Meraih Cita

Meraih Cita

Selasa, 26 April 2011

Menerbitkan Buku Sendiri Siapa Takut?

Analisis News, Sabtu, 26 Maret 2011


Judul : Self Publishing, Kupas Tuntas Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri
Penulis : Miftachul Huda
Penerbit : Samudra Biru, Yogyakarta
Cetakan : I, Desember 2010
Tebal : xiv +122 Halaman


Bermula dari Dan Poynter, pria kebangsaan Amerika Serikat yang hampir putus asa menawarkan naskahnya Hang Gliding yang berisi tentang panduan olah raga di penerbangan. Karena tidak ada penerbit yang berkenan menerbitkan, maka ia menerbitkan sendiri naskah tersebut. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Buku tersebut terjual 130.000 eksemplar. Sebuah capaian luar biasa di tahun 1970.

Sejak capaian yang dahsyat itu. Dan pun terus menulis. Sekitar 76 judul buku telah ditulisnya. Bahkan buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Seperti Spanyol, Jepang, Rusia, Inggris, dan Jerman.

Apa kunci sukses Dan Poynter? Ia menerbitkan bukunya sendiri (self publishing). Melalui Para Publishing penerbit yang ia dirikan dan karena kegigihannya menerbitkan buku sendiri, maka ia disebut sebagai Bapak self publishing.

Buku Self Publishing Kupas Tuntas Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri karya Miftachul Huda ini terinspirasi oleh Dan Poynter. Huda, pada awalnya ingin menerjemahkan karya Dan Poynter Self Publishing Manual. Namun, karena dirasa tidak sesuai dengan iklim penerbitan di Indonesia, maka karya ini lahir.

Menurut Huda, sebagai inspirasi menjadi self publisher mungkin buku karya Dan Poynter relevan. Tetapi, sebagai panduan praktis tidak relevan dengan kondisi Indonesia. Misalnya, bagaimana teknis mendapatkan ISBN, mencetak buku dengan oplah terbatas, karakter pasar di Indonesia, dan hal-hal teknis lain (hal. 29).

Berbagai alasan di atas tersebut mendorong Huda untuk menulis sendiri buku tentang self publishing yang sesuai dengan konteks keindonesiaan.

Buku ini hadir untuk mengisi kekosongan referensi motivasi menulis. Sudah banyak buku yang berisi motivasi menulis, tapi kemampuan buku jenis ini hanya berhenti di situ. Maka, jika seseorang bisa menulis, tidak ada jaminan naskahnya bisa diterbitkan. Pengetahuan dalam buku ini memberikan jaminan kepada siapa saja untuk bisa menerbitkan buku sendiri (self publishing).

Sebuah pertanyaan yang cukup unik dan nyentrik diajukan oleh mantan aktivis gerakan mahasiswa ini. bisa nulis tapi siapa yang mau menerbitkan? Sebuah pertanyaan yang nendang bagi penulis. Penulis selalu dihadapkan pada kenyataan yang kadang menyakitkan.

Mempunyai banyak naskah, namun tidak satupun diminati penerbit.

Maka dari itu, solusi yang ditawarkan oleh alumnus Program Pascarsajana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini adalah self publishing.

Self publishing berguna bagi siapa saja yang ingin sukses dengan menulis buku. Sebab, self publishing bisa menjadi bisnis yang sangat menjanjikan. Namun, selama ini self publishing masih menjadi pengetahuan yang gelap gulita. Contoh, banyak orang mengira mendapatkan ISBN itu rumit, padahal tidak.

Buku ini mengupas setuntas-tuntasnya seribu satu rahasia menerbitkan buku sendiri. Mulai dari mempersiapkan naskah hingga bagaimana menjual buku sendiri.

Keuntungan dari self publishing adalah kita akan dapat mengukur sejauh mana buku diterima oleh pasar. Penulis akan mendapat bagian yang lebih banyak jika dibandingkan menerbitkan di penerbit yang dikelola orang lain. Jika diterbitkan orang lain penulis hanya mendapatkan royalti 10-12,5 persen. Namun jika diterbitkan sendiri penulis mendapat royalti sebesar 40-45 persen. Sebuah angka yang tidak sedikit.

Pada akhirnya, sebagaimana catatan Hernowo (penulis buku Mengikat Makna dan Andai Buku itu Sepotong Pizza), buku ini—menurujuk ke program “99 Writers in 9 Days”—merupakan sebentuk dukungan luar bisa untuk penulis yang masih ragu dan grogi untuk menerbitkan karyanya. Buku ini, bagaikan cambuk yang dapat melecut keberanian siapa saja yang ingin menerjuni dunia tulis-menulis secara total.

*) Benni Setiawan, Pembaca buku, di Sukoharjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar