Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 30 Oktober 2011

Kisah Si Pembawa Sandal



"BUKU", Koran Tempo, Minggu, 30 Oktober 2011

Judul: Strategi Hideyoshi, Another Story of the Swordless Samurai
Penulis: Tim Clark dan Mark Cunningham
Penerbit: Zahir Books, Jakarta
Cetakan: Agustus 2011
Tebal: 278 Halaman

Toyotomi Hideyoshi, mantan gelandangan yang berperawakan seperti monyet dan tidak pandai ilmu bela diri, ternyata dapat menjadi pemimpin tertinggi Jepang yang legendaris. Diawali sebagai pembawa sandal seorang bangsawan, ia bisa menjadi wakil kaisar dan berhasil menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik selama lebih dari 100 tahun. Bagaimana cara samurai tanpa pedang ini melakukan semua itu?

Sebagai seorang pemimpin, Hideyoshi selalu menyambut hangat dan ramah kepada setiap tamu yang datang, sekalipun ia petani paling miskin. Inilah kesadaran jiwa yang jarang dimiliki seorang pemimpin. Banyak pemimpin enggan menyapa rakyatnya dan lupa akan janji-janjinya. Namun hal ini tidak dilakukan oleh orang yang paling mengilhami warga Jepang agar yakin terhadap kemampuan mereka sendiri tersebut.

Lebih lanjut, ia mengajarkan pentingnya rasa syukur sebagai perwujudan rasa terima kasih dan welas asih. Dengan bersyukur, seseorang dapat merasakan kenikmatan yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Dengan bersyukur ini pula seseorang akan dapat selalu berbagi dalam keadaan suka dan duka. Inilah bentuk esensial dari keberuntungan.

Adapun kunci keberuntungan lain bagi Hideyoshi adalah mengenali bakat, sebagai perwujudan cinta kasih kepada diri sendiri dan Tuhan. Tanpa mengenali bakat, manusia akan tersungkur dalam kegalauan. Pasalnya, ia selalu mengeluh karena merasa tidak memiliki apa-apa dalam hidup ini. Padahal manusia terlahir ke dunia sebagai pemenang. Pemenang selalu mempunyai bekal dan strategi dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Lebih dari itu, usaha adalah yang menentukan hasil. Usaha setengah-setengah membuahkan hasil setengah-setengah, usaha baik membuahkan hasil yang baik, dan usaha yang luar biasa membuahkan hasil yang luar biasa. Ini juga yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keberuntungan.

Keberuntungan lain bagi seorang Hideyoshi adalah ketika seorang pemimpin mau berbagi keberhasilannya dengan orang lain. Pemimpin juga harus membantu orang-orang yang kurang mampu agar bisa mengembangkan kemampuannya. Berbagi pengalaman dan mengembangkan kemampuan tidak akan mengurangi keilmuan seorang pemimpin. Bahkan, berkat kebiasaan ini, pemimpin akan semakin bertambah ilmunya dan dicintai rakyatnya. Rakyat merasa diayomi karena pemimpin yang perhatian dan mengerti keinginan kawulanya. Relasi cinta kasih inilah yang akan menghantarkan pada kehidupan yang berkeadilan.

Selain itu, berkat relasi ini, akan dihasilkan sebuah kerja sama. Kerja sama melahirkan keberhasilan, kata Hideyoshi. Kerja sama akan meringankan beban kerja. Dengan kerja sama, seseorang akan merasa memiliki dan pada gilirannya mereka akan memelihara apa yang telah diusahakan secara bersama.

Memang, Hideyoshi tidak memaparkan jalan menuju keberuntungan yang diungkapkan dalam buku berjudul Strategi Hideyoshi, "Another Story of the Swordless Samurai ini secara resmi. Tapi semuanya merupakan sari pati dari pernyataan dan keputusan yang ia wariskan.

Rasa syukur, sadar akan bakatnya, tujuan yang bisa dicapai, pengerahan usaha yang luar biasa, dan kerja sama yang kuat telah memungkinkan lelaki kecil yang berasal dari rakyat jelata ini mengendalikan sebuah bangsa dan menjadi "petani" yang paling sejahtera. Boleh jadi nilai-nilai inilah yang memungkinkan Jepang, sebagai negara kepulauan yang miskin sumber daya, menjadi negara adidaya kedua dari segi ekonominya.

Rahasia keberuntungan dan kepuasan sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri. Rahasia-rahasia ini senantiasa diketahui orang-orang bijak. Tapi, sebagaimana dalam setiap zaman, sekarang hanya segelintir orang yang menangkap makna sejatinya--apalagi kekuatannya yang luar biasa dalam pikiran yang siap menerimanya.

Pada akhirnya, buku ini akan membuat kita seolah sedang berada di kerumunan orang untuk mendengarkan kisah Hideyoshi. Kita akan banyak menemukan kebijaksanaan dan pesan moral yang terungkap pada buku The Swordless Samurai.

Benni Setiawan, alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar