Meraih Cita

Meraih Cita

Selasa, 08 Mei 2012

Kisah Sukses "Difabel" yang Penuh Teladan


Melalui buku ini, Dahlan Iskan ingin menunjukkan seorang Karmaka yang difabel, cacat karena pernah ganti hati dan dua kali transplantasi ginjal, mampu memberi inspirasi, teladan, sekaligus semangat kerja yang luar biasa.

Dahlan Iskan tidak hanya jago membesut media massa menjadi perusahaan ternama, mengubah PLN menjadi perusahaan penuh prestasi dan menjadikan BUMN aset negara yang hebat, tetapi juga dengan gaya dan kemampuan jurnalistiknya, dapat menyuguhkan sosok difabel penuh persona dan menjadi bacaan kaya inspirasi.

Dialah Karmaka Surjaudaja, penyelamat Bank NISP. Di tangannya, NISP bisa eksis di tengah kondisi yang tidak menguntungkan. Karmaka mendapat mandat untuk mengurus NISP langsung dari sang mertua, Lim Khe Tjie. Pada tahun 1962, setelah hampir empat tahun bekerja di pabrik tekstil Padasuka Majalaya, mertuanya menghubunginya dari Hong Kong.

Karmaka diminta menyelamatkan bank itu. "Saya kaget. Dalam perbincangan telepon, mertua marah-marah, bukan pada saya, tapi orang-orang yang selama ini dipercayai," ujar Karmaka. "Kamu masuk ke NISP. Kamu take over manajemennya," ujar sang mertua seperti ditirukan Karmaka. "Jangan mudah percaya pada siapa pun. Manusia pada dasarnya baik, tapi ketamakan siapa pun bisa berbuat jahat," tambah sang mertua (hal 62).

Amanat sang mertua tidak disiasiakan. Walaupun pada awalnya ragu karena hanya lulusan SMA dan tak berpengalaman mengelola bank, berkat dukungan sang istri, dia akhirnya menyelamatkan bank milik mertua tersebut. Perjuangan Karmaka belum usai. Di tengah upaya membangun kepercayaan masyarakat terhadap NISP, dia mendapat banyak rintangan. Misalnya, dia menerima dua kali upaya pembunuhan. Pertama, setelah hari Lebaran.

Saat itu, sopir Karmaka menemukan bekas lubang peluru di bemper mobilnya. Menurut kepolisian, lubang itu bukan dari peluru nyasar, tapi sengaja ditembakkan dari jarak cukup dekat, kira-kira 45 derajat dari samping kiri-belakang. Kedua, saat pergantian direksi NISP. Pemimpin lama seharusnya menyerahkan mobil dinasnya saat itu juga. Namun, serah terima urung dilakukan karena mobil sedang di bengkel. Setelah mobil diserahkan, Karmaka meminta sopirnya untuk memeriksanya. Menurut sopir, rem mobil blong. Jika digunakan, mobil itu dapat membahayakan diri Karmaka.

Pengakuan Sosok Karmaka memberi pelajaran kepada siapa saja mengenai semangat kerja keras remaja yang tak kenal putus asa. Amanat orang tua dan mertua agar menyelamatkan NISP membuat dia bekerja secara mati-matian. Karmaka juga contoh semangat berkorban untuk keluarga, adik-adik, karyawan, dan perusahaannya.

Inilah teladan konkret orang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi segala kesulitan, baik saat menjadi buruh, pemimpin, maupun menderita sakit parah. Karmaka juga cermin kepemimpinan yang kuat karena mampu menghadapi krisis. Dia memiliki visi dan sukses regenerasi sehingga anak pertamanya, Pramana Surjaudaja, setamat SMA, dimasukkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Pramana lulus dan kelak membanggakan Karmaka karena mau ditempatkan sebagai dokter inpres di sebuah desa terpencil di pelosok Jawa Barat. Setelah dua anaknya terjun ke dunia kedokteran dan menjadi pegawai negeri, Karmaka mengirim anak ketiganya, Pramukti Surjaudaja ke Amerika Serikat untuk memperdalam bidang perbankan dan keuangan disusul anak keempat Parwati Surjaudaja agar memperdalam akuntansi dan keuangan.

Kelak ketiga anaknya itu terjun memajukan NISP (hanya drg Rukita yang di luar NISP). Mereka tidak ada yang langsung masuk ke NISP. Mereka mengasah ilmu lebih dulu di perusahaan lain (hal 166).

Melalui buku ini, Dahlan Iskan ingin menunjukkan seorang Karmaka yang difabel, cacat karena pernah ganti hati dan dua kali transplantasi ginjal, mampu memberi inspirasi, teladan, sekaligus semangat kerja yang luar biasa.

Buku ini pun menjadi semacam "pengakuan dosa" bapak dua anak yang kini menjadi Menteri BUMN itu. Dahlan menulis dalam kata pengantarnya, "Mengapa saya menulis buku untuk diri sendiri. Padahal, ada orang lain yang punya pengalaman lebih dramatis. Saya jadi merasa tidak fair kalau pengalaman hidup sosok seperti Karmaka tidak diterbitkan sebagai buku, sementara peminat untuk buku saya melimpah. Saya tidak jujur pada diri sendiri."

Diresensi Benni Setiawan, Alumnus Program Pascasarjana UIN Yogyakarta.

Judul : Karmaka Surjaudaja, Tidak Ada yang Tidak Bisa
Penulis : Dahlan Iskan Penerbit : Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan : Februari 2012
Tebal : xii 263 Halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar