk itu ia menciptakan ideologi penjualan yang berbeda dengan model yang telah ada dalam dunia bisnis dan ekonomi. Ideologi Jobs tersebut berbunyi “Aku tidak membutuhkanmu, tetapi mungkin akan membiarkanmu terlibat” (hal. 223).

Apa yang dilakukan Jobs ini tentu telah merompok cara pandang orang. Biasanya seseorang membeli barang karena kebutuhan atau hanya untuk mengikuti mode atau selera hidup. Jobs menantang konsumen dengan produknya. Tantangan ini berbuah manis, karena hampir semua produk Apple, perusahaan yang ia pimpin mampu meraup keuntungan yang cukup spektakuler.

Dalam tiga tahun, aplikasi iPhone menjadi industri senilai $ 3 miliar. Sebuah jumlah yang sangat luar biasa. Lebih lanjut, sebagai perusahaan yang sedang naik daun menanjak ke posisi keramat dalam Fortune 500 dalam waktu yang lebih singkat dari perusahaan mana pun dalam sejarah. Berkat kepemimpinan Jobs pula, Apple lebih inovatif, imajinatif, elegan dalam pelaksaan dan brilian dalam desain.

Meskipun demikian, Jobs bukanlah pemimpin atau manusia yang sempurna. Dia bagaikan sebuah paket sempurna yang bisa disamai. Jika sedang bermasalah, dia bisa membuat orang-orang di sekitarnya marah dan putus asa. Akan tetapi, kepribadian, hasrat, dan produknya saling berhubungan. Hubungan tersebut sama sepertu tjuan dari perangkat keas dan perangkat lunak Apple, yang seolah-olah merupakan bagian dari sebuah sistem terintegrasi. Maka, kisahnya pun mengandung pesan dan peringatan yang dipenuhi dengan pelajaran mengenai inovasi, tokoh, kepemimpinan, dan nilai-nilai.

Pada akhirnya, membaca buku ini kita akan menemukan sosok Jobs secara utuh. Pasalnya penulis buku ini berhasil melakukan wawancara lebih dari empat puluh kali dan mampu menggali keunikan-keunikan dalam diri Jobs. Melalui buku ini pula kita akan mengenal Steve Jobs sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangan (Benni Setiawan: 82).

"Resensi", Suara Merdeka, Minggu Pon, 11 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

Ikhtiar Perangi Korupsi



PERADA, Koran Jakarta, Rabu, 07 Desember 2011

Buku ini merupakan ikhtiar Bambang Soesatyo untuk membongkar berbagai kasus korupsi

Hasil survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan Kementerian Agama menduduki peringkat terbawah dalam indeks integritas dari 22 instansi pusat yang diteliti. Peringkat terburuk selanjutnya karena banyak praktik suap dan gratifikasi adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Koperasi dan Usah Kecil Menengah.

Nilai ketiga kementerian tersebut jauh di bawah standar integritas pusat yang mencapai 7,07. Angka indeks integritas pusat (IIP) Kementerian Agama hanya 5,37, Kemnakertrans 5,44, serta Kementerian Koperasi dan UKM 5,52. Adapun indikator untuk menentukan IIP antara lain besaran gratifikasi, frekuensi pemberian gratifikasi, kebiasaan pemberian, kebutuhan pertemuan di luar prosedur, keterbukaan informasi, dan keterlibatan calon.

Untuk instansi daerah, peringkat terendah adalah Pemerintah Kota Metro Lampung (3,15), diikuti Pemkot Depok (3,19), Pemkot Serang (3,54), dan Pemkot Semarang (3,61). Korupsi adalah kejahatan luar biasa. Dalam konteks pembangunan nasional, korupsi telah menimbulkan kerusakan mahadahsyat. Membuat rapuh sendi-sendi dan tatanan hidup kebangsaaan dan kenegaraan. Kita menjadi bangsa yang tidak kompetitif.

Melalui buku Perang-perangan Melawan Korupsi. Pemberantasan Korupsi di Bawah Pemerintahan Presiden SBY, Bambang Soesatyo ingin mengatakan bahwa korupsi bukan hanya urusan menggarong uang rakyat untuk memperkaya pejabat, namun dia juga merupakan bentuk kekerasan struktural yang dilakukan pejabat terhadap rakyat (hlm 44).

Lebih lanjut, secara tegas dia menyatakan sejatinya, tak ada korupsi yang dilakukan seseorang secara tunggal. Korupsi itu menggurita dan mengikat siapa saja yang terlibat di dalamnya. Guna mencegah adanya korupsi, penulis mengusulkan KPK hendak memosisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain agar tercipta jalannya sebuah good and clean governance (pemerintahan yang baik dan bersih) di Indonesia.

Lebih lanjut, sembari mengutip pendapat Taufiequrrachman, mantan Ketua DPP KNPI, penulis menyatakan pemberantasan korupsi tidak hanya mengenai bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi. Bukan hanya itu, memerangi korupsi juga bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan dan kampanye antikorupsi.

Buku kumpulan esai dan tulisan di berbagai media cetak dan elektronik ini menyajikan secara gamblang kasus korupsi yang menggantung.

Peresensi adalah Benni Setiawan, Alumnus Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Judul : Perang-perangan Melawan Korupsi. Pemberantasan Korupsi di Bawah Pemerintahan Presiden SBY
Penulis : Bambang Soesatyo
Penerbit: Ufuk Press, Jakarta
Tahun : I, November 2011
Tebal : xxiv 354 Halaman
Harga : Rp -

Minggu, 04 Desember 2011

22 Kiat Sukses Norlent



Resensi Buku, Seputar Indonesia, Minggu, 04 December 2011

Sukses merupakan level alami dalam hidup. Namun, tetap saja ada aturanaturan yang perlu diketahui, bahkan oleh orang yang sangat sukses sekalipun, untuk tetap menjadi sukses. Sukses itu adalah sebuah tangga, bukan eskalator.

Itulah yang seakan menjadi pesan penting Norlent Pasaribu dalam buku Find Your Diamond Here ini.Norlent dengan cekatan dan taktis menunjukkan kepada pembaca betapa penting arti meraih kesuksesan dengan persiapan yang matang, menjaganya dengan baik, dan membuat kesuksesan itu bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri namun juga orang lain. Pembicara di Markus Evans dan IBC Asia ini mendedah dua puluh dua kiat meraih kesuksesan. Satu,memiliki jiwa yang bersyukur.

Hidup yang selalu bersyukur akan memiliki kehidupan yang lebih baik. Miliki dan tetaplah bersyukur maka hidupmu akan berhasil, ungkap Norlent. Dua, hidup adalah perjuangan. Maka kekalahan adalah keberhasilan yang tertunda. Tiga, disiplin dan kerja keras untuk berbagai bidang untuk meraih sesuatu merupakan faktor yang sangat penting dalam meraih keberhasilan. Empat, kenali dirimu melalui meditasi. Keheningan adalah waktu yang tepat untuk mengenali dirimu.

Meditasi secara pribadi adalah penting bagi kehidupan. Jadikan meditasi untuk melihat dirimu, dari mana,dan untuk apa. Lima, rajin adalah kunci keberhasilan. Keberhasilan hanya ada pada tekadmu sendiri. Enam, jangan pernah menyerah. Ingatlah selalu, menjadi pemenang tidak berarti selalu memang.Tujuh, jadikan peluang dalam setiap masalah. Dalam setiap masalah pasti ada hikmahnya. Delapan, keberhasilan seseorang adalah kepandaian mengatur waktu atau apa yang disebut dengan “time management”. Itu adalah bagaimana seseorang dapat membuat rencana kerja dan mengerjakan rencana tersebut sesuai dengan rencana.

Sembilan, jadilah yang terbaik. Keberhasilan hidup ini tidak ditentukan oleh seberapa besar perusahaan tempat kita bekerja, atau oleh seberapa berlebihan kemampuan yang kita miliki, tetapi seberapa sumbangsih kita kepada tempat kerja kita, dan seberapa berlebih kemampuan kita untuk menjadikan apa pun sebagai yang terbaik dalam keseharian kita. Sepuluh, jadikan seorang visioner. Berpikir visioner berarti kita telah memancang pilar keberhasilan.Sebelas,miliki sebuah keahlian. Keahlian yang terus diasah akan menempatkan diri kita pada posisi yang mulia.

Dua belas. Bijaksana dalam mengambil keputusan. Perluaslah pola pikir dan sudut pandang kita, sehingga dapat mengambil keputusan lebih cepat dan tepat serta efisien. Tiga belas, selama kita hidup, satu hal yang tidak dapat kita lepaskan yaitu berkenaan dengan emosi. Untuk itu, kendalikan emosi Anda. Empat belas, perkuat teamwork dan network. Kita tidak perlu khawatir dalam pekerjaan, jika kita memiliki teamwork dan networkyang kuat. Lima belas, persahabatan menentukan keberhasilan. Apapun yang menimbulkan perasaan terisolir akan dapat membuat Anda sakit dan menderita.

Hal-hal yang mendorong kasih sayang, keakraban dan perhubungan dengan orang lain justru bersifat menyembuhkan dan mendukung kesehatan. Itu tidak mengherankan, karena sebagai manusia, kita diciptakan untuk hidup bersahabat, bermasyarakat, maupun berbaur satu sama lain. Enam belas, berkomunikasi dan berbicaralah dengan jelas, baik,tepat,penting,dan benar. Kemahiran komunikasi atau berbicara sangat menentukan karier dan masa depan Anda. Tujuh belas, memiliki integritas.

Integritas merupakan dasar untuk membentuk sifatsifat positif lainnya, misalnya rasa hormat, kejujuran, toleransi, kesetiaan, kepercayaan, dan sebagainya. Integritas harus dipertahankan sekalipun hanya menyangkut hal-hal sepele, dan sayangnya ada banyak orang kurang menyadari pentingnya hal ini. Delapan belas,miliki normanorma kerja. Salah satu kunci keberhasilan kita dalam hidup ni adalah melakukan sesuatu dengan baik dan tepat pada waktunya. Sembilan belas, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Makanan haruslah dipilih yang paling memberikan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembangunan tubuh. Makanan kita harus cocok dengan keadaan kita,dengan iklim di mana kita tinggal, dan dengan jenis pekerjaan kita. Sering kali makanan yang dapat di-gunakan untuk orangorang yang kegiatannya lebih banyak duduk atau yang banyak menggunakan otak. Untuk memelihara kesehatan diperlukan suplai cukup dengan makanan yang baik dan menyehatkan. Dua puluh,cara berpakaian adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Bukan sedikit orang mengalami kegagalan saat berpacaran, interview, mencari pekerjaan, atau melakukan transaksi bisnis disebabkan masalah berpakaian. Berpakaian selain sopan dan sederhana, juga harus bermutu baik dengan warna yang harmonis dan sesuai pada tepatnya. Dua puluh satu, keberhasilan seseorang akan tergantung bagaimana dia mampu mengontrol dirinya, yang akan membawa orang itu kepada keuntungan atau kerugian, apakah itu dari sisi materi, posisi, dan kehidupan sosial. Dua puluh dua, keberhasilan memang hak setiap orang. Untuk itu tetaplah semangat.

Semangat dan semangat terus. Anda pasti berhasil. Dengan membaca dan menerapkan buku ini,Anda akan mendapatkan delapan hal yaitu, mendapatkan sahabat lebih cepat dan lebih baik; menjadikan Anda memiliki integritas; memikat orang dengan sikap yang lebih baik; kebiasaan mental Anda akan lebih baik dan tangguh; menjadikan Anda lebih dewasa dan berwawasan yang lebih luas; menempa Anda menjadi orang yang terpandang; meningkatkan karier Anda yang bermutu; memunculkan jati diri dan kualitas Anda yang tersembunyi. Selamat membaca dan mempraktikkan. 

Benni Setiawan
Alumnus Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta

Membaca Ijtihad Cak Nur tentang HAM



Jurnal Nasional | Minggu, 4 Dec 2011

Walaupun Cak Nur telah wafat, tetapi gagasan segar mengenai agama dan kemanusiaan masih menjadi tema sentral generasi penerusnya.

SIAPA tak kenal Nurcholish Madjid. Namanya seolah menjadi bagian integral bangsa Indonesia. Cak Nur, begitu orang sering menyapanya, adalah salah satu pendekar Chicago, meminjam istilah Gus Dur. Walaupun Cak Nur telah meninggal, tetapi gagasan segar mengenai agama dan kemanusiaan masih menjadi tema sentral generasi penerusnya. Setiap membahas mengenai agama dan kemanusiaan, nama tokoh asal Jombang, Jawa Timur, dan Rektor Universitas Paramadina Jakarta ini selalu menjadi rujukan. Tidak hanya itu, pandangan-pandangan Cak Nur tentang Islam dan kenegaraan telah menjadi rujukan utama generasi terkini.

Kebebasan Bertanggung Jawab
Salah satu tema sentral yang sering merujuk ke tokoh yang populer dengan slogan, "Islam Yes, Partai Islam No" ini adalah konsepsi tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Cak Nur menekankan bahwa anugerah manusia termahal adalah akal dan kebebasan. Seseorang bisa disebut saleh dan tulus dalam beragama manakala pilihan imannya dilandasi nalar sehat dan kebebasan. Tak ada ketulusan dalam beriman tanpa ada kebebasan untuk menentukan pilihan imannya. Oleh karena itu Tuhan memberi kebebasan pada anak-anak Adam untuk berpikir dan menentukan jalan hidupnya, apakah mau beriman dan taat kepada Tuhan atau akan mengingkari-Nya. Namun, masing-masing nantinya tak akan luput dari konsekuensi pilihannya.

Dengan demikian Cak Nur menegaskan bahwa kebebasan itu harus didasarkan pada sebuah rasa tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab, akan hilang makna kebebasan. Kebebasan yang bertanggung jawab ini akan mengantarkan manusia kepada fitrah kemanusiaan. Pasalnya manusia bersanding hidup dengan orang lain, dan mereka juga mempunyai hak atas kebebasan individu.

Integral-Holistik
Sebagai tokoh yang dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan dunia akademis (perguruan tinggi), Cak Nur selalu mendasarkan gagasan dan argumentasinya pada Al Quran. Dalam konsepsi HAM, misalnya, ia mendedah Al Quran Surat al-Maidah (5:27-32). Kisah dramatis tentang perseteruan Habil dan Qabil ini oleh Cak Nur dalam berbagai kesempatan sering diintroduksi ketika menjelaskan wacana, perspektif, dan bentuk pelanggaran berat HAM.

Menurutnya, itulah sunnah sayyiah (model buruk) yang dilakukan Qabil, sekaligus menjadi model pelanggaran berat HAM pertama di muka Bumi. Cak Nur meyakini bahwa pembunuhan atau penghilangan nyawa merupakan pelanggaran hak hidup yang dimiliki secara mutlak oleh setiap manusia, satu hak primordial yang tidak dikaitkan dalam kewajiban apa pun dari Tuhan. Karena itu, prinsip pertama HAM dalam Islam adalah hak hidup. Inilah hak yang melekat pada diri setiap manusia yang mesti dihormati dan dilindungi oleh siapa pun.

Maka tidak berlebihan jika Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta dan kini Direktur Program Pascasarjana UIN Ciputat) menyatakan bahwa Nurcholish Madjid merupakan tokoh pembaru yang mampu secara canggih mengapresiasi tradisi Islam klasik secara keseluruhan, baik pada tingkat teoretis maupun eksotorisnya. Dengan sangat bagus dan distingtif, Cak Nur memberikan sejumlah pendekatan dan penafsiran baru terhadap tradisi Islam sehingga menghasilkan suatu bentuk kontekstualisasi yang sangat mendalam terhadap aspek syariat Islam sebagai sistem nilai yang sesuai dan searah dengan perkembangan zaman pada umumnya, khususnya dalam konteks sosial, budaya, dan politik di Indonesia.

Lebih dari itu, setidaknya ada dua hal penting dalam buku ini. Pertama, aspek keilmuan yang bersifat teoretis. Dari sisi keilmuan, pengungkapan karakter konsep, pandangan, dan pemikian Cak Nur tentang HAM memberikan gambaran dan wawasan baru dalam penelitian pemikiran tokoh pembaru pemikiran Islam Indonesia ini. Ini tentu akan menambah daftar inventaris baru narasi ilmiah tentang tema HAM yang belum sempat diteliti dan ditulis oleh peneliti sebelumnya.

Kedua, aspek praksis-historis; buku ini memberi kontribusi penting, seperti alternatif cara pandang nilai, etika, dan fatsoen keasasian hak-hak dasar manusia bagi kita semua, para praktisi sosio, budaya, politik, hukum, agam di Indonesia. dengan itu, diharapkan langkah-langkah kita memiliki pijakan nilai-nilai luhur, bernuansa nilai-nilai spiritual yang seringkali terabaikan dalam kehidupan.
Banyak pihak memberi stigma konsep HAM Barat sebagai sekuler. Benturan konseptual banyak terjadi, khususnya dengan kubu yang mendasarkan argumentasinya pada suatu paham yang diyakini sebagai wahyu, termasuk di dalamnya Islam.

Ditulis berdasarkan sumber yang begitu luas, buku ini secara komprehensif menjabarkan ijtihad Nurcholish Madjid terkait dengan persoalan HAM. Selain menggeluti problem-problem konseptual falsafi, seperti masalah partikulalisme dan universalisme, teosentrisme dan antroposentrisme, ditangani pula problem-problem keseharian seperti Islam, pro-HAM atau anti-HAM?, hak menikah beda agama, hak kebebasan nurani, hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak tidak beragama dan hak murtad, hak hidup dan hak mati, hukum mati, aborsi dan euthanasia, fitrah monogami dan poligami, dan lain-lain.

Kesemuanya didasarkan atas pembacaan Cak Nur yang komprehensif tentang Al Quran, Sunah, kitab-kitab klasik (kitab kuning), dan buku-buku terkini (kitab putih) yang cukup otoritatif untuk dikutip dan dijadikan referensi.

Pada akhirnya, terlepas dari berbagai kritik konstruktif ataupun destruktif atas kekurangan dan kelebihannya, Cak Nur secara intelektual telah menawarkan ijtihad-ijtihadnya untuk menafsirkan dan memaknai teks-teks suci sebagai basis pemahaman wacana HAM modern dan penegakannya secara elaboratif dan komprehensif. Basis metodologinya berupa disiplin-disiplin klasik Islam (tasawuf, teologi, ushuluddin, dan fiqih) dengan analisis-analisis ilmu modern seperti sosiologi, antropologi, psikologi, dan politik untuk menghindari bentuk-bentuk pembelaan bersifat apologis. Inilah bentuk pendekatan integral dan holistik.

*)Benni Setiawan, alumnus Pascasarjana Unversitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Biodata Buku
Judul: Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Nurcholish Madjid
Penulis: Mohammad Monib dan Islah Bahrawi
Penerbit: Gramedia, Jakarta
Terbit: 2011
Tebal: xxviii + 354 halaman
***
http://nasional.jurnas.com/halaman/24/2011-12-04/191011

Internet Mengganggu Otak?



Judul : The Shallows
Penulis : Nicholas Carr
Penerbit: Mizan, Bandung
Terbit : 2011
Tebal : xvi + 279 Halaman

"Pustaka", Kedaulatan Rakyat, Minggu, 04 Desember 2011

Internet merupakan media terbaru yang memicu perdebatan. Pertengkaran antara pendukung internet dan pencelanya, yang terjadi selama dua dekade terakhir melalui berbagai buku dan artikel serta ribuan tulisan blog, klip video, podcast, telah meluas seperti sebelumnya, di mana pihak pertama menyebutnya era emas baru akses dan partisipasi. Dan pihak kedua meratapi era kegelapan baru dari kesederhanaan dan narsisme. Perdebatan itu penting—isinya tidak masalah, namun karena berkisar sekitar ideologi dan selera pribadi, maka ia jalan buntu. Pandangannya menjadi ekstrem, serangannya bersifat pribadi.

Godaan teknologi sukar ditolak, dan pada abad informasi instan ini keuntungan kecepatan dan efisiensi bisa tampak murni, maka keinginan untuk menggunakannya tak lagi diperdebatkan.

Internet memberikan kemudahan dan kesenangan, tetapi juga mengorbankan kemampuan kita berpikir secara mendalam. Demikian ditunjukkan Nicholas Carr dalam buku The Shallows ini. Finalis Pulitzer Award 2011 ini menujukkan bagaimana “alat-alat berpikir”—alfabet, peta, barang cetakan, jam, hingga komputer—yang telah kita gunakan selama berabad-abad bisa mengubah cara kerja otak kita.

Buku ini menunjukkan dengan bukti bahwa internet memaksa kita menelan informasi secara instan, cepat, dan massal sehingga membuat pikiran kita mudah teralihkan. Kita menjadi terbiasa membaca cepat serbakilat dan cepat menyaring informasi, tapi akibatnya kita juga kehilangan kapasitas untuk berkonsentrasi, merenung, dan berpikir mendalam. Hal ini tentunya berbeda dengan membaca buku cetak. Kita diajak untuk focus memerhatikan setiap kata dan kalimat. Dengan demikian kita secara pelan dan pasti mendapatkan pemahaman yang holistik dan berpikir mendalam serta kreatif.
Pada akhirnya, mengutip ramalan Kubrikck, ketika kita mulai bergantung pada komputer untuk menjadi perantara pemahaman kita tentang dunia, kecerdasan kita sendirilah yang berubah menjadi kecerdasan buatan.

*)Benni Setiawan, Pembaca buku, tinggal di Sukoharjo.