Meraih Cita

Meraih Cita

Sabtu, 08 Oktober 2011

Bersanding dengan al-Qur’an



Judul : Agar al-Qur’an Menjadi Teman
Penulis : Dr. Majdi al-Hilali
Penerbit: Zaman, Jakarta
Terbit : 2011
Tebal : 287 Halaman

Majalah MATAN, Edisi Oktober 2011

Muhammad Iqbal menyebut al-Qur’an lebih dari sekadar sebuah kitab. Jika ia merasuk ke dalam hati, manusia akan berubah menjadi lebih baik. Dan bila manusia berubah maka dunia pun berubah.
Buku Agar al-Qur’an Menjadi Teman ini bercerita tentang nilai-nilai al-Qur’an dan cara memetik manfaat darinya dalam upaya menjalin hubungan hakiki antara hati dan Kitab Suci tersebut, sehingga akan terjadi perbaikan pada setiap diri, lalu umat secara keseluruhan, seperti dicontohkan generasi sahabat Nabi.
Generasi telah membuktikan kepada dunia bahwa ia mampu memimpin peradaban dalam tempo yang singkat. Kunci sukses keberhasilan mereka adalah selalu hidup bersanding dengan al-Qur’an. Mereka memperlakukan al-Qur’an secara tepat. Hati mereka menyambutnya secara baik. Mereka pun menjadi generasi gemilang.
Jika al-Qur’an mampu melahirkan generasi awal yang gemilang, niscaya ia juga mampu melahirkan generasi baru yang akan mengentaskan umat ini dari krisis, lalu mengembalikan mereka ke puncak keagungan. Ini bukan mimpi, bukan pula khayalan, melainkan fakta yang telah terbukti dalam sejarah (hal 26).
Buku ini ditulis agar setiap hati bertautan dengan al-Qur’an. Dengan kata lain, menyilakan cahaya al-Qur’an masuk ke hati. Hal itu menuntut pendekatan yang tepat agar sesuai dengan bimbingan Allah dalam al-Qur’an, tuntutan Rasulullah dalam sunnah dan teladan para sahabat.
Penulis buku ini, Majdi al-Hilali, menegaskan bahwa jika membaca al-Qur’an tanpa pemahaman, perenungan, dan kepekaan, seseorang tidak akan dapat memetik mufakat secara sempurna—meskipun tetap mendapat pahala.
Al-Qur’an adalah ruh dan sumber tenaga hati. Siapa yang kehilangan al-Qur’an, ia kehilangan peluang besar untuk hidup secara hakiki, kehilangan kesempatan menikmati kebahagiaan, keridaan, dan surga dunia.
Al-Qur’an bukan lembaran-lembaran teori. Ia tidak akan mewujudkan dalam kenyataan jika kita tidak bersungguh-sungguh memetik manfaatnya.
Buku ini secara lugas mendedeh tema al-Qur’an yang dapat menjadi spirit kebangkitan. Melalui karya ini Majdi al-Hilali ini menyampaikan pesan bahwa masyarakat harus memulai kebangkitan diri dan bangsa dari al-Qur’an. Pemahaman dan pengamalan terhadap teks al-Qur’an menjadi kata kunci dan modal utamanya.
Pada akhirnya, mengutip sebuah Hadis, Nabi mengabarkan bahwa akan terjadi sengketa dan perpecahan sepeninggal beliau. Hudzaifah bertanya, “Ya Rasul, apa yang kau perintahkan padaku jika aku menututi zaman itu?” Beliau menjawab, “Pelajari kitab Allah dan amalkan, itulah solusinya!” “Kuulangi pertanyaan itu tiga kali,” tutur Hudzaifah, dan Rasulullah pun menjawabnya tiga kali pula; “Pelajari kitab Allah dan amalkan, itu penyelamatnya!” (HR Abu Dawud, al-Nasa’i, dan al-Hakim).

*)Benni Setiawan, Alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar