Meraih Cita
Minggu, 19 Juni 2011
Ibu Kota RI dari Jakarta Menuju Palangkaraya?
Resensi, Analisis News, Minggu, 19 Juni 2011
Judul : Sukarno & Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya
Penulis : Wijanarka
Penerbit: Ombak, Yogyakarta
Terbit : Juni, 2006
Tebal : xii + 171 Halaman
Jakarta penuk sesak. Jalan-jalan sudah dipenuhi kendaraan bermotor, bangunan menjulang ke langit tanpa memedulikan kualitas tanah, banjir menjadi langganan, dan kriminalitas terjadi setiap tujuh menit sekali.
Menilik kondisi yang demikian, banyak orang menyatakan bahwa Jakarta sudah tidak layak menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Perlu dipikirkan sebuah tempat yang nyaman namun tetap mempunyai sejarah panjang dalam perjuangan menuju cita-cita Indonesia merdeka.
Maka ditemukannya Palangkaraya sebagai salah satu calon Ibu Kota RI. Palangkaraya merupakan daerah yang pernah dirintas oleh Sukarno (Presiden RI pertama) untuk dijadikan Ibu Kota.
Palangkaraya berada dai Pulau Kalimantan, tepatnya di tepi Sungai Kahayan, dan sekarang merupakan Ibu Kota Kalimantan Tengah. Secara geografis, Palangkaraya terletak di 60 401-70 201 Bujur Timur dan 10 311-20 301 Lintang Selatan. Saat ini, secara administratif Kota Palangkaraya berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas pada sisi utara dan timur, dengan Kabupaten Pulau Pisang pada sisi selatan, dan Kabupaten Katingan pada sisi barat.
Kota Palangkaraya merupakan bagian tak terpisahkan dari kota-kota yang dikagumi oleh Sukarno. Seperti Kota Roma, Washington DC, dan Berlin. Sukarno meletakkan dasar pembentukan Kota Palangkarya dengan elemen-elemen dasar dan simbol-simbol.
Sebagai Sarjana Teknik Arsitektur lulusan Technische Hogeschool (sekarang Institute Teknologi Bandung), Sukarno, meletakkan simbol-simbol berupa Sumbu Imajiner Kahayan-Palangkaraya-Jakarta, Bangunan Istana, Bundaran Silang Delapan, Taman Nasional, dan Sumbu Serimonial. Selain itu terdapat pula Pelataran Agung yang menyerupai Taman Merdeka Jakarta. Selain itu pula adanya peletakkan bangunan-bangunan penting kota yang berkontekstual dengan kosmologi Dayak.
Palangkaraya yang kini letaknya cenderung berada di tengah-tengah wilayah RI, dalam sejarah pembangunannya, diawali dengan pemancangan tiang pancang pembangunan kota. Berawal dari tiang pancang ini, Sukarno membentuk sumbu kota yang berfungsi sebagai prinsip dasar desain kota. Diduga, konsep dasar ini diperoleh atas saran Raja Kasunanan Surakarta (Sri Sultan Pakubuwono XII), yang mana saat peletakkan tiang pancang, Raja Kasunanan Surakarta ini diajak ke Palangkaraya. Menurut arah mata angin, dari titik tiang pancang, sumbu ini mengarah ke barat daya, sumbu ini berakhir di Jakarta.
Dengan demikian diketahui bahwa Jakarta merupakan koneksi imajiner Palangkaraya arah barat daya, sedangkan Sungai Kahayan merupakan koneksi imajiner Palangkaraya arah timur. Adanya konsep ini menunjukkan pula bahwa Palangkaraya termasuk cosmic city, yaitu suatu kota yang meninterpretasi kepercayaan dan atau daya alam. Dalam perkembangannya, kini sumbu ini melintasi as bangunan bersejarah kota yaitu kantor awal muda, as bangunan Istana, as Bundaran Besar dan as Jl. Yos Sudarso.
Sebagaimana diakui oleh Wijanarka penulis buku ini, buku ini disusun karena adanya kekhawatiran pudarnya konsep-konsep desain awal mula Kota Palangkaraya yang merupakan kreasi Sukarno. Hal ini disebabkan ketidaktahuan akan konsep-konsep desain tersebut sehingga desain Kota Palangkarya cenderung berkembang tanpa didasari oleh konsep awal mula atau bahkan menyimpang dari konsep awal mulanya.
Lebih dari itu, buku ini, menjadi bukti bahwa sebenarnya Sukarno mempunyai cita-cita besar untuk mendirikan Ibu Kota RI di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kota Palangkaraya.
Palangkaraya dapat menjadi pilihan mengurai kesemrawutan Ibu Kota RI Jakarta saat ini. Palangkarya dapat dijadikan Ibu Kota kedua (sebagai pusat bisnis) dan Ibu Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan. Sebagaimana Washington DC sebagai Ibu Kota ‘resmi’ Amerika Serikat dan New York sebagai pusat bisnis.
Pada akhirnya, founding fathers telah berpikir ke depan guna kemakmuran hajat hidup bangsa Indonesia. Kini tugas pemimpin sekarang untuk mewujudkannya.
*)Benni Setiawan, Pembaca buku, tinggal di Sukoharjo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mas, saya boleh pinjem atau beli bukunya? soalnya sy sudah cari kemana-mana sudah tidak ada lagi buku itu.
BalasHapussy try adamajay dari semarang. terima kasih.