Meraih Cita
Minggu, 20 Februari 2011
Manifestasi Alam Dewa
"Resensi" Seputar Indonesia, 20 February 2011
JANGANterbuai dunia.Sebab, dia tidak kekal. Dunia hanyalah kesenangan sesaat.Semua akan hilang dan lenyap ketika dunia ini hancur.
Dunia adalah tempat kita berbuat kebajikan. Menebar darma baik guna mengarungi kehidupan sejati. Namun, hingga hari ini,banyak manusia masih terlena oleh dunia. Dalam tradisi Budhis, ada enam Karmadhatu berdasarkan hawa nafsu. Itu dikarenakan di Alam Dewa ini masih terdapat kasih dan hasrat.Di Alam Karmadhatu masih ada sentuhan, hasrat,dan makanan. Di Alam Karmadhatu terdapat hidangan lezat, jamuan surgawi, minuman surgawi, amrta, dan rasa surgawi. Di Alam Karmadhatu yang masih ada hasrat, banyak sukacita dan sedikit atau hampir tidak ada dukacita. Di Alam Karmadhatu juga ada rasa sentuhan.
Dalam hal hawa nafsu, Alam Caturmaharajakayika dan Alam Trayastrimsa sama dengan alam manusia.Persetubuhan antara dua akar nafsu dari pria dan wanita akan menghasilkan kebahagiaan sentuhan, ini juga salah satu kenikmatan Alam Dewa dari aspek hasrat kasih. Selanjutnya Alam Yama, di alam ini tidak ada lagi persetubuhan antara lawan jenis.Kenikmatan akan didapat dari sentuhan saling berpelukan antara lawan jenis.Kemudian Alam Tusita, pria dan wanita di alam ini cukup bergandengan tangan. Sentuhan tangan inilah yang akan menghasilkan kenikmatan nafsu. Lebih lanjut Alam Nirmana-rati, pria dan wanita di alam ini cukup saling melempar senyum. Itu saja akan memuaskan hawa nafsu.
Kemudian Alam Paranirmitavasavartin, alam tertinggi dari Alam Karmadhatu, dewa-dewi di alam ini cukup saling menatap saja akan memuaskan kenikmatan nafsu. Hidangan surgawi di Alam Karmadhatu akan dicerna dalam anggota tubuh,maka tidak ada lagi kebiasaan buang air besar dan buang air kecil. Di Alam Karmadhatu memang masih terdapat kasih dan nafsu,tapi dari persetubuhan yang dilakukan hanya mengeluarkan prana, bukan sperma. Dengan demikian, persetubuhan ini tidak akan membentuk janin atau melahirkan anak. Jika penghuni Alam Dewa ingin memiliki anak, anak lelaki akan diwujudkan dari lutut seorang Dewa dan anak perempuan akan diwujudkan dari pinggul seorang Dewi.
Nalakuvara adalah seorang Dewa. Dagingnya terurai dan dikembalikan ke ibu, tulangnya terurai dan dikembalikan ke ayah, hanya tersisa roh murni.Lalu gurunya memetik daun padma untuk dijadikan daging,memetik batang padma untuk dijadikan tulang, dan roh murni ini menempel pada padma, kemudian terlahirlah Nalakuvara. Inilah yang dinamakan perwujudan Alam Dewa (halaman 31–33). Namun, manusia tidak boleh berdiam lama di Enam Alam Karmadhatu. Hal ini karena berkah yang dinikmati di Enam Alam Karmadhatu dapat membuat orang terbuai,terlena,dan tergila-gila. Kenikmatan di Alam Dewa ini sungguh sebuah Mahasukha.
Begitu memasuki Istana Karmadhatu, mau tidak menikmati pun sulit.Artinya,tiada waktu tanpa kesenangan (setiap detik merasa gembira).Tiada masa tanpa kesenangan (Mahasukha yang tidak pernah berhenti). Tiada tempat tanpa kesenangan (sukacita ada di berbagai tempat). Tiada ruang tanpa kesenangan (Mahasukha ada di mana-mana).Sekalipun kita tidak boleh berdiam lama di Enam Alam Karmadhatu, tidak berarti mesti mendiskriminasikan alam tersebut.Manusia harus menghargainya (halaman 39–42). Lebih lanjut, di Karmadhatu manusia akan mendapatkan kesenangan dan kenikmatan yang abadi.
Di Rupadhatu akan mendapatkan sukha dan kenikmatan yang abadi.Di Arupadhatu akan mendapatkan upeksa, sunya, kesadaran, tiada,bukan tiada pikiran. Memahami Alam Dewa merupakan proses perjalanan manusia menuju makrifat (pengetahuan tertinggi). Perjalanan menuju makrifat hanya dapat ditempuh orang-orang yang mempunyai hati bersih dan mendarmabhaktikan hidupnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga orang lain. Hal ini merupakan manifestasi tertinggi dalam proses hidup umat manusia. Berguna bagi manusia dan makhluk lain.
Akhirnya,buku ini akan menuntun manusia untuk memahami eksistensi diri dan lingkungannya.Dengannya, manusiaakanmenemukan keteduhan hati yang akan mengantarkan pada puncak kebahagiaan di Alam Dewa. Selamat bertualang.
Benni Setiawan,
Alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga,Yogyakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar