Meraih Cita

Meraih Cita

Senin, 14 Januari 2013

Tionghoa Muslim di Nusantara


Oleh Benni Setiawan*)

Resensi Buku, Kedaulatan Rakyat, Minggu, 13 Januari 2013

Judul :Orang-orang Tionghoa dan Islam di Majapahit
Penulis : Adrian Perkasa
Penerbit : Ombak, Yogyakarta
Cetakan : 2012
Tebal : xvi + 148 Halaman

Kajian tentang Islam di masa Indonesia lama atau klasik merupakan pembahasan yang tergolong langka. Apalagi dalam kaitan dengan Kerajanan Majapahit. Sebuah kerajanaan terkenal di Nusantara yang wilayahnya meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia hingga Semenanjung Malaya.

Buku Orang-orang Tionghoa dan Islam di Majapahit ini mengisi kekosongan untuk tidak menyebut kelangkaan literatur dalam kajian tersebut. Berdasarkan prasasti Canggu Adrian Perkasa mengulas Islam di Ibu Kota Kerajaan Majapahit (Trowulan) pada abad XIV-XV.

Menurut alumnus Jurusan Ilmu Sejarah dan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair), Surabaya ini keberadaan komunitas muslim di Trowulan tercatat dalam Ying-Yai Shenglan yang ditulis oleh Ma Huan pada 1416. Terdapat dua komunitas masyarakat muslim saat itu yaitu pertama, komunitas Huihui ren atau penduduk yang berasal dari barat dalam hal ini adalah orang Islam yang berasal dari kawasan Cina bagian barat. Mereka berpakain dan tinggal dengan layak. Kedua, adalah komunitas Tang ren yang berasal dari Cina di antaranya dari Guangdong, Zhangzhou, dan Quanzhoun yang mayoritas beragama Islam (halaman 61).

Buku ini menawarkan suatu tafsiran baru terhadap terjemahan prasasti Canggu yang menyebutkan signifikansi pengaruh kelompok pedagang dan penguasa kawasan perdagangan bagi Kerajaan Majapahit. Dari hak istimewa yang diberikan, terdapat izin untuk melaksanakan ibadah lima waktu bagi kelompok tersebut. Prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk karena melihat pentingnya kelompok tersebut identik dengan ibadah yang dilakukan agama Islam yaitu salat wajib. Keberadaan kelompok muslim yang diakui, dilindungi, dan diberikan hak istimewa oleh Raja Hayam Wuruk menjadikan mereka sebagai kelompok elit baru di Majapahit.

Perspektif munculnya kelompok elit baru ini merupakan hal baru lainnya yang bermanfaat digunakan untuk melihat bagaimana penyebaran Islam di Ibu Kota Kerajaan Majapahit abad XIV-XV. Melalui perspektif ini dapat diuraikan perkembangan Islam dengan jelas di mana sebelumnya belum ada yang memakai Islam di Ibu Kota Kerajaan Majapahit pada abad XIV-XV.

Buku ini seakan menyodok ingatan publik. Memberi kesadaran baru akan arti penting Tionghoa Muslim di Nusantara. Aktor film Ketika Cinta Bertasbih dan Cinta Suci Zahrana ini pun dengan kepala tegak melalui karya enerjik dan penuh temuan baru ini meruntuhkan banyak teori terdahulu. Sebuah buku yang layak mendapat apresiasi. Selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar