Meraih Cita

Meraih Cita

Minggu, 11 September 2011

Membela Tuhan dan Agama



Jurnal Nasional | Minggu, 11 Sep 2011

Dalam buku ini Karen Armstrong tampil lebih tegas mendukung agama dari serangan bertubi-tubi fundamentalisme maupun pemikir ateisme.


SETELAH melacak perkembangan konsepsi manusia tentang Sang Pencipta dalam Sejarah Tuhan, kini Karen Armstrong menampilkan kajian tentang masa depan Tuhan. Dalam buku Masa Depan Agama, Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan Ateisme ini, Armstrong menunjukkan pembelaannya terhadap Tuhan dan agama menentang fundamentalisme dan ateisme.

Buku ini terdiri atas dua bagian utama dengan 12 pokok bahasan. Pada bagian pertama, Armstrong menunjukkan bagaimana orang-orang berpikir tentang Tuhan di dunia pramodern dalam cara yang memberi kejelasan tentang beberapa isu yang kini dirasa orang bermasalah --kitab suci, inspirasi, penciptaan, mukjizat, wahyu, iman, kepercayaan, dan misteri-- dan juga menunjukkan bagaimana agama menjadi kacau.
Tuhan sebagai Yang Maha Tinggi dan absolut tentu tidak dibatasi waktu, tak mengenal kemarin, sekarang, dan masa depan. Bahkan juga tidak terpahami oleh akal pikiran. Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering dangkal, ungkap Armstrong.

Lebih lanjut, baginya agama adalah sebuah disiplin praktis yang mengajari kita menemukan kemampuan baru pikiran dan hati. Tidak ada gunanya menimbang ajaran-ajaran agama secara otoritatif untuk menilai kebenaran atau kepalsuannya sebelum menjalani cara hidup religius. Anda akan menemukan kebenaran --atau ketiadaan kebenaran-- di dalamnya dengan hanya setelah Anda menerjemahkannya ke dalam ritual atau perbuatan etis. Tak berbeda dengan setiap keterampilan, agama memerlukan ketekunan, kerja keras, dan disiplin. Sebagian orang lebih cakap dalam hal itu dibandingkan yang lain, sebagian lagi sangat tidak berbakat, dan yang lain sama sekali luput darinya (halaman 15).

Pada bagia kedua, Armstrong menelusuri kebangkitan "Tuhan Modern", yang menggulingkan begitu banyak persangkaan agama tradisional. Ini, tentu saja, tidak dapat menjadi uraian yang lengkap. Armstrong berfokus pada Kristen, sebab itu merupakan tradisi yang paling terkena dampak bangkitnya modernitas ilmiah dan juga dihantam pukulan keras dari serangan ateistik baru. Lebih jauh, di dalam tradisi Kristen, Armstrong berkonsentrasi pada tema dan tradisi yang berbicara secara langsung tentang masalah-masalah religius kontemporer kita.

Agama itu kompleks, dalam setiap zaman terdapat sejumlah aliran kesalehan. Tidak ada satu kecenderungan yang pernah berlaku sepanjang zaman. Orang mengamalkan agama mereka dalam beraneka ragam cara yang berbeda dan kontraproduktif. Tetapi, sikap diam yang khidmat dan berprinsip mengenai Tuhan dan/atau yang suci merupakan tema yang konstan tidak hanya dalam Kekristenan, tetapi juga dalam tradisi iman besar lainnya sampai kebangkitan modernitas di Barat.

Orang percaya bahwa Tuhan melampaui pemikiran dan konsep kita dan hanya dapat diketahui melalui amalan yang tekun. Kita telah kehilangan wawasan tentang hal yang penting ini dan Armstrong percaya ini adalah salah satu alasan mengapa begitu sukar belakangan ini orang Barat mendapatkan konsepsi Tuhan.

Oleh karena itu, mantan biarawati ini memberikan perhatian khusus pada disiplin yang terabaikan ini dengan harapan akan memberi kita perspektif baru tentang keadaan kita saat ini. Tetapi, Armstrong tentu saja tidak menyatakan bahwa ini adalah sebuah sikap yang universal. Cukup bahwa ini merupakan unsur utama di dalam praktik yang tidak hanya mencakup kalangan Kristen, tetapi juga iman-iman monoistik dan nonteistik yan perlu kita beri perhatian.

Di berbagai penjuru dunia, kita melihat agama-agama sedang mengalami kebangkitan. Dampaknya terasa di berbagai bidang politik sosial dan ekonomi. Namun, pada saat yang sama, skeptisisme dan nihilisme terhadap Tuhan dan agama pun terasa meningkat sebagai respons terhadap perkembangan itu.

Dalam buku ini Armstrong tampil lebih tegas mendukung agama dari serangan bertubi-tubi fundamentalisme maupun pemikir ateisme semacam Richard Dawkins, Christopher Hitchens, dan Sam Hariss. Armstrong memerhatikan kesejajaran antara ateisme gaya Dawkins dan fundamentalisme kontemporer. Dengan nada optimisme spiritual yang tenang, Armstrong menyajikan gambaran menggairahkan tentang masa depan agama-agama.

Buku ini terasa sulit dipahami bagi pembaca yang belum mengenal karya-karya Armstrong terdahulu. Sebagai sebuah buku kelanjutan dan koreksi atas karya terdahulunya, maka diwajibkan bagi pembaca buku ini untuk memahami karya-karya Karen Armstrong sebelumnya, seperti A History of God: The 4.000-Years Quest of Judaism, Christianity, and Islam; The Battle for God, Fundamentalism in Judaism, Christianity, and Islam, dan The Great Transformation.


*)Benni Setiawan adalah alumnus Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Data Buku
Judul: Masa Depan Agama, Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan Ateisme
Penulis: Karen Armstrong
Penerbit: Mizan Pustaka, Bandung
Tanggal Terbit: Mei 2011
Tebal: 608 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar