Meraih Cita

Meraih Cita

Selasa, 20 Juli 2010

Menyingkap selubung kematian dini laki-laki

Resensi, Solopos, Edisi : Minggu, 18 Juli 2010 , Hal.IV Sukoharjo Dalam bayangan kita, laki-laki adalah seorang yang tegas, kuat, perkasa, dan tahan banting. Ia pemimpin rumah tangga. Ia tulang punggung keluarga. Namun, pada saat bersamaan, banyak laki-laki meninggal dalam usia lebih muda ketimbang perempuan. Mengapa terjadi demikian? Marianne J Legato, melalui buku Why Men Die First ini menjawab fenomena itu. Guru besar kesehatan pada Columbia University ini meneliti penyebab kerapuhan laki-laki dan menjelaskan segala yang dibutuhkan laki-laki agar bisa hidup lebih lama. Berdasarkan data dan fakta hasil penelitian Legato yang juga ahli kesehatan spesifik gender ini, mayoritas laki-laki meninggal dunia akibat penyakit jantung, bahkan laki-laki yang masih berusia muda. Kanker, depresi, stres, penuaan dini, adalah bahaya lainnya yang harus diwaspadai kaum laki-laki. Semua itu erat hubungannya dengan pola asuh yang salah dalam mendidik anak laki-laki pada masa kecil. Lalu, bagaimana menyiasati agar laki-laki bisa panjang umur? Buku ini mengungkap kelemahan yang relatif ada dalam diri laki-laki. Janin jenis kelamin laki-laki memiliki daya tahan lebih rendah dalam jangka waktu tertentu dibandingkan janin perempuan. Saat lahir, bayi laki-laki memiliki kelemahan terutama pada paru-parunya, sehingga ia lebih tidak dapat melampaui masa-masa sulit pada pekan-pekan pertama pascakelahirannya. Tingkat kematian bayi laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan. Sekurang-kurangnya 6% faktor penyebab kematian anak laki-laki antara usia satu hingga empat tahun adalah karena pembunuhan. Pada usia belasan dan di masa remaja, 20% laki-laki meninggal karena bunuh diri, dibunuh, atau karena perilaku ugal-ugalan. Perilaku sosial memegang peran besar dalam kehidupan laki-laki dengan angka kematiannya yang menakutkan. Kita mendorong anak laki-laki tetap “tegar” berjuang mengatasi rasa sakit, ketidakbahagiaan, dan ketidaknyamanan dalam bentuk persoalan pribadi apapun yang mereka hadapi. Kita tidak menganjurkan minta bantuan atau saran tentang bagaimana untuk mengurangi konsekuensi tekanan sosial. Hasilnya, laki-laki pada semua lapisan usia, cenderung mengalami depresi yang terpendam dan tidak mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya (Hal 16). Respons orangtua Respons orangtua dalam menghadapi kesusahan atau penderitaan yang dialami bayi sangat penting untuk membentuk pola respons terhadap stres pada kehidupan mendatang. Mengajarkan kepada anak laki-laki untuk “mengabaikan” saat dalam kesulitan atau saat terluka, dan bukannya menenteramkan serta menghibur, akan menghasilkan orang-orang dewasa yang tertekan dan gelisah. Perhatian yang bijak terhadap seorang remaja yang menderita akan mengajarinya menyuarakan masalah dan membantu menciptakan solusi serta mengembangkan diri menghadapi kejadian-kejadian serupa di masa mendatang. Menahan ekspresi berduka dan terluka hanya akan menghasilkan kontribusi pada rasa terisolasi dan tidak berdaya. ”Bahkan, saat menghadapi orang dewasa, dalam praktikku, aku perlu meminta pasien menceritakan kepadaku apa yang sebenarnya menyebabkan rasa sakit dan kemudian membantu mereka memutuskan apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi. Hanya mendengarkan keluhan mereka tidaklah berguna, tapi menanggapi keluhan dengan pertanyaan yang mengandung energi, seperti ’Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasinya?’ benar-benar sangat efektif” (Hal 49). Lebih lanjut, penerima penghargaan dari New York Magazine sebagai dokter nomor satu yang mengangkat banyak isu kesehatan ini menjelaskan bahwa seks adalah salah satu cara memperpanjang usia laki-laki. Aktivitas bercinta menghasilkan luapan hormon oksitosin yang mendorong dan memperdalam penyerahan diri terhadap partner seksual. Saat hormon estrogen meningkatkan aktivitas oksitosin, testosteron akan menghambat dampaknya. Dengan demikian, buku ini sangat tepat dijadikan referensi bagi kaum Adam untuk hidup lebih baik. Juga pantas dimiliki kaum ibu sebagai acuan dalam mendidik anak-anaknya, khususnya anak laki-lakinya. Karena, buku ini merupakan hasil penelitian serius penulis selama bertahun-tahun yang disertai data dan fakta akurat. - Oleh : Benni Setiawan

Sabtu, 17 Juli 2010

Panduan Hidup Produktif

Dimuat di Pustaka, Kedaulatan Rakyat, Minggu, 11 Juli 2010, halaman 4 Judul : Beyond Productivity Penulis : Sugeng Santoso Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Terbit : Maret 2010 Tebal : 174 Halaman Apakah Anda ingin mengukur seberapa tinggi tingkat produktifitas? Apakah yang harus dilakukan guna meningkatkan produktifitas tinggi? Atau Anda ingin meningkatkan penghasilan yang kecil menjadi bernilai lebih dan besar? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut di atas dapat disimak dalam buku Beyond Productivity karya Sugeng Santoso. Dalam pandangan Sugeng, setidaknya ada sepuluh hal pokok yang wajib dilakukan jika seseorang mengimpikan perubahan revolusioner dalam hidup. Kesepuluh hal tersebut antara lain memahami dua aturan dasar dalam produktivitas (too much things to do, too little time dan ketika Anda menjadi lebih baik Anda akan menarik lebih banyak tanggung jawab), memiliki kejelasan, kenali dan miliki kemampuan/kompetensi Anda, mengetahui faktor penghambat terbesar dalam diri anda, milikilah kreativitas, memiliki keberanian, selalu selesaikan pekerjaan terpenting Anda, miliki pembimbing, dan miliki hati yang mau melayani. Namun, pada dasarnya hanya ada dua hal pokok saja dalam melalakukan lompatan besar dalam hidup. Pertama, memahami dua aturan dasar dalam produktivitas. Kedua, memiliki hati yang mau melayani. Melayani merupakan pekerjaan para pemimpin dunia. Bahkan para Nabi dan Rasul merupakan pelayan bagi umatnya. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis. Sehingga gagasan yang dilontarkan bukan hanya omong kosong atau imajinasi belaka. Kelebihan lain buku ini juga terletak pada cara penyajian yang lugas dan apa adanya. Setiap untaian kata begitu menghentak dan menyadarkan betapa banyak hal yang belum kita ketahui. Buku ini wajib dibaca oleh siapa pun yang ingin mengetahui potensi diri sebagai anugerah Tuhan dan meningkatkan produktifitas sebagai bekal hidup sukses dan sejahtera. Berbekal buku ini kita akan mampu menatap masa depan dengan lebih baik. Pendek kata, buku ini merupakan panduan hidup produktif. Selamat membaca!. *)Benni Setiawan, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Dahsyatnya Kreatifitas

Resensi, Jurnal Nasional, Sun 04 Jul 2010 TUHAN membekali manusia sejak lahir dengan potensi. Potensi merupakan anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbekal potensi inilah manusia akan bertahan hidup. Potensi akan terus berkembang jika ia diasah, diolah, dan didayagunakan. Jika tidak ia akan mati atau layu sebelum berkembang. Pengolahan potensi yang baik dan benar inilah yang akan menjadikan manusia berada di taraf insani dan menjadi manusia mandiri. Manusia mandiri adalah mereka yang menjadikan hal kecil menjadi punya nilai besar. Ia tidak meremehkan hal kecil namun juga tidak gentar menghadapi tantangan yang bernilai besar. Lebih dari itu, Tuhan menganugerahkan kepada manusia kreativitas untuk menjadikan hidup manusia lebih bermanfaat daripada ciptaan yang lainnya. Tuhan memberikan kemampuan ini di dalam diri manusia untuk mengolah, memanfaatkan, dan menciptakan sesuatu yang baru dari bahan-bahan atau materi yang sudah Tuhan sediakan. Dengan demikian, bahan-bahan atau materi yang sudah ada menjadi sesuatu yang memiliki manfaat atau nilai lebih dari sebelumnya. Tuhan mengaruniakan kemampuan ini kepada semua orang. Namun, hal yang membedakan satu orang dengan yang lainnya adalah ada orang yang mau mengembangkan kreativitasnya dan orang yang enggan atau tidak mau. Buku the Power of Creativity, Mengubah yang Terbatas Menjadi Tak Terbatas ini merupakan buku yang akan mendorong dan memotivasi Anda untuk mengembangkan kreativitas Anda. Pikiran dan wawasan Anda tentang diri Anda sendiri yang mungkin selama ini sempit akan diubah. Buku ini akan menunjukkan kepada Anda bahwa ada sesuatu yang luar biasa di dalam diri Anda, tetapi belum dimanfaatkan. Anda akan ditolong untuk memahami apa itu kreativitas, bagaimana memelihara dan mengembangkan kreativitas di dalam diri sendiri. Anda akan diubah menjadi pribadi kreatif. Pribadi kreatif tidak akan patah arah menghadapi gejolak hidup. Ia akan selalu berpikir kreatif bagaimana menjadikan kesusahan hidup menjadi modal awal untuk bangkit menatap masa depan. Banyak orang telah membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah dan terus terpuruk. Kelebihan buku ini adalah kreativitas Kheng Sun dalam membuat reading record (RR) (lihat, hal 131-147). RR adalah sarana untuk mencatat sejauh mana kita memahami sebuah buku atau karya tulis. RR tidak hanya akan memudahkan kita mengetahui seberapa banyak lembar halaman yang telah pernah kita baca (kuantitas) namun juga mengajak Anda untuk dapat menjadi pembaca kritis (kualitas). Pembaca yang tidak hanya menyetujui gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh penulis, namun juga mampu memberikan kritik, catatan pinggir, dan penilaian yang obyektif mengenai sebuah bacaan. Kheng Sun melalui buku ini akan melatih Anda, tanpa menggurui bagaimana menjadi pembaca buku yang baik. Langkah praktis dan evaluasi disuguhkan oleh Kheng Sun dengan apik dan rinci. Lebih lanjut, kelebihan buku ini terletak pada kemampuan penulis mengemas “ayat-ayat Tuhan” menjadi tulisan yang menggugah. Kheng Sun dengan ketelitiannya mampu menyuguhkan sekian data yang akan mengantarkan setiap individu mengolah potensinya menjadi kekuatan baru, yang disebutnya sebagai the power of creativity. Kheng Sun dengan energik menjelaskan bahwa dahsyatnya kreativitas ini pada dasarnya bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Sayangnya buku ini kurang dikemas dengan baik, misalnya jika dibandingkan dengan buku the Power of Kepepet, karya Jaya Setiabudi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, cetakan II Desember 2008). Buku karya Kheng Sun ini agak serius. Pembahasaannya masih belum luwes. Berbeda dengan karya Jaya Setiabudi. Jaya Setiabudi mampu menyuguhkan data dan pembahasaan dengan ringan dan kadang diselangi dengan guyon atau canda yang menghibur. Lebih dari itu, buku karya Jaya Setiabudi juga dilengkapi dengan keterangan gambar yang unik, sehingga pembaca akan dibawa pada dua bahasa sekaligus. Pertama bahasa visual yang diwakili oleh gambar. Kedua bahasa tulis yang menyegarkan. Jika buku Kheng Sun ini dapat dikemas dengan lebih berbeda, penulis yakin buku ini mampu bersaing di pasar buku how to yang saat ini banyak membanjiri toko-toko buku. Meski demikian, buku ini pantas Anda memiliki. Sebagaimana dinyatakan oleh Hernowo, penulis beberapa buku bestseller, Selama ini kreativitas atau bagaimana menjadi kreatif kerap kali hanya dihubungkan dengan sosok seorang seniman. Apabila membaca buku ini, Anda akan mendapatkan pengetahuan baru tentang apa itu kreativitas dan bagaimana menjadi kreatif. Kreativitas adalah daya cipta atau kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dari hal-hal yang sudah ada yang sangat perlu dimiliki oleh setiap orang. Apabila seseorang mampu memiliki daya kreatif, dia akan menciptakan kehidupan yang tidak membosankan. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin menciptakan daya kreatif di dalam diri Anda. Akhirnya, buku ini pada dasarnya memberikan informasi kepada kita bahwa selama hayat di kandung badan, jangan pernah menyerah oleh keadaan. Selamat membaca. n Benni Setiawan, pencinta buku, tinggal di Sukoharjo http://www.jurnalnasional.com/show/newspaper?rubrik=Pustaka&berita=136126&pagecomment=1