Meraih Cita

Meraih Cita

Jumat, 14 Desember 2012

Pekerja Sosial di Dua Negeri Serumpun



Oleh Benni Setiawan
Jurnal Welfare Vol 1. Nomor. 1 November 2012

Judul : Pendidikan dan Praktik Pekerja Sosial di Indonesia dan Malaysia
Editor : Edi Suharto, Ph.D; Azlinda Azman., Ph.D; Ismail Baba., Ph.D.
Penerbit: Samudra Biru, Yogyakarta
Cetakan : Desember, 2011
Tebal : xiv + 344 Halaman

Isu yang dibahas dalam studi pekerja sosial sangat beragam sebagaimana kompleksitas kehidupan manusia. Untuk kepentingan metodologi ilmiah perlu kajian yang spesifik dan obyektif.

Namun, di tengah kompleksitas persoalan pekerja sosial, masih sedikit referensi yang dapat dirujuk. Kehadiran buku Pendidikan dan Praktik Pekerja Sosial di Indonesia dan Malaysia ini setidaknya dapat menambah referensi untuk tidak menyebut mengisi kekosongan referensi tentang pekerja sosial.

Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya, Pekerja Sosial di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Perkembangannya yang juga diterbitkan oleh “Samudra Biru”. Sebagai buku penyempurnaan, maka karya ini layak jadi referensi bagi akademisi , praktisi, dan penentu kebijakan di bidang kesejahteraan sosial.

Kelebihan buku ini terletak pada kemampuan penulis yang notabene praktisi dan akademisi dalam studi pekerja sosial yang mencerminkan perkembangan dan dinamika di dua negeri serumpun.

Kurikulum
Hal ini tercermin dalam catatan Edi Suharto. Ia menulis bahwa pendidikan pekerja sosial di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar khususnya berhubungan dengan keberadaan standar kurikulum pendidikannya. Hingga saat ini standar kurikulum pendidikan pekerja sosial di indonesia masih dalam proses perumusan. Tidak heran apabila antar-masing-masing lembaga pendidikan pekerja sosial tidak seragam. Kondisi ini makin diperparah oleh animo mahasiswa yang relatif rendah dan bahkan cenderung menurun terhadap pendidikan pekerjaan sosial ini (halaman 11).

Penyusunan kurikulum yang tidak sama pun terjadi di UIN Sunan Kalijaga. Menurut Asep Jahidin, sejarah dan proses dialektika kemunculan program Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) di UIN Sunan Kalijaga tergolong unik dan memiliki epistemologi yang luar biasa. Karena lahirnya IKS adalah hasil dialog yang a lot dan panjang antara nilai-nilai dan ajaran Islam tentang kajian kemasyarakatan kemudian dipertemukan dengan tradisi pekerja sosial yang sarat dengan metodologi Barat modern mengenai ilmu kesejahteraan sosial.

Ajaran Islam tentang kehidupan sosial banyak diungkapkan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi. Ajaran ini kemudian dijadikan sebagai landasan nilai dan pedoman masyarakat muslim dalam kehidupan keseharian, baik sebagai individu maupun masyarakat.

UIN Sunan Kalijaga berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan social worker sekaligus menguasai clinical social work dan community development. Apa yang bisa dilakukan adalah membuat kesatuan keilmuan agama dan pekerja sosial dalam sebuah kurikulum.
Pengembangan keilmuan dan semangat zaman niscaya dipertemukan dalam sebuah kesatuan kurikulum yang disiapkan untuk menjadi tantangan zaman. Mengingat pentingnya kontribusi Ilmu Kesejahteraan Sosial yang di dalamnya mengkaji tentang teori dan praktik pekerja sosial terhadap penanganan persoalan yang ada di masyarakat. Baik persoalan sosial maupun bencana alam yang berimplikasi pada kehidupan sosial masyarakat, maka menjadi sangat penting bagi para ilmuan dan praktisi pekerja sosial untuk selalu berjuang mengembangkan dan melahirkan teori-teori mutakhir di bidang pekerja sosial ini.

Perkembangan kondisi yang terjadi di masyarakat juga harus menjadi pertimbangan dalam menyusun kurikulum karena kurikulum yang dibangun pada akhirnya ditujukan untuk menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi tantangan zamannya. Maka dalam setiap pengkajian kurikulum yang dilakukan oleh IKS UIN Yogyakarta pemaduan antara budaya masyarakat setempat dengan teori-teori pekerja sosial senantiasa dipertimbangkan untuk saling memberikan penguatan satu sama lain. Hal ini diharapkan akan memberikan cara pandang serta keterampilan khusus kepada para mahasiswa yang mengikuti pendidikan pekerja sosial di UIN Sunan Kalijaga (halaman 17-18).

Persoalan kurikulum ternyata juga menjadi perbicangan di Negeri Jiran Malaysia. Hal ini setidaknya tercermin dalam kurikulum pekerja sosial di Universitas Sains Malaysia (USM). Di USM komponen kurikulum lebih ditekankan pada aspek praktikum. Melalui praktikum USM berupaya mengembangkan dan memadukan pengetahuan, nilai, etika, dan kemahiran secara praktis. Praktikum pun dilakukan secara bertahap guna melatih mahasiswa mempelajari dari hal sederhana menuju yang lebih kompleks.
USM pun mengembangkan jejaring praktik kurikulum melalui kerja praktikum antarbangsa. Melalui program ini mahasiswa akan semangat mengenal kebangsaan antar dua negara (Indonesia dan Malaysia), Melalui program ini mahasiswa mendapat keuntungan melalui program komunikasi antarbangsa, pengenalan budaya, dan juga lokal wisdom.

Melalui program ini USM terus meningkatkan kerjasama dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung guna terus meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang pekerja sosial melalui pembenahan kurikulum berdasarkan pengalaman dua institusi (halaman 139-149).

Memberi Solusi
Apa yang ditulis dalam buku ini mencerminkan kompleksitas permasalahan dalam pekerja sosial. Akan tetapi, para ahli ini tidak hanya meninggalkan persoalan, mereka pun berusaha memberikan solusi guna mengurai pelbagai persoalan pekerja sosial. Seperti aplikasi teknologi partisipatif, pemberdayaan melalui perspektif lokal, dan lain-lain.

Pada akhirnya, buku ini cukup representatif dalam mengulas persoalan-persoalan
mendasar dalam pendidikan dan praktik pekerja sosial di Indonesia dan Malaysia. Sebuah buku yang layak menjadi referensi utama di tengah sedikitnya buku-buku pekerja sosial yang berbicara dalam banyak perspektif dan dimensi dengan kajian yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar