Meraih Cita

Meraih Cita

Jumat, 31 Desember 2010

Pentingnya Etika Bisnis



Resensi, Seputar Indonesia,

Mengapa perusahaan-perusahaan besar hancur dalam waktu relatif singkat dan mengakibatkan gejolak perekonomian yang begitu dahsyat? Jawabannya, perusahaan-perusahaan tersebut tidak menggunakan etika dalam bisnisnya. Padahal etika bisnis merupakan faktor kesuksesan sebuah perusahaan.
Inilah yang hendak dinyatakan William J. Byron dalam buku The Power of Principles ini. Byron menekankan prinsip mengarahkan tindakan pilihan Anda. Dengan tegas ia menyatakan, di tengah menuju perjalanan sukses di dalam bisnis, Anda harus membiarkan prinsip-prinsip Anda memegang kendali (Halaman 12).
Ada sepuluh prinsip dalam menjalankan etika bisnis, pertama, prinsip integritas. Integritas berarti pengertian keutuhan, ketegaran watak, kejujuran, keandalan, dan tanggung jawab. Integritas adalah konsistensi antara standar yang dipeluk dan tindakan yang diambil—terutama ketika tidak dilihat siapa pun. Integritas merupakan dasar dari semua keutamaan bisnis yang lain. Akan terlalu sulit menjalankan bisnis bila orang yang membuat kesepakatan tidak mempunyai integritas. Integritas erat kaitannya dengan kejujuran. Kejujuran merupakan dasar bagi integritas.
Kedua, prinsip kejujuran. Prinsip ini memuat penyampaian kebenaran di dalam semua keadaan; ini juga mencakup akuntabilitas dan transparansi.
Kejujuran berarti mengatakan apa adanya. Kejujuran adalah penuh kesadaran, dan kebenaran selalu membebaskan Anda. Mungkin ada akibat-akibat yang tidak menyenangkan bagi Anda bila Anda mengatakan kebenaran. Tetapi, sebagaimana pepatah mengatakan “kebenaran akan selalu muncul” dan orang yang mengatakan kebenaran akan selalu mendapat tempat untuk berdiri, jiwa untuk berseru, dan pikiran yang damai yang tidak dapat dirampas (Halaman 91).
Ketiga, prinsip kesamaan. Tentu saja, dengan prinsip ini dimaksudkan keadilan, memperlakukan yang sama secara sama, memberikan kepada masing-masing orang yang menjadi haknya. Adil berarti mengakui nilai dasar semua manusia.
Keempat, prinsip martabat manusia. Prinsip dari semua etika ini—personal dan organisasional—mengakui nilai yang melekat pada seseorang. Ini mendorong pengakuan dengan penuh rasa hormat terhadap nilai orang lain justru karena ia adalah manusia.
Prinsip martabat manusia merupakan prinsip paling dasar baik dari etika personal maupun etika sosial. Di dalam budaya perusahaan yang baru, martabat manusia sedang mengalami ujian berat. Di dalam konteks perampingan perusahaan misalnya, para karyawan di semua tingkat diperlakukan seolah-olah mereka adalah onderdil yang dapat dibuang. Dalam banyak kasus, batas dasar dan lembar neraca lebih banyak mendapat perhatian daripada manusia yang kehilangan pekerjaan mereka karena proses “yang ditata ulang” atau “reka ulang” di dalam tempat kerja. Pemberhentian ini harus dilakukan secara bermartabat dan dengan jaminan minimal—uang pesangon, perjanjangan asuransi kesehatan, pelatihan kembali atau bantuan untuk mendapatkan pekerjaan lagi (Halaman 140-141).
Kelima, prinsip partisipasi, dalam hal ini partisipasi di tempat kerja. Prinsip ini menghormati hak orang lain agar tidak diabaikan di tempat kerja atau disingkirkan dari pengambilan keputusan di dalam organisasi.
Setiap manusia di semua tempat kerja mempunyai hak untuk menyampaikan pikirannya di dalam keputusan-keputusan yang menyangkut mata pencahariannya. Ditutupnya pintu bagi semua diskusi berarti ditolaknya juga hormat bagi martabat manusia. Partisipasi di tempat kerja bukannya tidak berhubungan dengan budaya perusahaan dan sikap manajemen tingkat atas.
Keenam, prinsip komitmen. Bahwa seseorang yang mempunyai komitmen dapat diandalkan tanggung jawabnya, sifat dapat dipercaya, kesetiaan, dan kepatuhannya. Bila sifat-sifat ini lenyap dari tempat kerja, akan ada masalah semangat pada sisi produksi, dan ini hampir pasti bahwa kualitas produk dan layanan juga akan hilang.
Ketujuh, prinsip tanggung jawab sosial. ini menunjuk pada kewajiban untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan masyarakat yang lebih luas dan untuk memperlakukan masyarakat sebagai salah satu pihak terkait dalam segala hal yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi.
Kedelapan, prinsip kebaikan umum. Ini berlaku sebagai lawan dari individualisme; ini mengaitkan kepentingan personal seseorang dengan kesejahteraan masyarakat. Ini mungkin yang paling sulit di antara semua prinsip untuk disepakati bersama dalam organisasi berkaitan dengan kebaikan umum perusahaan dan kemudian menghubungkan pengertian itu dengan pengertian mengenai kebaikan umum yang lebih luas di luar organisasi.
Kesembilan, prinsip subsidiaritas. Mungkin ini dipahami dalam pengertian penyerahan dan desentralisasi, dengan mempertahankan pembuatan keputusan dekat dengan dasar yang paling rendah. Ini berarti bahwa tidak ada keputusan yang boleh diambil pada tingkat yang lebih tinggi oleh apa yang boleh dibuat sama efektif dan efisiennya pada tingkat yang lebih rendah di dalam organisasi.
Kesepuluh, prinsip etis mengenai cinta. Prinsip ini juga berarti prinsip keyakinan yang diinternalisasikan, yang mendorong kesediaan untuk mengorbankan waktu, kenyamanan seseorang, dan menyumbangkan ide-ide dan barang-barang materinya demi kebaikan orang lain.
Buku ini meminta perhatian terhadap kerja, nurani, karakter, moralitas, kemanusiaan, pengorbanan, dan prinsip. Ini bukanlah suatu pembeberan menyusul skandal-skandal Enron, WorldCom, Adelphi dan skandal-skandal etis lain yang telah membuat bisnis di Amerika babak belur dalam tahun-tahun terakhir. Ini merupakan suatu latihan dalam pemaparan yang dimaksudkan untuk melibatkan pikiran dan nurani mereka yang sekarang, atau akan segera menjadi pengambil keputusan di dalam sistem bisnis.
Penulis sangat berharap bahwa para pembaca buku ini akan menjadi yakin bahwa bila mereka selalu memikirkan etika dalam pekerjaan mereka, mereka akan menyelesaikan lebih banyak hal dengan lebih efisien dan lebih menguntungkan daripada yang sekarang mungkin diduga.

*)Benni Setiawan, Alumnus Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar