Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 08 Mei 2011

Inggit, Perempuan Super di balik Kesuksesan Sukarno



Analisis News, Minggu, 08 Mei 2011

Judul : Perempuan dalam Hidup Sukarno, Biografi Inggit Garnasih
Penulis : Reni Nuryanti
Penerbit : Ombak, Yogyakarta
Terbit : 2007
Tebal : xx + 386 Halaman


Bercerita tentang Inggit Garnasih (17 Februari 1888-13 April 1984), adalah mengurai kisah humanisme yang jauh dari embel-embel politik. Kisah cinta dua insan yang berbeda pikir, laku, dan ilmu. Namun, sanggup menggoreskan tinta sejarah di atas kertas kehidupan yang penuh makna.

Inggit adalah potret ibu, kekasih, dan kawan bagi Sukarno. Inggit setia mendampingi dan mengiringi perjalanan hidup Sukarno yang tidak pernah sepi dengan kesulitan dan perjuangan.

Sukarno bagi Inggit adalah potret suami, guru, mitra perjuangan sekaligus kekasih yang sanggup memberi warna dan cinta. Meski akhirnya perpisahan datang menyapa, cinta tetap melekat di hati Inggit. Dalam doa yang tulus dia berucap, “Sesungguhnya dengan menempuh perjalanan panjang, yang bukan jalan bertabur bunga, aku telah mengantarkan kekasih ke gerbang harapan”.

Ya, inilah bukti ketulusan Inggit mendampingi Sukarno saat kemiskinan dan kekurangan. Inggit tidak seberuntung istri-istri Sukarno lain, seperti Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Kartini Manopo, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar yang mendampingi Proklamator RI ini di tengah kejayaan (kekayaan dan puncak kekuasaan).

Inggit mendampingi Sukarno di masa-masa sulit. Namun, ialah yang telah membentuk pribadi Sukarno menjadi pejuang, orator ulung, Presiden yang selalu dikenang oleh bangsa Indonesia.

Mengapa demikian? Ingit adalah perempuan matang dan kaya pengalaman. Inggit diusia yang relatif muda sudah bersinggungan secara langsung dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia masa awal.

Pada usia (18 tahun), Inggit telah terlibat sebagai panitia Kongres Pertama Sarekat Islam, yang secara tidak langsung memberinya ruang untuk membaca situasi sosial politik saat itu. Di samping itu, ia bertemu dengan banyak aktivis pergerakan, termasuk pentolannya, seperti H.O.S Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim.

Maka ketika Sukarno hendak mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), Inggitlah perempuan hebat di balik kesuksesan itu. Inggit mampu memformulasikan pidato-pidato Sukarno yang sulit dipahami oleh orang awam menjadi untaian kata yang renyah dan menggugah semangat juang. Berkat polesan Inggit, PNI menyebar dan dalam waktu singkat mempunyai cabang di berbagai kota.

Inggit dengan penuh kesetiaan mendampingi Sukarno ke mana pun ia pergi. Bahkan saat Sukarno di asingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pulau Ende menjadi saksi bisu kesetiaan perempuan bernama Inggit. Sosok perempuan yang tidak pernah mengeluh. Selalu mensyukuri apa yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Menilik hal demikian, Inggit bukanlah hanya merupakan sosok perempuan pertama yang dinakahi Sukarno. Inggit merupakan pendamping Sukarno yang mampu membentuk karakter dan kepribadian suaminya.

Maka tidak aneh jika pujian selalu mengiringi kisah hidup perempuan berdarah Sunda ini. salah satunya dari S.I. Poeradisastra. Ia menulis, “Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua janda Sukarno dengan segala jasa dan segala segi positifnya masing-masing, tetapi saya harus mengatakan, bahwa hanya Inggit Garnasihlah yang merupakan tiga dalam satu diri. Ibu, kekasih, dan kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit yang tak mampu melahirkan anak bagi Sukarno merupakan suatu yang ditemukan kemudian pada saat yang tepat ketika sesuatu alasan perlu dicari”

Buku Perempuan dalam Hidup Sukarno, Biografi Inggit Garnasih ini mengulas sejarah hidup perempuan bersahaja yang mampu mengantarkan Sukarno menuju puncak kesuksesan. Penulis buku ini secara intim mampu melukiskan sosok dan pribadi Inggit secara detail. Sebuah pekerjaan yang tidak mudah mengingat Reni Nuryanti adalah penulis kelahiran tahun 1980-an yang jauh dari sejarah hidup Inggit. Walaupun karena terlalu asyik dan kagum terhadap Inggit, Reni lupa bahwa dirinya adalah sejarawan yang harus menjaga jarak dan memberikan kritik.

Namun, kemampuannya menggali data, melalui penelusuran dokumen dan wawancara dengan beberapa tokoh termasuk Ratna Juami (anak angkat Sukarno-Inggit), menjadikan buku ini layak dibaca sebagai sebuah literatur sejarah sekaligus buku untuk mengenal secara lebih dekat sosok Inggit Garnasih.

Pada akhirnya, jika Anda hendak mengenal sosok Sukarno muda dan siapa orang yang turut serta “membesarkan” Presiden RI pertama ini, Anda selayaknya mengenal Inggit Garnasih. Buku ini menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Selamat membaca.


*)Benni Setiawan, pembaca buku, tinggal di Sukoharjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar