Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 12 Desember 2010

Agar Kuliah Kerja Nyata Berdampak pada Kehidupan Masyarakat

Resensi, Jurnal Nasional, Minggu, 14 Nov 2010 KULIAH Kerja Nyata (KKN) seakan telah menjadi tradisi dalam kurikulum perguruan tinggi. Selain guna memenuhi sistem kredit semester (SKS), KKN merupakan sarana yang tepat untuk "menguji" sejauh mana teori yang diterima oleh mahasiswa berpadu dengan realitas empirik di tengah masyarakat. Namun, tidak semua mahasiswa menyadari arti penting KKN ini. Sering kali KKN hanya dijadikan ajang liburan kuliah, pindah tidur, atau bahkan mencari jodoh. Maka tidak aneh jika program KKN tidak berdampak pada kehidupan masyarakat yang lebih baik. Program pemberdayaan masyarakat sering kali terlewatkan oleh mahasiswa sehingga KKN menjadi gamang dan miskin makna. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi program KKN yang diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kegiatan KKN yang diselenggarakan oleh mahasiswa UGM bertumpu pada realitas empiris di tengah masyarakat. Mahasiswa UGM membaca kebutuhan masyarakat sekitar kemudian menerjemahkannya dalam program kerja KKN. Contohnya, dalam mengatasi kekeringan dengan teknologi tepat guna. Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta merupakan daerah yang sering mengalami krisis air (kekeringan). Setidaknya ada 13 kecamatan yang selalu mengalami kekeringan. Yakni Kecamatan Gedangsari, Patuk, Nglipar, Ngawen, Paliyan, Tepus, Semanu, Rongkop, Girisubo, Panggang, Purwosari, Playen, dan Semin. Saat musim kemarau sumur masyarakat kering. Namun, Gunung Kidul mempunyai potensi sumber air dari dalam goa. Dengan sedikit kecekatan dan kelihaian beberapa mahasiswa, maka dibuatlah pompa air. Akan tetapi, mahasiswa KKN UGM tidak hanya membuat pompa untuk masyarakat, namun juga memberi keterampilan untuk merawatnya. Salah satu usaha untuk membuat suatu program pemberdayaan bersifat berkelanjutan adalah dengan menciptakan sistem. Membantu membuatkan pompa air di tengah-tengah masyarakat yang kekeringan mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan punya uang. Akan tetapi, tidak untuk kesiapan dan kemandirian masyarakat pascakegiatan. Jika tidak disiapkan bagaimana sistem pengelolaan terhadap alat yang canggih itu, maka keberdayaan masyarakat akan sulit dicapai. Dengan demikian, membantu masyarakat dengan memberikan sesuatu barang yang bersifat produktif, harus diikuti bagaimana melakukan pengelolaan yang baik terhadapnya. Mereka harus diberikan skill (keterampilan), di lingkungan mereka juga harus diciptakan sistem baru supaya sistem dan keahlian masyarakat tersebut siap, jika suatu saat pekerja sosial harus meninggalkan masyarakat tersebut. Inilah yang sering dilupakan dalam proses pemberdayaan, sehingga tidak sedikit program pemberdayaan gagal karena masyarakat tidak siap ditinggalkan oleh pekerja sosialnya (hlm. 41-51). Dalam hal penanganan bencana alam pun demikian. Mahasiswa yang terjun untuk KKN dapat bekerja sejak masa tanggap darurat. Tanggap darurat menjadi salah satu program yang bagus dilakukan secara cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan korban bencana yang bersifat darurat. Misalnya, kebutuhan-kebutuhan primer seperti makanan, minuman, pakaian atau tempat tinggal. Maka tugas yang paling utama yang harus dilakukan adalah menerima dan menyalurkan logistik yang terdiri atas sandang, pangan, dan papan kepada masyarakat korban bencana yang membutuhkan bantuan. Dalam menyalurkan logistik, mahasiswa terlebih dahulu melakukan indetifikasi warga yang masih membutuhkan bantuan dan jenis barang yang diperlukan untuk selanjutnya menentukan sasaran pemberian, jenis dan jumlah logistik yang akan diberikan sesuai dengan stok yang dimiliki. Seluruh kegiatan penerimaan dan penyaluran logistik dicatat, sehingga akuntabel. Program pascabencana pun penting untuk disentuh. Seperti program pemulihan ekonomi pascabencana. Program ini bertujuan untuk mengindentifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi (mata pencaharian) warga sebelum bencana alam dan menggali potensi-potensi ekonomi yang dapat dikembangkan pascabencana alam. Realisasi program ini adalah berupa penyuluhan pertanian dan peternakan yang diberikan kepada warga yang memiliki mata pencarian bertani dan beternak. Bahkan, di beberapa unit, mahasiswa memberikan bantuan berupa bibit tani dan inseminasi buatan pada ternak sapi. Dalam melaksanakan program ini, mahasiswa banyak mendapat bantuan dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan UGM (hlm. 77-112). Buku ini juga menyuguhkan beberapa program pemberdayaan yang patut ditiru, seperti wajib belajar sembilan tahun, pemberantasan buta aksara dalam pemberdayaan masyarakat, pengembangan desa wisata melalui sistem informasi geografis berbasis web, pemetaan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah berbasis biogas, serta pemberdayaan politik dalam pemilu. Kesemuanya berangkat dari potensi yang ada di dalam masyarakat dan dilakukan secara berkesinambungan. Pada akhirnya, buku ini merupakan rekam kegiatan KKN kampus UGM yang selalu menekankan pada pola pemberdayaan masyarakat. Harapannya, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh kalangan akademisi atau masyarakat pada umumnya dari praktik terbaik (best practice) yang diulas dalam buku ini. *** Data Buku Judul: Belajar dari Masyarakat, Best Practices Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat LPPM UGM Editor: Dr drh Joko Prastowo, MSi Penerbit: Samudra Biru, Yogyakarta Cetakan: I, Juni 2010 Tebal: x + 142 halaman ISBN: 978-602-96516-0-7 Harga: Rp26.000 *** *)Benni Setiawan, penulis dan pembaca buku, tinggal di Sukoharjo. http://www.jurnalnasional.com/show/newspaper?rubrik=Pustaka&berita=149248&pagecomment=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar