Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 14 Oktober 2012

Melacak Sejarah Tuhan



Oleh Benni Setiawan

Resensi Buku Jateng Pos, Minggu Legi, 14 Oktober 2012

Judul : Sejarah Tuhan. Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-agama Manusia
Penulis : Karen Armstrong
Penerbit: Mizan, Bandung
Cetakan : September 2011
Tebal : 673 Halaman

Perbincangan mengenai Tuhan selalu menimbulkan perdebatan. Pasalnya, perbincangan ini menyangkut sesuatu yang hakiki dan diimani secara utuh. Namun, di tangan Karen Amrstrong dalam buku Sejarah Tuhan ini, perbincangan mengenai Tuhan menjadi sesuatu yang mengasyikan dan membuka cakrawala kita tentang “kebenaran keberadaaan Tuhan”.

Buku ini bukanlah tentang sejarah realitas Tuhan yang tak terucapkan, yang berada di luar waktu dan perubahan, melainkan merupakan sejarah persepsi umat manusia tentang Tuhan sejak era Ibrahim hingga hari ini. Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. Bahkan, pernyataan “saya beriman kepada Tuhan” tidak mempunyai makna obyektif, tetapi seperti pernyataan lain umumnya, baru akan bermakna jika berada dalam suatu konteks, misalnya ketika dicetuskan oleh komunitas tertentu.

Akibatnya, tidak ada satu gagasan pun yang tidak berubah dalam kandungan kata “Tuhan”. Kata ini justru mencakup keseluruhan spektrum makna, sebagian di antaranya ada yang bertentangan atau bahkan saling meniadakan. Jika gagasan tentang Tuhan tidak memiliki keluwesan semacam ini, niscaya ia tidak akan mampu bertahan untuk menjadi salah satu gagasan besar umat manusia.

Ketika sebuah konsepsi tentang Tuhan tidak lagi mempunyai makna atau relevansi, ia akan diam-diam ditinggalkan dan digantikan oleh sebuah teologi baru. Seorang fundamentalis akan membantah ini, karena fundamentalisme antihistoris; mereka meyakini bahwa Ibrahim, Musa, dan nabi-nabi sesudahnya semua mengalami Tuhan dengan cara yang persis sama seperti pengalaman orang-orang pada masa sekarang.

Namun, jika kita memperhatikan ketiga agama besar, menjadi jelaslah bahwa tidak ada pandangan yang objektif tentang “Tuhan”: setiap generasi harus menciptakan citra Tuhan yang sesuai baginya. Hal yang sama juga terjadi pada ateisme. Pernyataan, “saya tidak percaya kepada Tuhan” mengandung arti yang secara sepintas berbeda pada setiap periode sejarah. Orang-orang yang diberi julukan “ateis” selalu menolak konsepsi tertentu tentang ilah.

Bukan Sejarah Biasa
Lebih lanjut, buku ini bukan sejarah dalam pengertian biasa, sebab gagasan tentang Tuhan tidak tumbuh dari satu titik kemudian berkembang secara linier menuju suatu konsep final. Teori-teori ilmiah mempunyai sistem kerja seperti itu, tetapi ide-ide dalam seni dan agama tidak. Sebagaimana dalam puisi cinta, orang berulang kali menggunakan ungkapan yang sama tentang Tuhan. Bahkan, kita dapat menemukan kemiripan telak dalam gagasan tentang Tuhan di kalangan Yahudi, Kristen, dan Islam. Meskipun orang Yahudi maupun Islam memandang doktrin Trinitas dan Inkarnasi sebagai suatu kekeliruan, mereka juga mempunyai teologi-teologi controversial versi mereka sendiri. Setiap ekspresi yang amat bervariasi tentang tema-tema universal ini memperlihatkan kecerdasan dan kreatifitas imajinasi manusia ketika mencoba mengekspresikan pemahamannya tentang “Tuhan” (hlm. 24).

Sejarah Tuhan adalah kajian lengkap tentang Tuhan yang paling populer sejak publikasi pertamanya pada dekade terakhir abad ke-20. Ditulis oleh Karen Armstrong, komentator masalah agama terkemuka asal Inggis. Buku ini melacak sejarah persepsi dan pengalaman manusia tentang Tuhan sejak zaman Nabi Ibrahim hingga masa kini. Selain memerinci sejarah tiga agama monoteistik; Yahudi, Kristen, dan Islam. Buku ini juga menampilkan tradisi Buddha, Hindu, dan Konfusius. Evolusi keyakinan manusia tentang Tuhan dilacak dari akar-akar kunonya di Timur Tengah hingga sekarang.

Melalui narasi yang gurih, ia mengajak kita menulusuri filsafat klasik dan mistisisme Abad Pertengahan hingga era Reformasi, Pencerahan, dan skeptisisme zaman modern. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa Karen Armstrong telah melakukan upaya luar biasa menyuling sejarah intelektual monoteisme ke dalam satu buku yang memikat dan enak dibaca seperti ini.

Selain itu, kelebihan buku ini tersaji dari pembacaan literatur klasik dan modern yang sangat ketat dan kaya. Sehingga apa yang disajikan menjadi bacaan yang luar biasa dalam pencarian makna Tuhan. Sebuah buku yang layak dibaca oleh khalayak umum yang ingin mengenal secara lebih dekat dan rasional mengenai agama dan Tuhan yang selama ini diyakini kebenarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar