Meraih Cita

Meraih Cita

Selasa, 13 Desember 2011

Biografi Pengubah Gaya Hidup Manusia



Saat dunia membutuhkan lebih banyak orang seperti dia, Steve Jobs, justru meninggalkan dunia pada usia yang relatif muda. Ia meninggal pada usia 56 tahun. Salah satu pendiri Apple Inc itu meninggal di rumahnya di Palo Alto, California, Amerika Serikat, Rabu 5 Oktober 2011, karena penyakit sejenis kanker pankreas langka.

Ya, Jobs, adalah seorang inovator dalam teknologi informasi. Dengan visinya dia telah merumuskan masa depan dunia yang semakin cerah dan canggih. Visi masa depannya yang mewujudkan sebagian mimpi fiksi ilmiah jadi kenyataan. Hal ini bermula pada 2001 dengan peluncuran iPod, alat pemutar musik digital mini, yang serta-merta menggeser kemasyhuran Walkman dari abad sebelumnya.
Kesuksesan iPod, didukung iTunes, disusul berturut-turut iPhone pada 2007 dan iPad pada 2010. Produk terakhir—yang berbentuk seperti sabak, papan tulis dari batu berbingkai—inilah yang mengguncang dunia dan mengubah cara hidup orang dari abad-abad lampau, mulai dari cara membaca buku, melihat peta, menonton film, bermain musik, sampai bermain catur.

Berkat inovasinya ini Steve Jobs bersama Apple mencatatkan diri dalam sejarah peradaban umat manusia. Apple menguncang dunia. Pasalnya, dalam waktu singkat produk Apple mampu mengubah gaya hidup umat manusia.

Mengapa Jobs mampu mewujudkan mimpi masyarakat dunia itu secara lebih cepat dan praktis? Buku Steve Jobs karya Walter Issacson ini mampu menjawab pertanyaan filosofis tersebut.

Dalam pandangan Isaacson yang juga CEO Aspen Institute ini, Jobs merupakan seorang intuitif, romantis, dan memiliki insting yang tinggi untuk membuat teknologi menjadi bisa digunakan, membuat desain menjadi lebih indah, dan menggunakan program antarmuka. Jobs menjunjung tinggi kesempurnaan, yang membuatnya menjadi seorang penuntut, dan dia mengelola dengan penuh karisma serta semangat yang sangat besar.

Lebih dari itu, mantan pemimpin CNN ini juga Jobs sebagai seorang perfeksionis yang gemar sekali mengendalikan dan menjunjung tinggi sifat seniman yang tidak mau berkompromi. Dia dan Apple menjadi contoh sebuah strategi digital yang menggabungkan dengan kuat antara perangkat keras, perangkat lunak, dan konten ke dalam sebuah paket tertutup.

Jobs menjelaskan sebuah visi menarik tentang sebuah komputer untuk masyarakat luas. Komputer itu dilengkapi dengan sebuah program antarmuka yang ramah dan akan diproduksi dalam jumlah satu juta di sebuah pabrik otomatis di California.

Ideologi Penjualan
Obsesi Jobs memproduksi computer dalam jumlah banyak ini tentunya bukan tanpa pemikiran yang matang. Untuk itu ia menciptakan ideologi penjualan yang berbeda dengan model yang telah ada dalam dunia bisnis dan ekonomi. Ideologi Jobs tersebut berbunyi “Aku tidak membutuhkanmu, tetapi mungkin akan membiarkanmu terlibat” (hal. 223).

Apa yang dilakukan Jobs ini tentu telah merompok cara pandang orang. Biasanya seseorang membeli barang karena kebutuhan atau hanya untuk mengikuti mode atau selera hidup. Jobs menantang konsumen dengan produknya. Tantangan ini berbuah manis, karena hampir semua produk Apple, perusahaan yang ia pimpin mampu meraup keuntungan yang cukup spektakuler.

Dalam tiga tahun, aplikasi iPhone menjadi industri senilai $ 3 miliar. Sebuah jumlah yang sangat luar biasa. Lebih lanjut, sebagai perusahaan yang sedang naik daun menanjak ke posisi keramat dalam Fortune 500 dalam waktu yang lebih singkat dari perusahaan mana pun dalam sejarah. Berkat kepemimpinan Jobs pula, Apple lebih inovatif, imajinatif, elegan dalam pelaksaan dan brilian dalam desain.

Meskipun demikian, Jobs bukanlah pemimpin atau manusia yang sempurna. Dia bagaikan sebuah paket sempurna yang bisa disamai. Jika sedang bermasalah, dia bisa membuat orang-orang di sekitarnya marah dan putus asa. Akan tetapi, kepribadian, hasrat, dan produknya saling berhubungan. Hubungan tersebut sama sepertu tjuan dari perangkat keas dan perangkat lunak Apple, yang seolah-olah merupakan bagian dari sebuah sistem terintegrasi. Maka, kisahnya pun mengandung pesan dan peringatan yang dipenuhi dengan pelajaran mengenai inovasi, tokoh, kepemimpinan, dan nilai-nilai.

Pada akhirnya, membaca buku ini kita akan menemukan sosok Jobs secara utuh. Pasalnya penulis buku ini berhasil melakukan wawancara lebih dari empat puluh kali dan mampu menggali keunikan-keunikan dalam diri Jobs. Melalui buku ini pula kita akan mengenal Steve Jobs sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangan (Benni Setiawan: 82).

"Resensi", Suara Merdeka, Minggu Pon, 11 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar